Materi Kuliah Pendidikan Agama Islam
HUBUNGAN
MANUSIA DAN AGAMA
Konsep Manusia dalam Islam
A.
Pengertian Manusia dalam Alqur’an
Quraish Shihab mengutip
dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang
dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan
manusia sendiri.
Istilah kunci yang
digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia menggunakan kata-kata
basyar, al-insan, dan An-Nas.
Kata basyar disebut dalam
Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk
biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat
biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Kata al-insan dituturkan
sampai 65 kali dalamAl-Qur’an yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori.
Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS
Al-Ahzab [3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif
dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij [70]:19-21)
dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari
unsur materi dan nonmateri (QS Al-Hijr [15]:28-29). Semua konteks al-insan ini
menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.
Kata an-nas yang disebut
sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial
dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya
tidak (QS Al-Baqarah [2]:8).
Dari uraian ketiga makna
untuk manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahkluk
biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan
hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum
yang berlaku (sunnatullah).
Al-Qur’an memandang
manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang
kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal
manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan
Adam dan istrinya diturunkan dari surga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa
manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan
manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu
kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus
melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di
dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk
spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).
Karena itu, kualitas,
hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada
makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu.
Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan
indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya.
Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat
untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu
dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain.
Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi
batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas
mutaqqin di atas.
Gambaran al-Qur’an
tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada teori
superego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa
kenamaan yang pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara
tentang kualitas jiwa manusia.
Menurut Freud, superego
selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai berbagai tenaga pendorong yang
sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu
lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego (nafsu
muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah) berfungsi sebagai
badan sensor atau pengendali ego manusia. Sebaliknya, superego pun
sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala instink,
intuisi, dan intelegensi –ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama–
bekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa memberikan pembenaran
pada ego manakala ego bekerja ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak
terkendali adalah ego yang negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat
manusia itu sendiri.
B.
Tujuan Penciptaan Manusia
Kata “Abdi” berasal dari kata bahasa Arab yang artinya
“memperhambakan diri”, ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia
diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini
tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya,
yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian
yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan
kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.
C.
Fungsi dan Kedudukan Manusia
Sebagai orang yang
beriman kepada Allah, segala pernyataan yang keluar dari mulut tentunya dapat
tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab suci Al-Qur’an sebagai satu kitab
yang abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi
khalifah (pemimpin) di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada
diri Adam (QS Al-An’am [6]:165 dan QS Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah
menganugerahkan kepada manusia segala yang ada dibumi, semula itu untuk
kepentingan manusia (ia menciptakan untukmu seluruh apa yang ada dibumi ini. QS
Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung jawab kekhalifahan dan tugas utama
umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu menghambakan dirinyakepada
Allah Swt.
Untuk mempertahankan
posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih rendah martabatnya
daripada manusia. Oleh karena itu,
manusia diarahkan Tuhan agar tidak tunduk kepada alam, gejala alam (QS
Al-Jatsiah [45]:13) melainkan hanya tunduk kepada-Nya saja sebagai hamba Allah
(QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus menaklukanya, dengan kata lain manusia
harus membebaskan dirinya dari mensakralkan atau menuhankan alam.
Jadi dari uraian tersebut
diatas bisa ditarik kesimpulan secara singkat bahwa manusia hakikatnya adalah
makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya
dihadapan Allah sebagai Hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56) dan fungsinya
didunia sebagai khalifah Allah (QS Al-Baqarah [2]:30); al-An’am [6]:165),
mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia
itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah.
D.
Hakekat Manusia Menurut Al-Qur’an
Hakekat manusia adalah
sebagai berikut :
- Makhluk yang
memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
- Individu yang
memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
- Makhluk yang
dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
- Individu yang
dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati
- Suatu
keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas
- Makhluk Tuhan
yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
- Individu yang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.
- Makhluk yang
berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban,
mencari jwaban berarti mencari kebenaran
B.
Konsep Agama
1.
Pengertian Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa
Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa
(etimologi) agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi,
tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti
antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.[6]
Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa
walaupun agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi
sendiri-sendiri, mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam
pengertian teknis terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama,
yaitu:
a.
Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata
keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
b.
Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya Maha Mutlak tersebut.
c.
Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama
juga adalah satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur
hubungan manusia sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya,
sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaktub diatas.
Menurut Durkheim Durkheim: agama merupakan sebuah sistem kepercayaan dan
ritual yang berkaitan dengan yang suci (the sacred). Bagi Spencer, agama adalah
kepercayaan terhadap sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan
bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun
dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan
manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat. Rita Smith Kipp dan Susan Rodgers:
agama harus (1) monoteistik, (2) mempunyai kitab, (3) mempunyai nabi, dan (4)
mempunyai komunitas internasional.[7]
Dengan demikian, mengikuti pendapat Smith,
tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saaat ini belum ada definisi
agama yang benar dan dapat ditarima secara universal.[8]
2.
Syarat-Syarat Agama
a.
Percaya dengan adanya Tuhan
b.
Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya
c.
Mempunyai tempat suci
d.
Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan
e.
Mempunyai hari raya keagamaan
3.
Unsur-Unsur Agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama
terdiri dari beberapa unsur pokok:
a.
Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi
b.
Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
c.
Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan
Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai
dengan ajaran agama.
d.
Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang
dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
e.
Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
4.
Fungsi Agama
•
Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
•
Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia.
•
Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
•
Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
•
Pedoman perasaan keyakinan
• Pedoman keberadaan
•
Pengungkapan estetika (keindahan)
•
Pedoman rekreasi dan hiburan
•
Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.[9]
5.
Karakteristik Agama
Karakteristik agama dalam kehidupan
manusia seperti halnya bangunan yang sempurna. Seperti dalam salah satu sabda
nabi Muhammmad, bahwa beliau adalah penyempurna bangunan agama tauhid yang
telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum kedatangan beliau.
Layaknya sebuah bangunan agamapun harus
memiliki rangka yang kokoh, tegas, dan jelas. Rangka yang baik adalah rangka
yang menguatkan bangunan yang akan dibangun di atasnya. Memiliki ukuran yang simetris satu sama
lainnya. Komposisi bahan yang tepat karena berperan sebagai penopang. Oleh
sebab itu, kerangka harus memiliki luas yang cukup atau memiliki perbandingan
yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah sebaik-baiknya agama dengan demikian
agama pada dasarnya berperan sebagai pedoman kehidupan manusia, untuk menjalani
kehidupannya dibumi. Manusia akan kehilangan pedoman atau pegangan dalam
menjalani kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada agama. Dewasa ini agama
mengalami beralih dan berpedoman kepada akal logikanya. Padahal akal dan logika
manusia memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan melihat masa depan. Sedangkan
agama telah disusun sedemikian rupa oleh sang pencipta agar menjadi pedoman
sepanjang hayat manusia. Akibat dari skularisme ini menimbulkan gaya hidup baru
bagi kaum muslim yakni gaya hidup hedomisme dan pragmatis.
Adapun karakteristik agama pada umumnya
adalah sebagai berikut:
a.
Agama adalah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan (keyakinan)
terhadap eksistensi suatu yang absolute (mutlak), diluar diri manusia yang
merupakan pangkal pertama dari segala sesuatu termasuk dunia dengan segala
isinya.
b.
Agama merupakan sistem ritual atau peribadatan (penyembahan) dari
manusia kepada suatu yang absolut.
c.
Agama adalah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yang menjadi pola
hubungan manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan
lainnya dari yang absolut.
C.
Perlunya Manusia Terhadap Agama
Sekurang-kurangnnya ada tiga alasan yang
melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut secara
singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:[10]
1.
Latar belakang Fitra manusia
Kenyataan manusia memiliki fitrah
keagamaan pertama kali ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah
kebutuhan fitri manusia. Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru
di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan
mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang
melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh karenanya, ketika datang
wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang
amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa agama
adalah kebutuhan fitri manusia.
Dalam Surat al-Rum, 30: 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu”
Adanya potensi fitrah beragama yang
terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis dari istilah insan yang
digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan manusia. Menurut Musa Asy’ari, bahwa
manusia insane adalah manusia yang menerima pelajaran dari tentang apa yang
tidak diketahuinya
Adanya perjanjian manusia dengan Allah
yang telah diikat oleh fitrah mereka. Kenyataan manusia memiliki fitrah
keagamaan tersebut diatas, buat pertama kalinya ditegaskan dalam ajaran Islam
Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia.
Informasi mengenai potensi beragama
dimiliki manusia itu dapat dijumpai pada ayat al-Qur'an (surat al-A'raf ayat
172)
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ
قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)",
Berdasarkan informasi tersebut terlihat
dengan jelas bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki
kemampuan untuk beragama. Hal demikian sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah
satu hadisnya yang mengatakan bawha setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah
(potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut
menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang
memiliki potensi beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan
antropologis. Melalui bukti-bukti historis dan antropologis kita mengetahui
bahwa pada manusia primitif yang kepadanya tidak pernah datang informasi
mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang
mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya. Misalnya saja, mereka
mempertuhankan benda-benda alam yang menimbulkan kesan misterius dan
mengagumkan serta memiliki kekuatan yang selanjutnya mereka jadikan Tuhan,
kemudian kepercayaan ini disebut dengan dinamisme. Selanjutnya, kekuatan
misterius tersebut mereka ganti istilahnya dengan ruh atau jiwa yang memiliki
karakter dan kecenderungan baik dan buruk yang selanjutnya mereka beri nama
agama animisme. Roh dan jiwa itu selanjutnya mereka personifikasikan dalam
bentuk dewa yang jumlahnya banyak dan selanjutnya disebut agama politeisme.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi bertuhan. Namun karena
potensi tersebut tidak diarahkan, maka mengambil bentuk bermacam-macam yang
keadaanya serba relatif. Dalam keadaan demikian itulah para nabi diutus kepada
mereka untuk menginformasikan bahwa Tuhan yang mereka cari itu adalah Allah
yang memiliki sifat-sifat sebagaimana juga dinyatakan dalam agama yang
disampaikan para nabi. Dengan demikian, sebutan Allah bagi Tuhan bukanlah hasil
khayalan manusia dan bukan pula hasil seminar, penelitian, dan sebagainya.
Sebutan atau nama Allah bagi Tuhan adalah disampaikan oleh Tuhan sendiri.
Ketika kita mengkaji paham hulul dari
Al-Hallaj (858-922 M). Misalnya kita jumpai pendapatnya bahwa pada diri manusia
terdapat sifat dasar ke-Tuhanan yang disebut lahut, dan sifat dasar kemanusiaan
yang disebut nasut. Demikian pula pada diri Tuhan pun terdapat sifat lahut dan
nasut. Sifat lahut Tuhan mengacu pada dzat-Nya, sedangkan sifat nasut Tuhan
mengacu pada sifat-Nya. Sementara itu sifat nasut manusia mengacu kepada unsur
lahiriah dan fisik manusia, sedangkan sifat lahut manusia mengacu kepada unsur
batiniah dan Ilahiah. Jika manusia mampu meredam sifat nasutnya maka yang
tampak adalah sifat lahutnya. Dalam keadaan demikian terjadilah pertemuan
anatara nasut Tuhan dengan lahut manusia, dan inilah yang dinamakan hulul.
2.
Kelemahan dan kekurangan manusia
Faktor lain yang melatarbelakangi manusia
memerlukan agama adala karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan
juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata an-nafs.
Menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-qur’an, nafs diciptakan Allah
dalam keadaan sempurna yang berfungsi
menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena
itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-qur’an dianjurkan untuk diberi
perhatian lebih besar. Seperti yang tertera dalam al-qur’an surat Al-Syams ayat
7-8:
o وَنَفْسٍ
وَمَا سَوَّاهَا
o فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
”dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams, 91:7-8)
Menurut Quraish Shihab bahwa kata
mengilhamkan berarti potensi agar manusia melalui nafs menangkap makna baik dan
buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Tetapi
kata nafs dalam pandangan kaum sufi merupakan sesuatu yang melahirkan sifat
tercela dan periaku buruk. Pengertian kaum sufi tentang nafs ini sama dengan yag terdapat dalam Kamus
Besar Bahasa Indoneisa yang antara lain menjelaskan bahwa nafs adalah dorongan
hati yang kuat untuk berbuat yang kurang baik. Selanjutnya, Quraish Shihab
mengatakan, walaupun al-qur’an menegaskan bahwa nafs berpotensi positif dan
negatif, namun doperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif
manusia lebih kuat daripada daya tarik negatifnya, hanya aja daya tarik
keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan. Untuk menjaga kesucian nafs
ini manusia harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama,
dan di sinilah letaknya kebutuhan manusia terhadap agama.
3.
Tantangan manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia
memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi
berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan
dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan
tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan
manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk
kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan.
Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Lihat
Surat Al-Isra’ ayat 53.
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوًّا
مُبِينًا
Artinya: Dan katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku: " Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia
Sementara tantangan dari luar dapat berupa
rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya
ingin memalingkan manusia dati Tuhan. Seperti yang tertera dalam al-qur’an
surat Al-anfal ayat 36:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ
لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّه
Artinnya: “Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.”
Untuk itu, upaya mengatasi dan membentengi
manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan
tantangan hidup demikian itu, saat ini semakin meningkat, sehinga upaya
mengagamakan masyarakat menjadi penting.
IMAN,
ISLAM DAN IHSAN
Dalam sebuah hadits dikatakan :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ
التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ
جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَا الإِيمَانُ قَالَ الإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ
وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ،
قَالَ: مَا الإِسْلاَمُ قَالَ: الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكَ
بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ
وَتَصُومَ رَمَضَانَ، قَالَ: مَا الإِحْسَانُ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ: مَتَى
السَّاعَةُ، قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ
وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتْ الأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا
تَطَاوَلَ رُعَاةُ الإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ، فِي خَمْسٍ لاَ
يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللَّهُ ثُمَّ تَلاَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ الآيَةَ ثُمَّ أَدْبَرَ
فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ
النَّاسَ دِينَهُمْ
Artinya :
Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa
Isma’il ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari
Abi Zur’ah telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah r.a berkata:
Pada suatu hari ketika Nabi saw. sedang duduk bersama
sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan bertanya, “apakah iman itu?”.
Jawab Nabi saw.: “iman adalah percaya Allah swt., para malaikat-Nya,
kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya dan percaya pada
hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam
itu? Jawab Nabi saw., “Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang
difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi:
“apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi saw., “Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-Nya,
ketahuilah bahwa Allah melihatmu.
Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat
itu? “Nabi saw. menjawab: “orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada
yang bertanya, tetapi saya memberitahukan kepadamu beberapa syarat
(tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah
melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba
membangun gedung-gedung megah. Termasuk lima perkara yang tidak dapat diketahui
kecuali oleh Allah, selanjutnya Nabi saw. membaca ayat: “Sesungguhnya Allah
hanya pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui hari kiamat… (ayat).
Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi saw. bersabda kepada
para sahabat: “antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat tidak melihat
sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi saw.bersabda: “Itu adalah Malaikat Jibril
a.s. yang datang untuk mengajarkan agama kepada manusia.” (HR. Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal).
A.
PENGERTIAN IMAN
Kata iman berasal dari bahasa arab,
yang merupakan masdar dari madli Amana, Yu’minu, Imanan, yang artinya
percaya. Sedangkan menurut hadits pokok yang telah kami paparkan diatas,
iman adalah percaya (adanya) Allah swt., para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan
pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya serta percaya pada hari berbangkit
dari kubur.
Pada redaksi lain juga disebutkan,
yakni hadits yang diriwayatkan oleh bukhori muslim, selain yang telah
disebutkan pada hadits pokok diatas, ada tambahan mengenai obyek iman, yaitu
beriman adanya qodlo dan qodar, baik maupun buruk. Wal hashil, dari
sinilah para ulama’ menyimpulkan bahwa rukun iman ada enam, yang mana
setiap mu’min wajib mempercayainya untuk menyandang sebuah titel mu’minnya.
Yakni :
- Iman
kepada Allah
- Iman
kepada malaikat Allah
- Iman
kepada rusul Allah
- Iman
kepada kitab-kitab Allah
- Iman
kepada hari akhir (kiamat)
- Iman
kepada qodo’ dan qobar Allah, baik maupun buruk keberadaannya
Banyak sekali hadits yang memuat
tentang iman, yang tak mungkin kami sajikan disini, maka kami hanya mengambil
sebagian saja, diantaranya :
حدثنا عبد الله بن محمد قال حدثنا أبو
عامر العقدي قال حدثنا سليمان بن بلال عن عبد الله بن دينار عن أبي صالح عن أبي
هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( الإيمان بضع وستون
شعبة والحياء شعبة من الإيمان )
Artinya :
Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kita, seraya berkata; Abu Amir
al Aqdi bercerita kepada kita seraya berkata ; sulaiman bin bilal telah
bercerita kepada kita dari abdulloh bin dinar dari abu sholih dari abu hurairoh
ra. Dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “iman terdiri dari 70 lebih sekian
cabang, sedangkan malu termasuk salah satu cabang darinya”.
Iman
sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan
hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan
sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah
tersebut akan menjadi pegangan \dapedoman hidup, mendarah daging dalam diri
yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang
mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan
aqidahnya.
B. PENGERTIAN
ISLAM
Sebagaimana telah maklum, islam berasal
dari bahasa arab juga, dari madli Aslama yuslimu islaman, yang berarti
selamat. Sedangkan menurut hadits pokok diatas, islam diartikan sebagai Islam ialah
menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun,
mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan berpuasa di bulan
Ramadhan. Dilain redaksi, ada yang mencantumkan perihal haji, sehingga dapat
disimpulkan bahwa rukun iman berjumlah lima, yaitu :
- Syahadat
- Sholat
- Zakat
- Puasa
- Dan haji
Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi :
حدثنا عبيد الله بن موسى قال اخبرنا
حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي الله عنهما قال
: قال رسول
الله صلى الله عليه و سلم ( بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن
محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان )
Abdulloh bin
musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan telah
memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata :
rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian
sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah
utusannya, mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
Islam merupakan agama terakhir dari
syariat yang telah dirurunkan oleh Allah kepada rasul sekaligus nabinya yang
terakhir pula. Disini, eksistensi islam sebagai agama yang paling benar telah
tak diragukan lagi adanya. Banyak kaum orientalis yang berusaha menyerang
islam, dengan mempelajari islam itu sendiri, dengan tujuan mencari celah untuk
meruntuhkan islam melalui kekurangan-kekurangan yang ada dalam islam, tapi apa
yang terjadi, banyak diantara mereka yang malah berbalik kiblat kemudian masuk
islam tanpa ragu. Karena islam merupakan agama yang sempurna, sekaligus sebagai
penyempurna dari agama-agama masawi yang terdahulu. Allah berfiman :
إِنَّ الدّينَ عِندَ اللَّهِ
الإِسلٰمُ ۗ وَمَا اختَلَفَ الَّذينَ أوتُوا الكِتٰبَ إِلّا مِن بَعدِ ما جاءَهُمُ
العِلمُ بَغيًا بَينَهُم ۗ وَمَن يَكفُر بِـٔايٰتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَريعُ
الحِسابِ
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya.
C. PENGERTIAN IHSAN
Kata ihsan, lahir dari madli ahsana
yuhsinu ihsanan, yaitu bahasa arab yang berarti bebuat baik, atau memperbaiki.
Sedangkan bila memandang dri hadits pokok diatas, ihsan diartikan sebagai
menyembah Allah seakan akan kita melihat-Nya, atau setidaknya kita merasa
selalu diawasi oleh Allah.Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal ini.
Yang artinya:
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang
lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….”
(al-Qashash:77)
Disini terdapat indikasi lebih mengenai
ihsan dibanding dengan yang lain. Karena ihsan sendiri merupakan usaha untuk
selalu melakukan yang lebih baik, yang lebih afdol, dan bernilai lebih sehingga
seseorang tidak hanya berorientasi untuk menggugurkan kewajiban dalah
beribadah, melainkan justru berusaha bagaimana amal ibadahnya diterima dengan
sebaik-baiknya oleh Allah. SWT. Karena dia akan merasa diawasi oleh Allah, maka
akan terus timbul dihatinya tuntutan untuk selalu memperbaiki amal perbuatannya
dari yang kurang baik menjadi yang baik, dari yang sudah baik, terus
berusaha untuk yang lebih baik demi diterimanya amal perbuatan mereka.
D. HUBUNGAN ANTARA IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
Diatas telah dibahas tentang ketiga hal
tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal balik antara ketiganya.
Iman yang merupakan landasan awal, bila diumpamakan sebagai pondasi dalam
keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri
diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong,
lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan
tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin
tidak terdirikan.
Zakat tidak tersalurkan, puasa tak
terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam
seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula
menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati
sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah,
rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang
berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga
pada tipisnya iman.
Dalam hal ini, Sayyidina Ali pernah berkata :
قال علي كرم الله وجهه إن الإيمان
ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن
النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله
Artinya :
Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar
yang putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar
tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih.
Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan
perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga
hitamlah (warna) hati.
Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai
hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan
megah. Sehingga padat menarik perhatian dari banyak pihak. Sama halnya dalam
ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang kholiq,
sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan
menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa
bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan
kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja,
menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat
dari ihsan.
E. PERBEDAAN IMAN,
ISLAM DAN IHSAN
Antara iman,islam dan ihsan di samping
saling berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara
ketiganya.
- Iman lebih
menekankan pada segi keyakinan di dalam hati
- Islam
adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal
- Ihsan merupakan
perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar
iman dan islam itu sendiri
KISAH INSPIRATIF 1
kisah ini
berkaitan erat dengan sebuah niat yang bermakna ketauhidan.
alkisah,
ada seorang ahli ibadah. beribadah telah puluhan tahun. tanpa ada rasa
mengeluh. tidak pernah melakukan maksiat. dalam hidupnya yang dia pikirkan
hanya beribadah kepada Allah.
melihat
hal tersebut, Allah swt ingin menguji sampai sejauh manakah keimanan orang
tersebut. maka diutuslah malaikat untuk menyampaikan kabar kepada ahli ibadah
tersebut.
“Wahai
malaikat, Aku ingin menguji hamba-Ku, sampaikan kabar kepada hamba-Ku yang ahli
ibadah. sampaikan bahwa ia akan masuk neraka”
Malaikat
pun menyampaikan kabar tersebut kepada hamba yang ahli ibadah tersebut.
Dengan
menjelma sebagai manusia biasa, malaikat tersbut bertemu ahli ibadah,
disampaikan kabar tersebut.
“Wahai
Hamba Allah yang taat beribadah. aku sampaikan kabar dari Allah swt, bahwasanya
engkau akan dimasukkan ke dalam neraka di akhirat kelak”
Ahli
ibadah tersebut dengan tenang menjawab,”Alhamdulillah. puji syukur ke hadhirat
Allah swt. tidak apa-apa kalau pada akhirnya aku harus masuk ke dalam neraka”
setelah
malaikat tersebut mengabarkan hal tersebut, maka terjadilah dialog singkat
antara malaikat dan ahli ibadah tersebut.
“Bukankah
engkau tidak bersedih sedikitpun, mendengar kabar tersebut”, Tanya malaikat
dengan perasaan heran
“Tidak”,
jawab si ahli ibadah.
“Amal
ibadahmu yang telah bertahun-tahun telah kamu kerjakan, berakhir sia-sia.
tidakkah engkau merasa berputus asa dengan kabar tersebut?”, Tanya malaikat
kembali.
“Tidak”,
jawaban yang sama terucap dari bibir si ahli ibadah
“Bagaimana
kalau kabar tersebut adalah kabar bohong atau sekedar fitnah belaka? masihkah
engkau mempercayainya”, malaikat tersebut kembali bertanya
“Berita
tersebut benar atau tidak, aku tetap beribadah kepada Allah“, jawab ahli ibadah
dengan tegas
Terheran-heran
malaikat mendengar penuturan dari hamba yang ahi ibadah tersebut. hingga malaikat
rasa keingintahuan malaikat tersebut begitu besar. ditanya hamba tersebut
dengan pertanyaan terakhir. “ Kalau boleh tahu, apa yang menjadikan dirimu
begitu kuat, tidak bersedih, berputus asa dan masih mau melaksanakan ibadah,
meskipun engkau akan masuk dimasukkan ke dalam neraka?”
Hamba
tersebut menjawab, “sebagai manusia, kami diciptakan semata-mata hanya untuk
beribadah kepada Allah. aku ihlas menjalankan ibadah juga hanya mengharap ridha
Allah swt. bukan materi. bukan dunia. aku berpikir tentang penghambaanku kepada
Allah. biarlah Allah yang mengatur segala urusanku di dunia. kalaupun pada
akhirnya dengan ibadahku yang telah ku jalankan selama bertahun-tahun, aku
harus masuk ke dalam neraka, aku akan terima, karena itu adalah kehendak dari Allah swt, dan aku tidak punya hak untuk
mengatur Allah swt”
Mendengar
penuturan dari ahli ibadah tersebut, malaikat yang menjelma sebagai manusia itu
terhenyak. tidak menyangka, ternyata ada seorang hamba yang begitu ihlas
menjalankan ibadah tanpa mengharapkan apapun kecuali ridho dari Allah swt.
Malaikat
tersebut kembali kepada Allah dan Allah mengatakan kepada malaikat tersebut,
“HambaKu telah melalui ujian hidupnya, masukkan ia ke dalam surga”
Kisah tersebut
memiliki banyak
hikmah. salah satu hikmahnya adalah dalam kehidupan yang kita jalani saat ini,
seharusnya lebih mengedepankan niat yang benar-benar ihlas kepada Allah. Bahwa
apa yang kita kerjakan saat ini, niatkan hanya semata-mata mengharap ridho
kepada Allah. jadikan Allah sebagai sebab dari apa yang kita kerjakan. bukan
hanya materi, kedudukan atau jabatan.
Di dalam
Al Quran Surat Al-An’am ayat 162, Allah berfirman:
“Katakanlah,
sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, kesemuanya demi karena
Allah, Pemeliharan seluruh alam”
Ibadah
dalam pengertian yang umum, mencakup segala macam aktivitas yang dilakukan
karena Allah. Nah, mengesakan Tuhan dalam beribadah, menuntut manusia untuk
melaksanakan demi sesuatu karena Allah, baik sesuatu itu dalam bentuk mahdhah
maupun selainnya.
KISAH INSPIRATIF 2
Rasulullah
saw bersabda,
“Islam
bermula dalam keadaan asing (di tengah-tengah manusia) dan akan kembali
terasing sebagaimana ia bermula, maka beruntunglah al-ghuroba’ (orang-orang
yang dianggap asing karena mengamalkan Islam).” (HR. Muslim dari Abu Hurairah
ra)
Al-Hafizh
Ibnu Hajar ra berkata, “sebab yang menjadikan generasi pertama (para sahabat)
sebagai generasi terbaik adalah karena mereka ghuroba’ (orang-orang yang asing)
dalam keimanan mereka disebabkan banyaknya orang-orang kafir ketika itu dank
arena kesabaran mereka atas penderitaan yang mereka hadapi serta berpegang
teguhnya mereka dengan agama”
Demikianlah
generasi akhir mereka (umat Islam yang meneladani para sahabat di akhir zaman),
apabila mereka menegakkan agama, berpegang teguh dengannya dan bersabar dalam
ketaatan kepada Allah ketika kemaksiatan dan berbagai macam cobaan semakin
merajalela, maka mereka juga termasuk ghuroba’ dan amalan mereka berlipat ganda
di masa tersebut sebagaimana amalan generasi pertama juga berlipat ganda, hal
ini dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan Al-Imam Muslim dariAbu Hurairah
ra secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah saw): “Islam bermula dalam keadaan
asing (di tengah-tengah manusia) dan akan kembali terasing sebagaimana ia
bermula, maka beruntunglah al-Ghuroba’ (orang-orang yang dianggap asing karena
mengamalkan Islam)” (Fathul Bari, 7/6-8)
Al-‘Allaamah
Ibn Baz rahimahullah berkata, “Orang-rang yang terasing adalah mereka yang
istiqomah (teguh di atas kebenaran), sesungguhnya surge dan kebahagiaan bagi
orang-orang yang terasing, yaitu yang membuat perbaikan ketika manusia banyak
yang rusak.” (fatawa Nur ‘Alad Darb, 1/14)
Maka
Al-Ghuroba’, orang-orang yang terasing adalah mereka yang selalu meneladani
generasi Salaf (generasi pertama umat Islam) dan istiqomah dengan cara:
1.
Mempelajari
Al-Quran dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaf
2.
Berusaha
mengamalkannya dengan baik
3.
Mengajarkannya
kepada orang lain
4.
Sabar
dan istiqomah di atasnya sampai akhir hayat
Inilah
empat sifat al-Ghuroba’ yang hendaklah selalu diingatkan dan dikuatkan:
menuntut ilmu agama, mengamalkannya, mendakwahkannya dan bersabar. Terlebih
ketika syirik, bid’ah dan maksiat semakin merajalela.
Rasulullah
saw, telah mengingatkan,
“Akan
datang suatu zaman kepada manusia, dimana orang yang berpegang teguh dengan agama
di tengah-tengah mereka bagaikan orang yang menggenggam bara api” (HR.
At-Tirmidzi dari Anas bin Malik ra, Ash-Shahihah: 957)
Hal itu
tidak lain karena semakin merebaknya kebodohan terhadap ilmu agama dan
banyaknya orang-orang bodoh yang berbicara agama tanpa ilmu serta
mengada-adakan perkara baru dalam agama tanpa ada contoh dari Rasulullah saw.
Ini
diantara tanda kiamat yang mengingatkan kita untuk lebih istiqomah di atas
jalan kebenaran. Rasulullah saw bersabda, “diantara tanda – tanda kiamat adalah
diangaktnya ilmu, menguatnya kebodohan, diminumnya khamar dan nampaknya
perzinahan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik ra)
KISAH INSPIRATIF 3
Bulan
ramadhan yang 3 hari ini kita lewati, semoga masih memberikan dampak yang
positif terhadap peningkatan kualitas keimanan kita dalam beribadah kepada
Allah swt. Setelah selama sebulan penuh kita menjalankan puasa, melaksanakan
segala kewajiban kita sebagai muslim dan mengasah kepedulian sosial kita kepada
masyarakat, maka saat ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk menjaga
keistiqomahan kita dalam beribadah selama 11 bulan ke depan sebagaimana kita
beribadah di bulan suci Ramadhan. kita berdoa semoga kita diberi kekuatan oleh
Allah swt, untuk dapat melaksanakan ibadah-ibadah yang tidak hanya bersifat
wajib melainkan juga yang bersifat sunnah, seperti membaca al Quran, berdzikir,
beri’tikaf di masjid, shalat tepat waktu secara berjamaah dan menjalankan
segala amal ibadah yang sifatnya sunnah setiap harinya untuk mengharap ridha
Allah swt.
Dari
segala amalan sunnah yang pernah kita kerjakan selama bulan ramadhan lalu, ada
beberapa amalan sunnah, yang mana amalan sunnah ini, akan khatib jelaskan
keutamaanmya di kesempatan yang singkat ini. keutamaan tersebut adalah
keutamaan shalat sunnah rawatib. Karena masih banyak diantara kita yang belum
mengetahui, fadhilah ataua keutamaan dari shalat sunnah rawatib. masih banyak
yang cenderung berpikir, lebih baik yang
wajibnya saja yang dikerjakan yang sunnah tidak usah dikerjakan. padahal amalan sunnah tersebut memiliki fadhilah yang
sangat berguna bagi siapa saja yang megetahuinya.
Dari
Ummu Habibah rdhiyallahu anha, istri Rasulullah saw, dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda:
Maa
min abdi muslim yushalli lillah, kulla yaumin sinta asyrata rak’atan,
tathawwuan ghaira faridhah, illa banallahu lahu baitan fil jannah, aw illa
buniya lahu baitan fil jannah. qaalat ummu habibah famaa barikhtu ushallihinna
ba’du.
Artinya:
seorang hamba muslim yang melakukan shalat sunnah yang bukan wajib karena
Allah, sebanyak 12 rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya
sebuah rumah (istana) di surga. kemudian ummu habibah radhiyallahu anha
berkata,” setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan
shalat-shalat tersebut. (HR. Muslim)
yang
dimaksud dari 12 rakaat yaitu 2 rakaat sebelum subuh, 4 rakaat sebelum dzuhur,
2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat sebelum isya’ dan 2
rakaat setelah isya’.
keutamaan
dari hadis di atas dapat diperinci sebagai berikut:
1. melaksanakan
shalat sunnah 2 rakaat sebelum Subuh, maka hamba tersebut akan mendapat dunia seisinya.
Ibnu
Umar radhiyallahuanhuma meriwayatkan ada seorang laki-laki berkata kepada
Rasulullah, “Ya Rasulullah, tunjukkanlah satu amalan yang bermanfaat untukku”.
beliau bersabda: shalatlah 2 rakaat sebelum subuh, karena di dalamnya terdapat
keistimewaan” (HR. Ath Thabarani)
Dari
Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: dua rakaat fajar (qabliyah subuh)
itu lebih baik daripada dunia dan seisinya (HR.Muslim)
2. Melaksanakan
shalat sunnah 4 rakaat sebelum dzuhur dan 2 rakaat setelah dzuhur, maka hamba
tersebut akan didoakan 70 ribu malaikat dan Allah mengharamkan api neraka bagi
hamba tersebut.
Ummi
Habibah radhiyallahu anha berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah
swt pasti mengharamkan api neraka bagi oang yang menjaga empat rakaat sebelum
dan setelah dzuhur. (HR. Ahmad)
3. Melaksanakan
shalat sunnah 2 rakaat sebelum ashar, maka hamba tersebut akan mendapat berkah
dan rahmat Allah swt
Dari
Ibnu Umar dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah merahmati
seseorang yang mengerjakan shalat (Sunnah) empat rakaat sebelum ashar” (HR. Abu
Daud dan At-Tirmidzi)
4. Melaksanakan
shalat sunnah 2 rakaat setelah maghrib, maka hamba tersebut akan diampuni
dosanya oleh Allah swt
5. Melaksanakan
shalat sunnah 2 rakaat sebelum dan sesudah Isya’, maka hamba tersebut akan
mendapat kebaikan dalam hidupnya
Dari
beberapa uraian di atas, kini kita dapat mengetahui betapa besarnya manfaat,
hikmah dan keutamaan shalat rawatib. maka dari itu marilah kita senantiasa
untuk mengamalkan shalat sunnah yang penuh hikmah ini agar supaya mendapatkan
istana di surga sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah swt. Amin ya
rabbal alamin
KISAH
INSPIRATIF 4
Ada sebuah
dialog antara kyai dan liberal yang membicarakan tentang kebaikan non Muslim.
Tetapi, sebaik apapun non Muslim, mereka tidak akan masuk surga. Inilah yang
membuat liberal menganggap bahwa Tuhan itu jahat. Tapi, sang kyai bisa
membantah dan membuat liberal itu bungkam. Memang, apa yang dikatakan oleh sang
kyai? Yuk simak dialognya!
Liberal: Kyai, ada orang baek banget, anti korupsi, bangun mesjid, rajin
sedekah sampe hidupnya sendiri dikorbanin buat nolongin orang banyak, terus
meninggal dan dia bukan Muslim, masuk mana?
Kyai: Maaf… Neraka…
Liberal: Lahh? Kan dia orang baek. Kenapa masuk neraka?
Kyai: Karena dia bukan Muslim.
Liberal: Tapi dia orang baek Ki. Banyak orang yang kebantu karena dia, bahkan
umat Islam juga. Malah Bangun Masjid Raya segala. Jahat bener dah Tuhan kalau
orang sebaek itu dimasukin neraka juga.
Kyai: Allah tidak jahat, hanya adil.
Liberal: Adil dari mane?
Kyai: Kamu sekolahnya apa?
Liberal: Ane mah Master Sains lulusan Amerika Kyai, kenape?
Kyai: Kenapa bisa kamu dapat titel Master Sains dari Amerika?
Liberal: Karena kemaren ane kuliah di sana, diwisuda di sana.
Kyai: Namamu terdaftar di sana? Kamu mendaftar?
Liberal: Ya jelas dong Kyai, ini ijazah juga masih basah.
Kyai: Sekiranya waktu itu kamu tidak mendaftar, tapi kamu tetap datang kesana,
hadir di perkuliahan, diam-diam ikut ujian, bahkan kamu dapat nilai sempurna,
apakah kamu tetap akan dapat ijazah?
Liberal: Jelas enggak Kyai, itu namanya mahasiswa ilegal. Sekalipun dia pintar,
dia nggak terdaftar sebagai mahasiswa, kampus ane mah ketat soal aturan gituan.
Kyai: Berarti kampusmu jahat dong, ada orang sepintar itu tak dikasih ijazah
hanya karena tidak mendaftar?
Liberal: *terdiam*
Kyai: Gimana?
Liberal: Ya nggak jahat sih, itu kan aturan, salah si mahasiswa kenapa nggak
mendaftar, konsekuensinya ya nggak dapat ijazah dan titel resmi dari kampus.
Kyai: Nah, kalau kampusmu saja ada aturan, apalagi dunia dan akhirat. Kalau
surga diibaratkan ijazah, dunia adalah bangku kuliah, maka syahadat (mengakui
tidak ada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah) adalah
pendaftaran awalnya. Tanpa pendaftaran awal, mustahil kita diakui dan dapat
ijazah, sekalipun kita ikut kuliah dan mampu melaluinya dengan gemilang. Itu
adalah aturan, menerapkannya bukanlah kejahatan, melainkan keadilan.
Kisah ini tersebar secara viral di internet. Kami melansirnya dari www.kabarmakkah.com
KISAH INSPIRATIF 5
Ya Allah,
sayangi kening yang hanya bersujud kepadaMu dan lisan yang selalu betauhid
mengesakanMu..
Ya Allah,
sebagaimana Engkau telah memlihara wajah kami dari bersujud kepada selainMu,
peliharalah kami dari membutuhkan yang selainMu..
Jumat
dan Shalawat
Perbanyaklah
bershalawat kepada kekasih hati, Rasulullah saw..
“Sesungguhnya
orang yang paling utama (untuk berkumpul dan dekat) denganku pada hari kiamat
adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Hibban
dalam ‘Shahihnya” dan Abu Ya’la dalam ‘musnadnya’. Al-Albani menyatakan ‘Hasan’
dalam ‘Shahih Al-Jami’ dan ‘Shahih At-Targhib wa At-Tarhib’)
Jumat
dan Al-Kahfi
Disunnahkan
membaca surat ke 18, al-Kahfi, setiap hari Jumat. Boleh juga malam Jumat.
Jangan lupa mengambil pelajaran darinya. Mengapa membaca surat 18, Al-Kahfi
setiap Jumat?
Agar
supaya tertanam dalam hati kita 4 kisah sehingga kita waspada dari 4 fitnah
kehidupan.
1.
Kisah
ash-Habul Kahfi (ayat 9-26) agar kita waspada dari fitnah agama
2.
Kisah
si kaya dan si miskin (ayat 32-44) agar kita waspada dari fitnah harta
3.
Kisah
Nabi Musa dan Nabi Khidir alaihissalam (ayat 60-82) agar kita waspada dari
fitnah ilmu
4.
Kisah
Dzul Qornain dan sikapnya terhadap Ya’juj wa Ma’juj (ayat 83-98) agar kita
wasapada dari fitnah kedudukan.
Pendorong
dan penghias agar manusia terjerumus ke dalam fitnah-fitnah besar tersebut adalah iblis (ayat 50)
Solusi
dari semua fitnah tersebut terdapat d akhir surat, yaitu iman kepada hari
kebangkitan! (ayat 110)
Diantara
fadhilah membaca surat al Kahfi;
“Barangsiapa
membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, nsicaya akan memancar cahaya terang
yang menyinari dirinya diantara kedua jumat”. [HR. Al-Hakim (2/399), Al Baihaqi
(2/249)]
Berkata
Ibnu Hajar dalam takhrij al-Adzkar: “hadits Hasan”. Beliau juga berkata: “Ini
adalah hadis paling kuat tentang keutamaan membaca surat Al-Kahfi”. Lihat
“Faidhul Qadir” (6/198). Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam “Shahih Al-Jami’
(6470)”
Tiada
hari tanpa Al-Quran
Ajarkan
kepada anakmu Al-Quran, maka Al-Quran akan mengajarkan kepada anakmu segala
sesuatu!
Ajarkan
kepada anakmu cinta Rasul. Para sahabat Nabi terdahulu mengajarkan sirah Nabi
kepada anak-anak mereka seperti mengajarkan surat dari Al-Quran. “Dahulu
diajarkan kepada kami ‘Maghozi Nabi’ (sirah Nabi) sebagaimana diajarkan kepada
kami surat dari Al-Quran” [Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib ra]
Mengajarkan
kepada anak-anak cinta sahabat Nabi;
Berkata
Al-Imam Malik ra: “Para salaf dahulu mengajarkan kepada anak-anak mereka cinta
Abu Bakar dan Umar seperti mereka mengajarkan surat dari Al-Quran” [Riwayat
Ibnu ‘Asakir dalam ‘Tarikh Damaskus’]
KISAH INSPIRATIF 6
Ada tiga
do’a yang mungkin jangan sampai kita lupakan dalam sujud kita adalah
1.
Meminta
agar diwafatkan dalam keadaan khusnul Khotimah
Allahumma
innii as-aluka khusnul khotimah
Artinya:
“Ya Allah, aku meminta kepadaMU Husnul Khatimah”
2.
Memohon
agar kita diberikan kesempatan Taubat sebelum wafat
Allahummar
zuqnii taubatan-nashukhaa qablal maut
Artinya:
“berilah aku rezeki Taubat Nasuha (atau sebenar-benarnya taubat) sebelum wafat”
3.
Mintalah
agar hati kita ditetapkan di atas agama-Nya
Allahumma
yaa muqallibal qulub tsabbit qalbii ala dinika
Artinya:
“Ya Allah, wahai Sang Pembolak Balik Hati, tetapkanlah hatiku di atas AgamaMu:
Semoga
bermanfaat. Amin.
KISAH INSPIRATIF 7
MUTIARA
HIKMAH.. *PESAN INDAH DARI DR. ZAKIR NAIK*
Saudara dan Sahabat Muslim semua..
*Mohon*
*Jangan tulis TUHAN*
Mohon selalu *Tulislah ALLAH*
Karena tidak ada penyebutan Tuhan pada Kitab suci Al-Qur’an.
jangan tulis “Mosque”
Selalu tulislah *MASJID*
Karena Organisasi Islam telah menemukan bahwa arti Mosque itu, nyamuk.
Jangan tulis “Mecca:
Selalu tulislah dengan benar
*MAKKAHQ*” karena
Mecca itu berarti Rumah Anggur
Jangan tulis “Mohd”
Selalu tulislah dengan lengkap
*MUHAMMAD* karena
Mohd berarti anjing yang bermulut besar.
Jika anda punya paket (kuota),
Tolong sampaikan hal ini ke *Sahabat-Sahabat Muslim* kita.
الرجاء ارسالها الى اصدقائك المسلمين
*Populasi Muslim* di Dunia, di masing-masing negara:
1. Afghanistan 100%
2. Albania 75%
3. Algeria 99%
4. Angola 25%
5. Argentina 2%
6. Australia 2.09%
7. Azerbaijan 93%
8. Bahrain 100%
9. Bangladesh 85%
10. Bhutan 5%
11. Brazil 0.6%
12. Burma 10%
13. Canada 1.48%
14. Central African 55%
15. China 11%
16. Egypt 94%
17. Ethiopia 65%Fiji 11%
18. France 7%
19. Georgia 11%
20. Germany 3.4%
21. Greece 1.5%
22. Guinea 95%
23. Guyana 15%
24. Hongkong 1%
25. India 14%
26. INDONESIA 85%
27. Iran 99%
29. Iraq 97%
30. Israel 14%
31. Italy 1%
32. Japan 1%
33. Jordan 95%
34. Kenya 30%
35. Kuwait 89%
36. Lebanon 70%
37. Libya 100%
38. Maldives
100%
39. Malaysia 52%
40. Mauritius 19.5%
41. Mayotte 99%
42. Nigeria 75%
43. Oman 100%
44. Pakistan 97%
45. Phillipines 14%
46. Qatar 100%
47. Romania 20%
48. Russia 18%
49. Saudi Arabia 100%
50. Singapore 17%
51. Somalia 100%
52. Sri Lanka 9%
53. Sudan 85%
54. Syria 90%
55. Tazakistan 85%
56. Tanzania 65%
57. Thailand 14%
58. Tunisia 98%
59. Turkey
99.8%
60. UAE 96%
61. UK 2.5%
62. USA 3.75%
63. Uzbekistan 88%
*Darimana Rasul-Rasul itu berasal..???*
*Adam* (Alaihi Salam) – Sri Lanka
*Nuh* (Alaihi Salam) – Jordan
*Shu’aib* (Alaihi Salam) – Syria
*Saleh* (Alaihi Salam) – Lebanon
*Ibrahim* (Alaihi Salam) – Palestine and died in esa
*Ismail* (Alaihi Salam) – Saudi Arabia
*Yakub* (Alaihi Salam) – Palestine
*Yahya* (Alaihi Salam) – Palestine
*Zakariya* (Alaihi Salam) – Palestine
*Ishaq* (Alaihi Salam) – Palestine
*Yusuf* (Alaihi Salam) – Palestine
*Luuth* (Alaihi Salam) – Iraq
*Ayub* (Alaihi Salam) – Jordan
*Hoed* (Alaihi Salam) – Yamen
*MUHAMMAD* ( _*Shallallahu Alaihi Wasalam*_) – Saudi Arabia
*Usia para Rasul*
Adam (Alaihi Salam) – 1000 Tahun
Nuh (Alaihi Salam) – 950 Tahun
Shu’aib (Alaihi Salam) – 882 Tahun
Saleh (Alaihi Salam) – 586 Tahun
Zakariyya (Alaihi Salam) – 207 Tahun
Ibrahim (Alaihi Salam) – 195 Tahun
Sulaiman (Alaihi Salam) – 150 Tahun
Ismail (Alaihi Salam) – 137 Tahun
Yakub (Alaihi Salam) – 129 Tahun
Musa (Alaihi Salam) – 125 Tahun
Ishaq (Alaihi Salam) – 120 Tahun
Harun (Alaihi Salam) – 119 Tahun
Yusuf (Alaihi Salam) – 110 Tahun
Isa (Alaihi Salam) – 40 Tahun
*NABI MUHAMMAD* ( _*Shallallaahu Alaihi Wasalam*_) – 63Tahun
Tolong pesan ini jangan hanya disimpan di esame, sebarkanlah pengetahuan ini.
Tolong baca pesan ini sampai selesai.
Anda begitu susah meluangkan waktu untuk Allah; Tetapi ALLAH SWT selalu
mencintai dan memberkatimu. ALLAH SWT selalu bersamamu. Saya berharap anda
meluangkan 30 menit waktu anda dengan ALLAH SWT hari ini. Bukan sembahyang,
hanya sekedar memujinya.
Hari ini saya ingin pesan ini telah melintasi dunia sebelum tengah malam.
Bisakah anda membantu? Tolong jangan putus rantainya.
ALLAH SWT selalu membantu anda pada semua hal yang anda butuhkan. Jadi tolong
tunda segala sesuatu dan jalankan hal ini. Jangan putus rantainya. Kirim pesan
ini ke 14 teman dalam 10 menit.
Mengapa kita merasa ngantuk ketika *SHOLAT* ? Tetapi tetap terjaga selama 3 jam
pemutaran film.
Mengapa kita begitu bosan ketika memandangi Kitab Suci *AL QUR’AN* ? Tetapi
begitu santai ketika membaca buku-buku yang lain.
Mengapa Begitu mudah mengabaikan suatu pesan WA tentang *ALLAH SWT* ? Namun
kita
mudah
menyampaikan pesan WA yang buruk/lucu/dagelan/porno dlll sebagainya.
Mengapa *MASJID MASJID* itu jadi lebih kecil? Tetapi bar dan klub malam
meluas.Mengapa begitu mudah Mengidolakan (memuja) Selebriti? Tetapi sangat
sulit akrab dengan *HAMBA HAMBA ALLAH* yang *SHALEH* ?
Pikirkan tentang hal ini, Apakah Anda akan menyampaikannya? Atau Anda akan
mengabaikannya karena anda berpikir akan ditertawakan?
Sampaikan hal ini ke *Seluruh Teman/Kontak ANDA*.
Saya tahu, mungkin 80% diantara Anda tidak menyampaikan hal ini; Jadi, jadilah
Anda diantara yang 20% yang mungkin menyampaikan.
Ingatlah; *ALLAH (Subhanahu Wa Taala)* Berfirman: _*Jika Kalian Mengingkariku
di depan Teman-teman kalian, Aku akan Mengingkari kalian pada Hari
Pembalasan.*_
Ketika satu pintu tertutup, ALLAH membukakan yang kedua; Jika ALLAH telah
membuka pintu-pintu untuk ANDA, Kirimlah pesan ini untuk semua orang termasuk
saya.
Allah tidak
memiliki BLACKBERRY, Android, tapi Dia adalah Kontak Favorit saya…
Allah tidak ada di TWITTER, tetapi aku masih mengikutinya dan akan mengikutinya
selamanya…
Allah tidak ada di WHATSAPP, tapi Dia selalu online…
*Jadi sekalipun tidak ada INTERNET, Saya akan selalu terhubung dengannya…*
Tolong sampaikanlah pesan ini ke seluruh kontak Anda sekarang!
Telah dikatakan bahwa ketika *Malaikat Maut mengambil Ruh (nyawa) dari tubuh*
yang telah meninggal dunia….. itu adalah pengalaman yang sangat menyakitkan.
Mereka berkata bahwa ketika Orang mati bangkit pada hari Qiyamat, pengaruh dari
Ruh yang telah diambil akan tetap disana. Oleh karenanya, Allah telah
memberitahukan kepada kita untuk *membaca Ayatul-Kursi* setiap selesai Sholat
Fardhu dan itu akan meneguhkan yang membacanya, Ruh mereka akan dicabut
sebagaimana Anda mencabut sehelai rambut dari gundukan tepung. Akan begitu
ringan rasanya, Masha Allah!
*Semoga Allah Menyelamatkan kita* dari segala macam rasa sakit dan mengizinkan
kita Meninggal di atas Imaan di hati Kita dan menyelamatkan kita dari ‘Azabnya.
Aamiin….
Tidak ada kata yang Seindah *ALLAH*.
Tidak ada Tauladan yang seindah *RASULULLAH MUHAMMAD* (Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam).
Tidak ada Tuntunan seindah *ISLAM*.
Tidak ada nyanyian yang semerdu *ADZAN*.
Tidak ada Darma seberarti *ZAKAT*
Tidak ada ensiklopedi sesempurna *AL QUR’AN*
Tidak ada Sembahyang sesempurna *SHOLAT*
Tidak ada diet sesempurna *PUASA*.
Tidak ada Pengembaraan sesempurna *HAJI*
Mari kita Wujudkan bahwa *Islam itu selamanya Indah dan Sempurna*,
Silahkan Sampaikan pesan ini untuk mendapatkan dari pertukaran Pengetahuan.
Ini sangat biasa diantara kita, sebagian besar kita berbicara pada waktu Adzan…
Baca ini..
Rasulullah yang mulia (Shallallahu Alaihi Wasallam) berkata, “ *_Hentikan
melakukan segala aktivitas selama mendengar ADZAN, meskipun sedang membaca
Quran_*. Orang yang berbicara ketika Adzan tidak akan mudah untuk mengucapkan
Kalimat Syahadat ketika meninggal…. Silahkan sampaikan pesan ini ke esame
Muslim … BACALAH DO’A INI UNTUK HIDUP YANG LEBIH BAIK…
_*Allahumma-Inni-Alaa-Dzhikrika-wa Shukrika-wa-husni-ibaadatika*_.
Sebuah Do’a yang dahsyat telah dikirim kepada Anda. Apakah Anda berfikir Anda
mesti lakukan ini? Bayangkanlah… jika 1000 orang membacanya karena Anda سُبْحَانَاللَّه ِ !!!
*SUBHANALLAH !!!*
Bangkitlah segera ketika Anda mendengar ADZAN, seperti ketika anda mendengar
telephone Anda berdering
Bacalah AL QUR’AN dengan BENAR,
Seperti Anda membaca tulisan
Takutilah ALLAH, seperti Anda takut KEMATIAN
Ingatlah KEMATIAN, seperti Anda
Mengingat Nama Anda
Berapa menit yang diperlukan Untuk mengerjakan setiap Sholat
“SUBUH” 4 – 6 Menit
“ZUHUR” 6 –
8 Menit
“’ASHAR” 6 – 8 Menit
“MAGHRIB” 5 – 7 Menit
“ISYAA’ “ 7 – 10 Menit
Total 28 – 39 Menit per hari dari 24 jam?
Mari Pikirkan tentang hal ini, apakah kita betul-betul menghabiskan waktu kita
demi kepentingan ALLAH?
*80% orang tidak
ingin pesan ini, karena mereka mengingkari ajaran Islam*.
Ketikkan
pesan…
KISAH INSPIRATIF 10
*Pakar
Jepang menuliskan...80% org sakit bukan karena fisiknya tapi karena EMOSInya.*
*(PIKIRAN NEGATIF TERNYATA TIDAK BAIK BAGI KESEHATAN.)*
*1. MARAH* selama 5 menit akan menyebabkan *sistem imun* tubuh kita mengalami
depresi selama 6 jam.
*2. DENDAM & MENYIMPAN KEPAHITAN* akan menyebabkan imun tubuh kita mati..
Dari situlah bermula segala penyakit, seperti *STRESS, KOLESTEROL, HIPERTENSI,
SERANGAN JANTUNG, RHEMATIK, ARTHRITIS, STROKE (perdarahan/ penyumbatan pembuluh
darah).*
*3. Jika kita sering membiarkan diri kita STRESS,* maka kita sering mengalami
*GANGGUAN PENCERNAAN..*
*4. Jika kita sering merasa KHAWATIR*, maka kita mudah terkena *penyakit NYERI
PUNGGUNG*.
*5. Jika kita MUDAH TERSINGGUNG,* maka kita akan cenderung terkena penyakit
*INSOMNIA (Susah Tidur)*.
*6. Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN*, maka. kita akan terkena *GANGGUAN
TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH.*
*7. Jika kita sering membiarkan diri kita merasa TAKUT yang BERLEBIHAN*, maka
kita akan mudah terkena penyakit *GINJAL.*
*8. Jika kita suka ber-NEGATIVE THINKING*, maka kita akan mudah terkena
*DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna).*
*9. Jika kita mudah EMOSI & cenderung PEMARAH*, maka kita bisa rentan
terhadap penyakit *HEPATITIS.*
Sumber : Buku *“The Healing & Discovering the Power of the Water”.* (by :
Dr. Masaru Emoto)
A.
PENGERTIAN ETIKA ISLAM
Istilah etika secara
etimologi berasal bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Dan dari kata Latin “ethic” (us), dalam bahasa Gerik “Ethikos”. Jadi
etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang buruk.
Menurut Ah. Amin, etika adalah
ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dan di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
Istilah lain dari etika,
biasanya digunakan kata : moral, susila, budi pekerti, akhlak, sebagaimana
dijelaskan oleh Hasbullah Bakri, bahwa etika dalam bahasa Arab disebut budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi'at.
Menurut Rachmat Jatnika,
kata etika sering disebut (sinonim) dengan kata akhlak dan moral. Sedangkan
menurut Asmaran AS, walaupun etika sering disamakan dengan kata akhlak dan
moral, ketiga istilah tersebut sebenarnya mempunyai perbedaan dan persamaan.
Menurutnya, persamaannya diantaranya terletak pada obyeknya yaitu ketiganya
sama-sama membahas baik-buruk tingkah laku manusia. Sedangkan perbedaannya terletak
pada parameter masing-masing. Akhlak menilai perbuatan manusia menggunakan
parameter agama, sedangkan etika menggunakan pertimbangan akal pikiran,
sementara moral menggunakan adat kebiasaan yang umum di masyarakat.
Dilihat dari fungsi dan
perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak adalah sama,
yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tenteram
sehingga sejahtera batiniyah dan lahiriyah. Tetapi ada perbedaan antara etika,
moral, dan susila dengan akhlak, yaitu terletak pada sumber yang dijadikan
patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits.
B. MACAM–MACAM ETIKA
Etika dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
- Etika
Deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu
tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas
yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
- Etika
Normativ
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada
manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
C.
KARAKTERISTIK ETIKA
- Etika mengajarkan
dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri
dari tingkah laku yang buruk
- Etika islam
menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya
perbuatan seseorang didasarkan kepada Al Qur’an dan al hadits yang shohih
- Etika bersifat
universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh
seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada
- Etika islam
mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan
mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan
manusia
D.
PERANAN DAN FUNGSI ETIKA
- Dengan etika
seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku
manusia
- Menjadi alat
kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
- Etika dapat
memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang
- Etika dapat
menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya
- Etika menjadi
penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di
cap sebagai orang baik di dalam masyarakat
E.
DASAR KONSEP ETIKA
- Tujuan hidup
setiap muslim ialah mengharamkan makanan dan minuman yang dilarang agama
- Keyakinannya
terhadap kebenaran wahyu allah dan sunnah membawa konsekuensi logis
sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap muslim
- Islam
mendidik berbuat baik, mencegah segala kemungkaran yang bertentangan
dengan ajaran islam berasaskan al-quran dan hadist, di interpretasikan
oleh para ulama sebagai jihat
F.
BENTUK-BENTUK ETIKA
Bentuk-bentuk etika dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari
perbedaan manusia dalam segala seginya, dan dari segi perbuatan manusia.
Bila ditinjau dari perbuatan manusia, etika dibedakan
menjadi dua yaitu akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak mahmudah
(etika terpuji).
Selanjutnya dalam pembahasan ini hanya dikaji akhlak mahmudah
(etika terpuji) yang khususnya pada hubungan manusia dengan Allah SWT yang
meliputi shalat lima waktu dan puasa Ramadlan serta hubungan manusia dengan
sesamanya yang meliputi etika terhadap orang tua, etika terhadap guru, etika
terhadap teman sebaya dan etika terhadap masyarakat pada umumnya.
- Etika Terhadap Allah
Etika
terhadap Allah meliputi amal perbuatan yang dilakukan dengan cara berhubungan
dengan Allah, melalui media-media yang telah disediakan Allah, seperti salat,
puasa dan haji.
- Etika Manusia Terhadap Manusia
Etika
terhadap sesama manusia ini mengarah kepada bergaul dan berbuat baik kepada
orang lain. Etika ini meliputi semua hubungan antara manusia satu dengan
manusia yang lain, yang terdiri dari :
ü Etika terhadap orang tua
Orang tua
(ayah dan ibu) adalah sosok yang luhur maka dihadapan anak-anaknya mereka
memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya tanpa mengharapkan imbalan
apapun, hanya harapan untuk dikaruniai putra-putri yang shaleh dan shalehah.
Allah S.W.T.
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ : 23
وَقَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبـُدُوْ
إِلاَّ إِيّاَهُ وَباِلْواَلِدَيْنِ إِحْسـَاناً إِمّاَ يَبـْلُغَنَّ عِنـْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدَهُماَ أَوْكِلاَهُماَ فَلاَ تَقُـلْ لَهُماَ أُفٍّ وَلاَتَنْهَرْ
هُماَ وَقُلْ لَّهُماَ قَوْلاً كَرِيْماً (الاسراء : 23 ).
Artinya : Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang
diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali
kamu jangan mengatakan kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia (QS. Al-Isra’: 23).
Dalam ayat
tersebut di atas menjelaskan bahawa perintah berbakti kepada orang tua
ditetapkan pada urutan setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah S.W.T.
yakni perintah untuk tidak berkata kasar kepadanya melainkan harus memepergauli
keduanya dengan tutur kata yang sopan.
ü Etika terhadap guru
Guru adalah
orang tua kedua bagi anak setelah orang tua kandungnya, karena gurulah yang
mendidik anak sebagai lanjutan dari pendidikan yang diterima dalam keluarga,
oleh karena itu seorang murid harus selalu menghormati dan memuliakan gurunya.
Sebagaiman penuturan Azzarnuji sebagai berikut ;
إِعْلَمْ بِاَنَّ طاَلِبَ الْعِـلْمِ لاَيَنْتَفِـعُ بِهِ
إِلاَّ بِتَعْـظِيْمِ وَأَهْـلِهِ وَتَعْـظِيْمِ الاُسْتـَاذِ
وَتَوْقِبْرِهِ
Artinya : Ketahuilah bahwasannya
seorang yang mencari ilmu tidak akan mendapat ilmu dan manfaat kecuali dengan
menghormati dan memuliakan ilmu dan pemikirannya serta menghormati dan
memuliakan gurunya.
ü Etika terhadap keluarga
Keluarga
merupakan sebuah persekutuan antara ibu-bapak dengan anak-anaknya yang hidup
bersama dalam sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan yang sah
menurut hukum, dimana di dalamnya ada interaksi (saling berhubungan dan
mempengaruhi) antara satu dengan lainnya[29]. Kehidupan dalam keluarga mampu
menumbuhkembangkan potensi anak sebagai wahana menstranfer nilai-nilai dan
sebagai agen transformasi kebudayaan. Oleh karena itu penanaman keimanan dan
pembiasaan beribadah kepada Allah yang dimulai dari kehidupan keluarga amat
penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ajaran Allah yang
ditunjukkan dalam Al Qur'an Surat Al An'aam ayat 151 :
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ
أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا
أَوْلاَدَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا
الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي
حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَعْقِلُونَ (151)
Artinya : Katakanlah:
"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu
yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS.
Al-An'aam : 151).
ü Etika terhadap tetangga
Tetangga
merupakan orang yang berada di sekitar kita dan hidup bersama berdampingan
dengan kita. mereka selalu bersama-sama membentuk sebuah masyarakat yang baik
dan saling menghormati dan menjaga diri dan keluarga mereka masing-masing
sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Allah berfirman dalam Al
Qur'an Surat An Nisaa' Ayat 36 :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَنْ كَانَ
مُخْتَالاً فَخُورًا
(36)
Artinya : Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisaa' : 36).
ü Etika terhadap teman sebaya
Manusia adalah makhluk sosial yang
hidup dalam masyarakat. Ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Oleh karena itu kehadiran teman sangat diperlukan baik perorangan maupun
kelompok. Dalam bahasan ini yang terutama adalah teman sebaya baik sebaya dari
segi usia maupun sebaya dari segi lainnya.
Agar diterima sebagaimana teman atau
sahabat maka setiap orang harus dapat membawa diri, menjaga perasaan serta
mengetahui hak-hak yang harus dipenuhi. Seperti hadits Nabi Muhammad S.A.W.
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ;
حَقُّ المُسْلِمِ عَلىَ المُسْلِمِ
سِتٌّ : إِذاَ لَقَيْتـَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْـهِ، وَإِذاَ دَعاَكَ فَاَجِبْـهُ،
فَاِذاَ سْتَنْصَحَكَ فاَنْصَحْ لَهُ، وَإِذاَ عَطَسَ فَحَمِـدَ اللهَ
فَشَمِّتْـهُ، وَإِذاَ مَرِضَ فَعُـدْهُ، وَإِذاَ ماَتَ فاَتْبَعْـهُ (رواه مسلم)
Artinya : Hak orang Islam
terhadap orang lainnya ada 6 (enam) apabila engkau berjumpa dengannya berilah
salam kepadanya, apabila mengundangmu penuhilah undangannya, apabila meminta
nasihat padamu nasihatilah dia, apabila ia bersin lalu memuja Allah S.W.T. maka
doakanlah ia olehmu, apabila ia sakit tengoklah dia dan apabila dia meninggal
dunia iringlah dia.
Dalam
kehidupan sehari-hari seorang teman harus senantiasa menjaga dan memenuhi
hak-hak yang lain serta dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat
diberikan antara lain dalam bentuk saling membantu atau saling menolong dalam
hal-hal yang dibenarkan oleh agama. Firman Allah S.W.T. dalam Al-Qur’an surat
Al-Maidah Ayat 2 :
وَتَعَاوَنوُاْ علىَ البِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا
عَلىَ الاِثْمِ وَالعدواَنِ (المائدة : 2)
Artinya : Dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan janganlah tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al-Maidah : 3).
Demikian
Islam telah meletakkan dasar persatuan di kalangan umat Islam. Dengan dipenuhi
hak-hak teman, saling membantu dan menolong serta menghindari sifat-sifat dan
perbuatan yang menjadi sebab perpecahan maka akan terbina kerukunan dan
kebersamaan antar sesama manusia.
ü Etika terhadap masyarakat pada
umumnya
Sebagai
mahluk sosial yang hidup dalam masyarakat maka setiap manusia harus dapat
menempatkan dirinya pada posisi yang tepat sehingga kehadirannya dapat diterima
oleh masyarakat tersebut, karena di dalam masyarakat inilah sesungguhnya
hakikat kehidupan manusia.
Masyarakat
tersusun dari pribadi-pribadi yang beraneka ragam. Agar dapat bergaul dengan
mereka secara baik, menurut pandangan Islam, seorang mu’min adalah saudara bagi
mu’min lainnya. Tidak hanya memandang kaya atau miskin, berpangkat atau jelata,
berkulit putih atau hitam, semuanya adalah saudara sekeyakinan. Sebagaimana
firman Allah S.W.T. dalam Surat Al-Hujarat : 10
إِنَّماَ المُؤْمِنُـوْنَ إِخْـوَةٌ
فَاَصْلِحُـواْ بيَنَ أَخَوَيْكُمْ واَتَّقوُا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُـوْنَ (الحجـرات : 10 )
Artinya : Sesungguhnya orang-orang
mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antar kedua saudaramu dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (QS. Al-Hujurat: 10).
G.
PERBEDAAN AKHLAK,
MORAL DAN ETIKA
Perbedaan
antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau
standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya.
- Baik buruk akhlak didasarkan pada sumber nilai,
yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul
- Moral, adat istiadat masyarakat menjadi penentu standar
dalam baik dan buruknya suatu perbuatan
- Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau
filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruknya adalah akal
manusia
Dengan
demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedang
standar akhlak bersifat universal dan abadi.
MORAL
DALAM ISLAM
A.
PENGERTIAN MORAL
Moral berasal dari bahasa
latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah
sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang
baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral memang
memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak
bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut
pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara
universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika
menjelaskan ukuran itu.
Namun demikian, dalam
beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam
pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran
moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang
dan berlangsung di masyarakat.
Istilah moral senantiasa
mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai
tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik
buruknya sebagai manusia.
HM. Arifin (1994 : 139), mendefinisikan tentang sistem nilai
dan moral adalah :
“suatu keseluruhan tatanan yang berdiri dari dua atau lebih dari komponen yang
satu sama lainnya saling mempengaruhi atau saling bekerja dalam satu kesatuan
atau keterpaduan yang bulat berorientasi kepada nilai dan moralitas Islam”.
(HM. Arifin, 1994 : 139).
Dengan adanya system nilai atau system moral yang dijadikan
kerangakan acuan yang menjadi rujukan cara berpikir dan berperilaku lahiriyah
dan rohaniyah manusia muslim adalah nilai dan moralitas yang diajarkan oleh
agama islam sebagai wahyu Allah swt, yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad
saw. Diman nilai dan moralitas Islami tersebut bersifat menyeluruh, bulat dan
terpadu tidak terpecah-pecah bagian satu dengan yang lainnya berdiri sendiri.
Suatu kebulatan nilai dan moralitas mengandung kaidah atau pedoman yang menjadi
landasan segala amal perbuatan.
Menurut Al-Ghazali menyebut moral Islam sebagai tingkah laku
seseorang yang muncul secara otomatis berdasarkan kepatuhan dan kepasrahan pada
pesan (ketentuan) Allah Yang Mahauniversal. Seorang Muslim yang bersikap
demikian akan mengarahkan pandangan hidupnya pada spektrum yang luas, tidak
berpandangan sempit ataupun eksklusif. Ia dapat menerima realitas sosial yang
beragam dan memupuk pergaulan dengan berbagai kalangan tanpa membatasi diri
dengan sekat agama, kultur, dan fanatisme kelompok.
Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT, ”Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat [49]: 13). Ayat tersebut
mengisyaratkan bahwa moral Islam adalah takwa itu sendiri. Artinya dengan
kekuatan takwanya, seorang Muslim mampu menanamkan moral Islam di tengah-tengah
perbedaan sosial dan budaya masyarakat secara toleran, demokratis, terbuka, dan
tanpa mengklaim dirinya paling benar.
Ulama Sufi membagi moral ke dalam tiga jenis, yaitu moral
agama, moral undang-undang, dan moral lingkungan sosial. Dari ketiga jenis
moral tersebut, yang paling dominan adalah moral agama dan menjadi sumber acuan
bagi kedua moral yang lainnya. Itulah sebabnya, ajaran Islam selalu menekankan
kepada semua umatnya agar senantiasa berpegang teguh pada moral Islam.
Sayangnya, fakta yang terjadi justru sebaliknya. Banyak orang yang tunduk pada
selain moral agama. Dari kalangan penguasa, pengusaha, dan politisi, misalnya,
masih banyak yang tunduk pada tatanan sistem politik yang hegemonik demi
keuntungan pribadi, ketimbang membela rakyat dan masyarakat lemah dari
ketertindasan.
Kasus lainnya, ada seorang agamawan yang dahulunya menjadi
panutan masyarakat, pribadinya baik, tutur katanya lembut, sikapnya sopan, dan
tidak pernah lupa mengenakan simbol-simbol keagamaan, kini justru berubah. Ia
tenggelam dalam dunia kekerasan dan dunia kemewahan setelah menceburkan diri
dalam lingkungan pergaulan yang hedonis.
Sebagai bangsa yang religius, sepatutnya kita memperkuat
moral Islam yang bersifat universal dengan tetap melestarikan moral sosial dan
lingkungan yang substansinya sejalan dengan moral Islam. Dengan cara demikian,
kita berharap semua bentuk perilaku yang menodai akhlak dan nilai-nilai luhur
agama dan bangsa dapat dieliminir.
B.
MACAM-MACAM MORAL
Moral terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
- Moral
keagamaan
Merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran
agama islam
- Moral skuler
Merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran
agama dan hanya bersifat duniawi semata
C.
HUBUNGAN ETIKA DAN MORAL
- Etika
adalah penyelidikan filosafis mengenai kewajiban manusia serta hal yang
baik dan hal yang tidak baik.
- Sedangkan Moral adalah pengertian mengenai
hal yang baik dan hal yang tidak baik. Sedangkan etika adalah tingkah laku
manusia baik mental maupun fisik mengenai hal-hal yang sesuai dengan
moral.
. D. PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT MORAL
Istilah Qolbu
memiliki dua makna: Pertama, yaitu sepotong ‘daging’ berbentuk buah
sanaubar yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi
darah hitam dan di situ pula sumber atau pusat ruh. Kedua, hati (qalb,
kalbu) adalah sebuah latifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak kasat
mata tidak berupa dan tidak dapat diraba yang bersifat robbani ruhani. Latifah
tersebut sesungguhnya adalah jati diri manusia atau hakikatnya. Hati tersebut
adalah bagian (komponen) utama manusia yang berpotensi menyerap (memiliki daya
tangkap atau persepsi) yang dapat mengetahui dan mengenal, yang ditujukan
kepadanya segala pembicaraan, penilaian, kecaman dan pertanggungjawaban.
Jadi, yang
dinamakan Penyakit Hati adalah apabila sifat buruk yang telah tumbuh dan
menguasai hati sehingga menyebabakan seseorang memiliki sifat yang tercela.
Penyakit ini disebabkan karena terlalu mencintai dunia sehingga menjadikan
dunia sebagai tujuan hidupnya dan menjadi perhatian yang terbesar bagi
hidupnya, selain itu lupa akan Allah dan tidak pernah membaca Al-Qur’an. Contoh
penyakit hati yang sering terjadi diantaranya: Riya’ dalam amal sebagai
penyakit hati adalah Riya’ dalam perbuatan yang merupakan amal akhirat yang
seharusnya untuk tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan
mengagumkan-Nya, tetapi beralih menjadi motivasi duniawi. Misalnya beribadah
karena ingin mendapat pujian orang, ingin mendapat upah material atau sebagai
kedok atas pribadi sesungguhnya yang buruk.
Takabbur adalah
sifat yang menyombongkan diri karena merasa dirinya mempunyai banyak kelebihan
dan menganggap orang lain mempunyai banyak kekurangan. Sifat ini disebabkan
karena menganggap dirinya memiliki kemuliaan dunia dan memandang orang lain
dengan kerendahan dan kehinaan dunia.
Adapun akibat yang ditimbulkan dari sifat ini
antara lain adalah: pertama, Allah akan menyiksa orang-orang yang memiliki
sikap takabbur dengan siksaan yang pedih dan mereka juga tidak memperoleh perlindungan
dan pertolongan dari azab dan kemurkaan Allah. Kedua, orang-orang yang
sombong adalah orang-orang yang mengingkari ayat-ayat atau hukum-hukum Allah
dan pintu langit telah tertutup untuk mereka serta mereka tidak akan masuk ke
dalam surga. Ketiga, orang-orang yang sombong adalah penghuni neraka,
karena selalu mendustakan ayat-ayat Allah, dan lain sebagainya.
Mudah marah
atau tahawur, sifat ini akan mengkondisikan seseorang menjadi pemarah
dan bertindak sewenang-wenang, mentang-mentang ingin menegakkan kebenaran.
Penyebab penyakit tahawur, dorongan nafsu sabai’yah (nafsu serigala)
untuk mendapatkan segala yang diingkan, komunikasi tidak harmonis dengan orang
lain yang diakibatkan fitnah, guyon, kebohongan atau pelanggaran hak atas orang
lain.
Sifat Ujub muncul dari anggapan seseorang atas
keagungan semua amal shaleh yang dilakukannya. Ujub berarti perasaan dengan
kebaikan, amal ibadah yang melupakan keikhlasan.
Dengki adalah
sifat tidak senang kepada orang lain jika orang tersebut mendapatkan nikmat,
kebaikan dan kedamaian dan senantiasa berupaya untuk merebut semua kebahagian
orang tersebut. Allah SWT telah mengajarkan kepada Rasullah agar terhindar dari
pendengki atau melepaskan diri dari sifat dengki tersebut, yaitu dengan membaca
surah Al-falaq dan An-naas. Alangkah mulianya jika seseorang yang ingin
terlepas dari sifat dengki dengan mengamalkan kedua surah tersebut.
Sedangkan yang dinamakan moral atau akhlak
yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang lahir dari
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran
pertimbangan atau penelitian, sifat
berfikir atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara,
bertingkah laku dan sebagainya, sebagai ekspresi jiwa. Jadi penyakit Moral adalah serangkaian
perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah yang murni, bersih,
dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dalam
terminology Islam klasik, gangguan kepribadian disebut dengan akhlak tercela (Akhlak
Madzmumah) sebagai kebalikan dari akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah).
Menurut Al-Gazali, penyakit Moral yaitu
الأخلاق الخبيثة امراض القلوب واسقام النفوس
“Akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa
Beberapa dari penyakit moral yaitu
Zina, Menuduh Zina (fitnah), pencuri, perampokan, meminum minuman keras,
pemberontakan terhadap pemerintah, semua ini telah di nash dalam al-Qur’an. Beberapa contoh
dari penyakit moral yang ada di masyarakat khususnya di Indonesia adalah
sebagai berikut:
- Korupsi,
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
- Pelacuran
atau prostitusi, adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral, atau
hubungan seks, untuk mendapatkan uang. Seseorang yang menjual jasa seksual
disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah Pekerja Seks
Komersial (PSK).
- Minuman beralkohol, adalah minuman yang mengandung
etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan
penurunan kesadaran. Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan
perilaku, misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan
lainnya, dan tidak mampu menilai realitas.
Timbulnya Penyakit Hati dan Penyakit Moral pada manusia
disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal atau faktor yang
berasal dari diri manusia itu sendiri
a. Qolbu, sebagai pusat kepribadian
manusia mengalami sakit, karena potensi yang ada tidak diaktualisasikan
sebagaimana fungsinya. Hati yang sakit akan menjadikan batin orang tersebut
menderita. Akan tetapi jika ada orang yang tidak merasakan batinnya sakit,
bahkan ia bangga dengan perbuatan dosanya maka hatinya tidak hanya sakit
melainkan mengalami kematian.
b. Hawa nafsu manusia, yang berupa
ghadhab yang memiliki rangsangan agresif, dan syahwat yang memiliki rangsangan
seksual.
c. Orientasi dan motivasi hidup
Materialisme (Cinta Dunia), sehingga tidak ada ruang untuk mengembangkan
aspek-aspek spiritual atau kerohania. Sabda Nabi:” cinta dunia merupakan
puncak dari segala kesalahan”. (HR Al-Baihaqi).
2. Faktor Eksternal, factor yang
berasal dari luar individu
a. Godaan Syaitan, yang membisikkan hal
yang buruk pada diri manusia sehingga manusia tidak mampu menjadi dirinya
sendiri. godaan ini menimbulkan angan-angan yang kosong, sehingga menimbulkan
kemalasan dan bisikan jahat.
b. Makanan dan minuman yang mengandung
syubhat dan haram, termasuk pakaian dan tempat tinggal dan haram. Mengonsumsi
hal-hal yang haram mengakibatkan kemalasan dalam beribadah, banyak menganggur,
mengurangi kedekatan pada Allah, dan menyia-nyiakan waktu.
KISAH INSPIRATIF 1
"TEMPELENG AJA" kalau anda ditanya BENARKAH
TUHAN ITU ADA???*
(3 Pertanyaan, 1 Jawaban)
Adalah seorang pemuda yang lama sekolah di Russia, ia telah
kembali ke tanah air, sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk
mencari seorang guru agama (Ustadz)siapa pun yang bisa menjawab 3 pertanyaan
darinya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.
*Pemuda (Dengan nada SOMBONG pemuda itu bertanya), "Anda
siapa...?? dan apakah bisa menjawab pertanyaan saya...??"
*Ustadz "Saya hanyalah hamba ALLAH & dengan
se-izin-NYA saya akan menjawab pertanyaan anda"
*Pemuda (Tetap dengan nada SOMBONG), "Anda yakin..?!!
sedang profesor & banyak orang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan
saya".
*Ustadz "Insya Allah saya akan mencoba sejauh kemampuan
saya..!!"
*Pemuda "Saya punya 3 buah pertanyaan..?!!
1. Kalau memang TUHAN itu ada, tunjukkan wujud TUHAN kepada
saya..?!!
2. Apakah yang dinamakan TAKDIR..?!!
3. Kalau SETAN diciptakan dari api, kenapa dimasukkan ke
neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan, sebab mereka
memiliki unsur yang sama..?!! Apakah TUHAN tidak pernah berfikir sejauh
itu..?!!
Tiba-tiba pemuka agama tersebut MENAMPAR pipi si pemuda
SOMBONG dengab keras.
*(Sambil menahan sakit) si Pemuda berkata "Kenapa...??
Anda marah kepada saya...??"
*Ustadz "Saya tidak marah..!! TAMPARAN itu adalah
jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya...!!"
*Pemuda "Saya sungguh² tidak mengerti..?!!"
*Ustadz "Bagaimana rasanya tamparan saya..?!!"
*Pemuda "Tentu saja saya merasakan sakit..!!"
*Ustadz "Jadi Anda percaya bahwa sakit itu ada..?!!"
*Pemuda "Ya.. saya Percaya..!!"
*Ustadz "Tunjukkan pada saya wujud sakit itu..?!!"
*Pemuda "Saya tidak bisa..!!"
*Ustadz "Itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua
merasakan keberadaan TUHAN tanpa mampu melihat wujud-NYA.
*Ustadz "Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar
oleh saya..?!!"
*Pemuda "Tidak..!!"
*Ustadz "Itulah yang dinamakan TAKDIR..!!"
*Ustadz "Terbuat dari apakah tangan yang saya gunakan
untuk menampar anda..?!!"
*Pemuda "Kulit..!!"
*Ustadz "Terbuat dari apa pipi Anda..?!!"
*Pemuda "Kulit..!!"
*Ustadz "Bagaimana rasanya tamparan saya..?!!"
*Pemuda "Sakit..!!"
*Ustadz "Walaupun setan terbuat dari api dan neraka
terbuat dari api, jika TUHAN berkehendak, maka neraka akan mjd tempat
menyakitkan bagi setan".
*MASIHKAH ANDA MERAGUKAN KEHADIRAN 'TUHAN' DALAM HARI-HARI
ANDA..?!!*
Sampaikanlah kepada orang lain, maka ini akan menjadi Shadaqah
Jariyah pada setiap orang yang anda kirimkan pesan ini.
Dan apabila kemudian dia mengamalkannya, maka kamu juga akan
ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat..
*Ada 2 pilihan untuk Anda
Biarkan di dalam BBM, WA, catatan atau pikiran Anda
tanpa bermanfaat untuk orang lain.
Anda sebarkan pada semua kenalan anda.
*Rasul SAW bersabda
"Barangsiapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada
orang yang mengamalkan, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal
dunia), dia akan tetap memperoleh pahala..
KISAH INSPIRATIF 1
Muadzin
Gila Suasana sebuah kampung tiba-tiba heboh, karena pada saat jam 22.00
terdengar adzan berkumandang dari sebuah mushalla setempat melalui pengeras
suara yang memecah keheningan malam.Warga berbondong-bondong mendatangi
mushalla itu meski mereka sudah tahu siapa yang melakukannya...Mbah Sadi,
suaranya sudah dikenal dikampung itu, umurnya sudah mencapai kepala tujuh.Warga
dipenuhi pertanyaan, mengapa Mbah Sadi adzan pada jam sepuluh malam..??Ketika
warga sampai di pintu mushalla, Mbah Sadi baru selesai adzan dan mematikan
sound system. “Mbah tahu gak, jam berapa sekarang..??” kata Pak RT.“Adzan apa
jam segini, Mbah..??” “Jangan-jangan Mbah sudah ikut aliran sesat,” sambar Roso
dengan nada prihatin.“Ah, dasar Mbah Sadi sudah gila. “Kalau nggak gila, mana
mungkin adzan jam segini..??” timpal warga yang lain.“Kalian ini......,” jawab
Mbah Sadi tenang. “Tadi, waktu saya adzan Isya, tidak seorang pun yang datang
ke musholla. Sekarang saya adzan jam 10 malam, kalian malah berbondong-bondong
ke mushalla. Satu kampung lagi. Kalo gitu... SIAPA YANG GILA....???”Wargapun
pulang satu persatu tanpa protes lagi. Termasuk Pak RT yang kemudian menjauh
perlahan-lahan,tak berani melihat wajah Mbah Sadi.Instropeksi diri... dipanggil
dan diingatkan yang baik-baik kadang-kadang kita tidak mau mendengarkan.
AKHLAK
DALAM PANDANGAN ISLAM
A.
PENGERTIAN AKHLAK
Secara bahasa (etimologi)
Kata akhlak merupakan jama' dari khuluq yang masing-masing berakar dari kata
khalaqa yang secara bahasa memiliki arti sebagai berikut :
- Menaqdirkan,
menciptakan. Sebagaimana firman Allah : خَلَقَ الله السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
(العنكبوت : 44) Dialah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi
- Tabiat kepribadian
- Harga diri
- kebaikan
- Agama
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa kata khalaqa lebih cenderung pada bentuk lahirnya,
sedangkan kata khuluq lebih cenderung pada bentuk batinnya. Sehingga ada
ungkapan : فلان حسن الخلق والخلق (sifulan baik lahirnya dan batinnya).
Adapun kata akhlak kalau
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia identik dengan kata moral, dalam kamus
besar bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang
diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan
susila. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk
perbuatan. Selain itu moral berarti sebagai ajaran Kesusilaan. Kata moral
sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam
kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.
Akhlak secara Istilah
- Imam Ghazali
dalam kitab ulumuddin, akhlak adalah suatu gejala kejiwaan yang sudah
mapan dan menetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul dan terungkap
perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
- Abu Usman
al-Jahidz dalam kitab Tahdhib Al-Ahlak, akhlak adalah suatu gejala jiwa
yang dengannya manusia berperilaku tanpa berfikir dan memilih, terkadang
perilku ini terjadi secara spontanitas karena insting dan tabiat, dan
terkadang pula membutuhkan sebuah latihan.
- Ibnu
Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlaq watathirul araq, mendifinisikan
bahwa akhlaq itu sebagai sikap jiwa seserorang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.
- Prof. Ahmad
Amin dalam kitab Al-Akhlak mendifinisikan, akhlaq adalah adatul iradah
(kehendak yang dibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan).
- Ibrahim Anis
dalam kitab Al-Mu'jam Al-Wasith mengatakan, Akhlak adalah ilmu yang
objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan, dapat
disifatkan dengan baik dan buruknya. Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq
al Hasani dalam kitab Tajjul ‘Arusy, Hakikatnya (akhlak) adalah gambaran
batin manusia, yakni jiwanya, sifat-sifatnya, dan makna-maknanya yang
spesifik, yang dengannya terlihat kedudukan makhluk, lantaran gambarannya
secara zahir, baik sifat-sifatnya dan makna-maknanya, dan keduanya
memeliki sifat yang baik atau buruk, mendapat pahala dan sanksi, yang
kaitan keduanya dengan sifat-sifat yang tergambar secara batin adalah
lebih banyak, dibanding apa-apa yang yang terkait dengan gambaran
zahirnya.
- Al-Jurjani
dalam kitab Al-Ta'rifat, Akhlak merupakan keadaan jiwa yang mendalam (
rasyikhah ) yang melahirkan perilaku dengan mudah tanpa harus berfikir
panjang, jika perilaku itu baik maka disebut khuluqan hasanan dan
sebaliknya jika buruk maka disebut khuluqan sayyi'an.
- Ibn A'syur
dalam kitab Tafsir al-Tahrir wa At-Tanwir, Akhlak adalah tabi'at jiwa yang
akan memunculkan perilaku yang baik jika tidak dipengaruhi hal-hal yang
mengiringinya, akhlak akan selalu tertanam pada jiwa, dan akan melahirkan
perbuatan yang bisa dilihat dari tutur katanya, raut wajahnya, ketegarannya,
kebijakannya, gerak diamnya, pola makan minumnya, sikap terhadap keluarganya
dan seterusnya.
Dari
pengertian-pengertian Akhlak yang berbeda-beda tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa (Al-Shifah
Al-Nafsiyyah) seseorang baik secara fitrah atau usaha (fitriyah/muktasabah)
yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang terpuji maupun yang tercela. Hal
itu berbeda dengan " Suluk " (Behavior)
karena ia merupakan perilaku yang tanpak secara dhahir saja dan tidak secara
batin.
B.
KARAKTERISTIK AKHLAK
Adapun
ciri khas dan karakteristik akhlak islam itu meliputi:
- Akhlak
Rabbaniyah
Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu
ilahi merupakan “reference source”
(sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi
dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajrakan oleh wahyu adalah
kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah
keburukan menurut akal.
- Akhlak
Insaniyah
Akhlak insaniyah memiliki pengertian bahwa tuntutan
fitrah dan eksisitensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan
ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang
positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi dan
bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak
terbatas pada perikemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada
perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk
Allah.
- Akhlak Jami’iyah
Akhlak jami’iyah memiliki pengertian bahwa kebaikan
yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kemanusiaan yang universal,
kebaikannya untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan semua tempat,
mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertical maupun horizontal.
- Akhlak
Wasithiyah
Bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan
keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan
anatara jasmani dan rohani, keseimbangan ntara dunia dan akhirat. Allah swt.
Dalam firman-NYA mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki
sifat saling berwanan. Kelompok pertama hanya memperioritaskan kehidupan
dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan
hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan
kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan
akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan
keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak akan mendapatkan apa-apa,
sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
- Akhlak
Wai’iyah
Bahwa ajaran akhlak memperhatikan kenyataan (realitas)
hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di samping
memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman
allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar. “dan jiwa
serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka allah menghilangkan kepaa jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketawaannya. (Q.S.91:7-8)”.
- Ayat
di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang
berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah
dan yang satunya lagi menunjukkan kelemahan.
- Dalam
ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas
menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang. “barang
siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS.
2:173)”.
C.
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK
Tasawuf adalah proses
pendekatan diri kepada tuhan (allah) dengan cara mensucikan hati. Hati yang
suci bukan hanya bisa dekat dengan tuhan malah dapat melihat tuhan (al-ma’rifah).
Dalam taswuf disebutkan bahwa tuhan yang maha suci tidak dapat didekati kecuali
oleh hati yang suci.
Kalau ilmu akhlak
menjelaskan mana nilai yang baik dan yang buruk juga bagaimana mengubah akhlak
buruk agar menjadi baik secara zahiriah, yakni dengan cara-cara yang Nampak
seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf
menerangkan bagaimana cara menyucikan hati, agar setelah hatinya suci yang
muncul dari perilakunya adalah akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak, menurut ilmu
tasawuf, harus berawal dari penyucian hati.
Dalam kacamata akhlak,
tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk pengakuan, apalagi kalau hanya
dalam bentuk pengetahuan. Yang “kaffah”
adalah iman, ilmu dan amal. Amal itulah yang disebut akhlak. Tujuan yang hendak
dicapai dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat.
Dari satu segi akhlak
adalah buah dari tasawuf (peroses pendekatan diri kepada tuhan), tapi dari sisi
lain akhlakpun merupakan usaha manusia secara “dzahiriah” dan “riyadhah”.
D.
ESENSI AKHLAK
Akhlak
adalah bagian original dari ajaran agama yang turut menentukan warna
masyarakat. Pembinaan sikap dan tindakan merupakan hal yang diperlukan untuk
menata umat yang bermoral. Semua aspek manusia menjadi titik berat pembinaan
itu, baik lahir batin, perbuatan kecil dan besar, maupun pribadi ataupun
komunitas. Pembinaan yang sistematik dan terus menerus harus ditempuh agar
sosialisasi sikap dan tindakan dapat menjadi sebuah kebutuhan dalam masyarakat.
KISAH INPIRATIF 1
AIR
INI HANYA UNTUK INSINYUR
Di sebuah perusahaan
pertambangan minyak di Arab, tahun 40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja
lokal asli saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram
tenggorokannya yang kering.
Ia begitu gembira melihar
air dingin yang tampak di depannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam
gelas. Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan. “Hei,
kamu tidak boleh minum air ini! Kamu Cuma pekerja rendahan! Air ini khusus
untuk insinyur!”
Suara itu berasal dari
mulut seorang insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Hardikan
itu selalu terngiang di kepala remaja tersebut. Ia lalu bertanya-tanya, kenapa
ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untukku? Apakah karena aku
pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur? Apakah kalau aku jadi insinyur aku
bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?
Pertanyaan itu selalu
terngiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya
untuk membangkitkan “SIKAP POSITIF”.
Remaja miskin itu lalu
bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari
ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya. Tidak jarang olok-olok dari
teman pun diterimanya, hingga akhirnya dia lulus.
Kerja kerasnya membuat
perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke
Amerika mengambil kuliah S-1 bidang tehnik dan master bidang geologi. Pemuda
ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang ke negerinya dan
bekerja sebagai insinyur.
Kini ia sudah menaklukkan
“rasa sakit”-nya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu
dilarang baginya. Apakah sampai di situ saja? Tidak, karirnya melesat terus.
Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum, sampai
akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa
dicapai oleh orang lokal saat itu.
Ada kejadian menarik
ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah
mengusirnya, kini justru jadi bawahannya.
Suatu hari insinyur
tersebut datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata;”Aku ingin
mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di
masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam atas
kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu”
Sang wakil direktur
mantan pekerja rendahan ini menjawab,”Aku ingin berterima kasih padamu dari
lubuk hatiku paling dalam, karena kau melarang aku minum saat itu. Ya, dulu aku
benci padamu. Tetapi, setelah izin Allah, kamu-lah sebab kesuksesanku hingga
aku meraih sukses ini”
Kini sikap posistifnya
sudah membuahkan hasil, lalu apakah ceritanya sampai di sini? Tidak.
Akhirnya mantan pegawai
rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi
Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab. Tahukan Anda apa
perusahaan yang dipimpinnya?
Perusahaan itu adalah
ARAMCO (Arabian American Oil Company) perusahaan minyak terbesar di dunia. Di
tangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin
dominan. Kini perusahaan ini menghasilkan 3,4 juta barrels (540.000.000 m3)
minyak dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan
total cadangan 264 miliar barrels (4,2 x 1.010 m3) minyak dan 253 Triliun
cadangan gas.
Atas prestasinya, ia
ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai menteri perminyakan dan
mineral. Ini adalah kisah Ali bin
Ibrahim al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini menjabat Menteri
Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.
Terbayangkanlah, hanya
dengan mengembangkan hinaan menjadi hal yang positif, isu air segelas di masa
lalu membentuknya menjadi salah seorang pengusaha minyak yang paling
berpengaruh di seluruh dunia. Itulah kekuatan “SIKAP POSITIF”
Kita tidak bisa mengatur
bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Tapi kita sepenuhnya punya
kendali bagaimana menyikapinya. Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit
dengan semangat “bersikap positif” dan menjadi bagian dari solusi.
Hasbi Maula (Direktur
Lembaga Pengembangan Usaha YYSU Persyada Alharomain)
KISAH INSPIRATIF 1
“Ayah,
aku mau makan ayam panggang…” pekik putri Ahmad yang berusia 8 tahun.
“Ya
nak, insya Allah kita akan makan ayam panggang”, Ahmad membalas dengan senyum.
Sang
putri pun lari kegirangan berhambur kea rah bundanya…
“Asyik,
kita makan ayam panggang!” serunya.
Sang
Bunda menampakkan wajah kecut. Sambil ngedumel ia berkata nyinyir kepada Ahmad,
“Udah
tau gak punya duit jangan suka janji macem-macem ama anak. Situ bisanya
janjinya doang, entar kalo ayam panggang gak ada, nih anak mrengek mulu ke
saya!”
Duggg… Ahmad kaget mendengar ujar
istrinya. Ia tak mampu membantah. Memang sudah beberapa hari ia tidak bisa
memberi nafkah kepada keluarga.
Ahmad
dulunya adalah seorang karyawan. Kesibukan pekerjaan telah membuatnya lalai.
Hidup terasa hampa dan jauh dari ibadah. Pukul 7 ia sudah berada di tempat
kerja. Pulang ke rumah sering di atas jam 10 malam. Jarang shalat dan jauh dari
hidup berkah. Pekerjaan yang bertahun-tahun ia geluti rupanya kandas. Kantornya
bubar karena bangkrut. Dan kini ia belum dapat kerja.
Tapi
ia tak menyerah. Sambil melamar kerja sana-sini, ia memperbaiki hubungan kepada
Allah ta’ala. Ia mulai rajin shalat. Datang ke mushalla untuk berjamaah. Ia
rajin mengaji dan memperbaiki bacaan al Quran. Bahkan ia pun gemar menghafal
surat demi surat Al-Quran.
Satu
kebiasaan hidupnya kini yang amat berkah adalah ia biasa hadir di musholla 15
menit sebelum adzan.
Sore itu, saat istrinya mengomel
urusan ‘ayam panggang’, Ahmad pun meninggalkan debat, ia memilih pergi ke
musholla untuk menyongsong waktu maghrib tiba.
“Assalamualaikum
warahmatullah…”
“Assalamualaikum
warahmatullah…”
Setiap
jamaah mengucapkan kalimat itu sambil menoleh ke kanan dan kiri tanda usai
shalat maghrib.
Ahmad
yang hadir dalam shalat berjamaah saat itu mendengar seorang dari warga berdiri
dan mengundang semua yang hadir di musholla untuk menghadiri acara syukuran di
rumahnya.
Sehabis
maghrib, seluruh Jamaah musholla termasuk Ahmad datang ke rumah warga yang
syukuran.
Alhamdulillah
usai syukuran, Ahmad dan jamaah lainnya mendapat ‘nasi berkat’. Masing-masing
mendapat satu nasi berkat yang terbungkus dalam kotak Styrofoam dan dibalut
kantong kresek.
Ahmad
pun tersenyum membawa nasi berkat karunia Allah ini. Sepanjang jalan ia
berpikir untuk menyerahkan ke anaknya yang tadi sore merengek minta ayam
panggang. Biarlah si anak menyantap nasi berkat, sebagai ganti ayam panggang
yang ia inginkan.
Sesampai
di rumah, Ahmad pun teriak dari luar rumah…
“Nak,
lihat ayah bawa apa nih untukmu..?” Sang putri pun berhambur menyambut ayahnya
tiba dengan wajah senyum. Matanya berbinar melihat apa yang dibawa ayahnya.
“Apa
ini ayah?” Tanya sang putri
Ahmad
menjawab dengan senyum, “Nasi berkat nak…”
Spontan
sang putri bersungut. Ia tahu bahwa nasi berkat itu isinya hanyalah nasi, telur
dadar suwir dan bawang goreng saja. Ia pun menangis dan teriak dihadapan Ahmad,
“aku mau ayam panggang!” lalu ia pun berhambur masuk dan menangis di pelukan
sang bunda.
Tak
kuasa Ahmad menghentikan langkah putrinya. Jalannya gontai memasuki rumah
sambil membawa kantong kresek di tangan. Berkali-kali ia bujuk anaknya sambil
berkata,”Nak, ini rezeki Allah harus disyukuri jangan ditolak. Nanti Allah
murka kepada kita…”
“tidak..
aku pokonya mau AYAM PANGGANG…!” suaranya terdengar memekik dari dalam kamar.
Sang
istri pun menambahkan omelan dan dumelan yang semakin membuat Ahmad merasa
bertambah salah… “Udah dibilangin, jangan janji macem-macem ke anak kalo gak
punya duit.. tuh, kalo nagis begini siapa yang pusing…?”
Ahmad
terduduk lemas di depan meja. Nasi berkat itu kini ada dihadapannya. Ia malu
kepada Allah yang telah memberinya rezeki berupa nasi berkat, namun tidak bisa
mensyukurinya.
Tak
terasa air matanya berlinang. Dengan terbata ia berulangkali berujar,”maafkan
hamba ya Allah yang tidak pandai bersyukur. Maafkan keluarga hamba jika Engkau
tak berkenan…”
Ahmad
pun membatin jika anaknya tak mau menyantap nasi berkat ini, biarkan ia saja
yang menyantapnya agar Allah tak murka sebab karunianya disia-siakan.
Kini
Ahmad pun membuka kantong kresek yang membuka kantong kresek yang membalut
Styrofoam. Saat kotak Styrofoam dikeluarkan, maka tangan Ahmad pu membukanya.
Lalu tiba-tiba terdengarlah suara ahmad memekik, “ALLAHU AKBAR…!” dan Ahmad pun
kembali menagis terisak.
“YA
ALLAH…. TERIMA KASIH… ALHAMDULILLAH…” Ahmad semakin terisak.
Matanya
terbelalak begitu ia melihat apa yang ada di dalam kotak Styrofoam
dihadapannya. Di sana ia tak terlihat sebulir nasi pun, apalagi telur dadar
suwir. Masya Allah Tabarakallah, terlihat di dalamnya satu ekor ayam utuh
dibelah empat dan …. DIPANGGANG!
“Nak,
kemari nak…. Ibu, ayo ke sini… Allahu Akbar… ALLAH kirim ayam panggang buat
kita! Seru Ahmad.
Maka
serta merta anak dan istri Ahmad pun berhambur tak percaya. Mereka pun mengucap
hamdalah tak henti-hentinya. Malam itu, ALLAH antarkan karunia terindah buat
mereka seperti yang mereka inginkan. Dana ayam panggang yang mereka santap
malam itu adalah yang paling nikmat yang pernah mereka rasakan.
Lalu
nikmat Allah manalagi yang hendak kalian dustakan?!
KISAH
INSPIRATIF 2
Demi
engkau, Ibu rela pertaruhkan Nyawa dan melindungimu hingga ajal tiba
6
Maret 2016, 11:53. Bombastis.com
Manusia
adalah tempatnya salah, namun benar-benar pikirkan ribuan bahkan jutaan kali
sebelum membuat ibu sakit hati atau melukai perasaannya. Ibu, ibu, ibu, ayah,
sepenting dan setinggi itu posisi seseorang yang telah melahirkan dan
membesarkan kita dalam hidup ini. Jagalah hatinya, karena di akhir hari, hanya
ibumu yang akan berdiri di garda paling depan untuk melindungimu dan memberikan
semua yang ia miliki, hanya untukmu.
Kekasihmu?
Temanmu?belum tentu akan melakukan hal yang sama. Bahkan nyawa yang ibu miliki
hanya satu, akan diberikannya padamu jika ia bisa. Kasih ibu tak akan terputus
sepanjang masa, dalam kondisi terburuk sekalipun. Salah satu bukti bahwa cinta
ibu tidak ada tandingannya adalah saat kapal yang bertolak dari Gilimanuk ke
Ketapang tenggelam.
Ibu
memeluk anaknya
Tim
SAR mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencari korban-korban, hingga ke dasar
lautan. Betapa mengejutkan, mereka menemukan jasad seorang perempuan yang
tengah memeluk anaknya. Ibu dan anak ini menjadi korban saat kapal karam dan tak
bisa menyelamatkan diri.
Bisa
dibayangkan bagaimana situasi saat kapal mulai tenggelam. Mau lari kemana?
Hanya ada hamparan laut dan kemungkinan besar, pelampung yang disediakan tidak
cukup untuk semua penumpang. Yang bisa dilakukan ibu hanya berserah diri pada
Tuhan dan menjaga anaknya sekuatnya.
Hingga
akhirnya kapal karam, Ibu tidak melepas pelukannya pada buah hatinya. Ia
berusaha untuk berenang tapi tak mampu
menghalau riak-riak ombak selat Bali yang besar. Ibu mati-matian berusaha
menyelamatkan anak yang begitu dicintainya, namun Tuhan menakdirkan berbeda.
Mereka bedua hanya diberi usia hingga hari itu saja dan bersamaan berpulang ke
sisi-Nya.
Evakuasi
korban KMP Rafelia
Jika
nyawa saja diberikan Ibu pada anaknya, lantas kenapa masih ada yang berani
membentak Ibu bahkan berseteru? Sungguh seharusnya, bersyukurlah masih diberi
kesempatan untuk membahagiakannya, menyenangkan pintu surge bagi anak-anaknya
itu.
Ibu
tidak ingin dibelikan barang-barang mahal, kita menjadi anak berbakti dan tidak
bermasalah itu sudah lebih dari cukup. Orangtua yang membiayai pendidikan kita,
mereka rela bekerja siang malam untuk membayar biaya kosmu, buku-buku kuliahmu.
Tidak ada keluhan sedikitpun saat kamu pulang dan meminta uang saku bulanan,
meski setelah kamu kembali ke perantauan, mereka harus berhemat
sekeras-kerasnya.
Ibu
yang paling berjasa atas segala keberhasilanmu.
Ayah
dan ibumu tidak akan menceritakan hal itu kepadamu, karena mereka tidak ingin
kamu merasa berhutang budi pada mereka. Pun saat kamu sakit, dalam doanya Ibu
selalu meminta kepada Tuhan agar diangkat semua rasa sakitmu, atau jika boleh,
biar ibu saja yang menggantikannya.
Dalam
keadaan hidup dan mati, Ibu berusaha menyelamatkan nyawa anaknya. Hingga pada
akhirnya harus menyerah pada suratan takdir, namun perjuangannya tak mengenal
putus asa. Siapapun yang ibunya masih ada di dunia ini, peluklah, ucapkan
terimakasih padanya sebanyak engkau bisa.
KISAH INSPIRATIF 3
SIAPA YANG KENTUT SILAHKAN BERDIRI
Kisah
#1
Dikisahkan,
bahwa suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid. Lalu terciumlah bau
kentut diantara mereka, sehingga membuat para sahabat tidak tahan dengan bau
tersebut, salah seorang dari mereka berdiri dan berkata,
“Barangsiapa
yang kentut, silakan bangun”. Hening, tak seorangpun berdiri.
Ketika
datang waktu isya’ mereka berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu
setelah ini. Orang itulah yang kentut”.
Setelah
itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar. Masih
seperti tadi, tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya, mungkin malu.
Lalu
Bilal bangun untuk mengumandangkan adzan. Kemudian Nabi Muhammad berkata:
“Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwudhu lagi.”
Lalu
para sahabat pun ikut berwudhu dan tidak diketahui siapa yang kentut waktu itu.
Kisah
#2
Usai
shalat Ashar di masjid Quna, seorang sahabat mengundang Nabi beserta jamaah
untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada
tercium aroma tidak sedap.
Rupanya
diantara yang hadir ada yag buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah
Nabi sedikit berubah tanda tidak nyaman.
Maka
tatkala waktu shalat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah saw
berkata:”Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu”
Mendengar
perintah Nabi tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan
terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.
Subhanallah.
Sungguh, dalam diri Nabi terdapat teladan yang baik bagi kita semua.
Kisah
#3
Kisah
tentang menjaga perasaan saudara seiman pun juga terjadi pada seorang ulama,
yaitu Syaikh Abdurrahman Hatim bin Alwan. Beliau merupakan salah satu ulama
besar di Khurasan pada zamannya. Dikenal dengan Hatim Al A’sham, yang artinya
Hatim si tuli.
Suatu
ketika ada seorang wanita yang datang menemui beliau. Namun, tanpa sengaja ia
kentut dengan suara yang cukup keras. Wanita itu salah tingkah, menahan malu.
Lalu syaikh ini pura-pura tuli dan meminta si wanita mengulangi pertanyaannya.
Dengan
sikap sang syaikh, wanita itu pun merasa sedikit lega. Ia mengira sang syaikh
benar-benar tuli. Lalu mereka berbicara dengan saling meninggikan suara.
Wanita itu hidup selama lima belas
tahun setelah kejadian itu. Selama itu pula Syaikh Hatim pura-pura tuli. Hingga
wanita itu meninggal, ia tidak pernah tahu kepura-puraan beliau.
Ketiga
kisah di atas menceritakan bagaimana seharusnya seorang muslim menjaga
kehormatan saudaranya. Bukan malah menertawakannya atau menyebarkan aibnya.
Abu
Hurairah berkata, Nabi bersabda:
“Siapa
yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan
akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya”
KISAH INSPIRATIF 4
bu
yang yang marah. Terlupa istighfar selama 25 tahun..!
.
Aku sedang membersihkan rumah. Tiba-tiba anak lelakiku yang
masih kecil berlari ke arahku..!ia terlanggar satu pot bunga yang dibuat
daripada kaca..! Pecah hancur berantakan..!
.
Aku benar-benar marah karena pot itu memang mahal harganya.
Tanpa ku sadari, aku telah melontarkan kata-kata,
.
"Matilah kamu ..! Semoga kamu ditimpa dinding bangunan
dan tulang-belulang kau hancur..!”
.
Tahun demi tahun berlalu..! Anak lelakiku membesar, aku sdh
lupa akan doa itu. Aku pun tak anggapnya penting dan aku tak tahu bahwa doa itu
telah naik ke langit..!
.
Anak lelakiku dan adik-adiknya yang lain sedang membesar..!
Dia anak sulung yang paling aku sayangi dari anak-anakku yang lain. Dialah anak
yang rajin dan pandai menghurmati aku dan berbakti kepadaku dibandingkan
adik-adiknya yang lain..!
.
Kini dia telah menjadi seorang insinyur.! Tak lama lagi dia
akan menikah. Tak sabar rasanya aku ingin menimang cucu..!
.
Ayahnya punya sebuah bangunan yang sdh lama dan ingin
direnovasi. Maka pergilah anak aku bersama ayahnya ke gudang itu. Para pekerja
sudah bersiap-siap untuk merobohkan satu dinding yang sudah usang.
.
Sementara pekerja sedang bekerja, anakku pergi ke belakang
bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dengan tak disangka-sangka dinding
bangunan itu roboh menimpanya..!
.
Kedengaran suara berteriak di dalam runtuhan itu sehinggalah
suaranya tak kedengaran lagi..!
.
Semua pekerja berhenti. Heran suara siapa..? Mereka berlari ke
arah reruntuhan itu..! Mereka mengangkat dinding yang menghimpit anakku dengan
susah payah dan segera memanggil Ambulan.
.
Mereka tidak dapat mengangkat badan anakku. Ia remuk seperti
kaca yang jatuh pecah berkeping-keping..!
.
Sebahagian mereka mengangkat badan anakku yang hancur dengan
berhati-hati dan segera membawanya ke Unit gawat darurat di Rumah sakit..!
.
Ketika ayahnya menghubungiku, seakan-akan Allah menghadirkan
kembali kata-kataku padanya semasa ia masih kecil dahulu..!
.
Aku menangis hingga pingsan. setelah aku sadar, aku berada di
Rumah sakit dan aku meminta untuk melihat anakku..! Ketika melihatnya, aku
seakan mendengar suara yang berkata,
.
"INI DOAMU KAN..? Sudah AKU kabulkan..! Setelah sekian
lama engkau berdoa, sekarang Aku akan mengambilnya..!"
.
Ketika itu, jantungku seakan berhenti berdetik. Anakku
menghembuskan nafasnya yang akhir..! Aku berteriak dan menangis sambil berkata,
.
"Ya Allah..! Selamatkanlah anakku.! Jangan pergi
nak."
.
Seandainya, lidah ini tidak mendoakan kejelekan 25 tahun yang
lalu..!
Andaikan..! Andaikan..! Andaikan..! Tetapi kalimat ‘andaikan’
ini tidak berguna lagi waktu ini..!
.
Cerita ini dari satu kisah nyata! Pesanku pada para ibu..!
Jangan sekali-kali terburu-buru mendoakan KEBURUKAN anakmu ketika kamu sedang
marah..!
.
Berlindunglah kepada Allah dari godaan syaitan..! Jika kamu
ingin memukulnya, pukul sajalah..! Tapi jangan kamu mendoakannya dengan yang
bukan-bukan sehingga kamu akan menyesal sepertiku...!
.
Sungguh aku menulis ini dengan airmataku yang turut
mengalir..!
.
Wahai anakku..! Aku rela ruhku turut bersamamu..! Hingga aku
boleh beristirahat dari kepedihan yang aku rasakan sepeninggalanmu..!
.
Tolong sebarkan cerita ini kepada semua wanita..! Doakanlah
yang baik-baik saja untuk anak-anak..! Doa itu pasti akan. terjawab walaupun
untuk sekian lama..! Tunggulah dan Allah swt pasti akan mengkabulkan.
sy sadur dr tulisan
seorang ibu d Malaysia.
KISAH INSPIRATIF 5
*_FENOMENA
AKHIR-AKHIR INI UTK BAHAN RENUNGAN* MALAM HARI
Banyak
rumah semakin besar, tapi keluarganya s emakin kecil.
Gelar
semakin tinggi, akal sehat semakin rendah.
Pengobatan
semakin canggih, kesehatan semakin buruk.
Travelling
keliling dunia, tapi tidak kenal dengan tetangga sendiri.
Penghasilan
semakin meningkat, ketenteraman jiwa semakin berkurang.
Kualitas
Ilmu semakin tinggi, kualitas emosi semakin rendah.
Jumlah
Manusia semakin banyak, rasa kemanusiaan semakin menipis.
Pengetahuan
semakin bagus, kearifan semakin berkurang.
Perselingkuhan
semakin marak, kesetiaan semakin punah.
Semakin
banyak teman di dunia maya, tapi tidak punya sahabat yang sejati.
Minuman
semakin banyak jenisnya, air bersih semakin berkurang jumlahnya.
Pakai
jam tangan mahal, tapi tak pernah tepat waktu.
Ilmu
semakin tersebar, adab dan akhlak semakin lenyap.
Belajar
semakin mudah, guru semakin tidak dihargai.
Teknologi
Informasi semakin canggih, fitnah dan aib semakin tersebar.
Orang
yang rendah ilmu banyak bicara, orang yang tinggi ilmu banyak terdiam.
Tontonan
semakin banyak, tuntunan semakin berkurang..._
KISAH
INSPIRATIF 6
*Si
Buta yang Membuatku Melihat* Usiaku belumlah tiga puluh tahun ketika istriku
melahirkan anak pertamaku, aku tidak pernah memperhatikan istriku, setiap malam
aku habiskan waktuku bersama kawan-kawanku; begadang sampai pagi. Setiap malam
kami habiskan waktu dengan tawa dan banyolan2 tdk berguna. Aku ingat suatu
malam aku berlaku usil kepada seorang buta yang sedang berjalan di pasar, aku
menaruh kakiku di depannya lalu ia tersandung dan jatuh, keusilanku itu menjadi
bahan tertawaan yang memenuhi pasar. Seperti biasanya aku telat pulang ke
rumah, aku melihat istriku menunggu, tampak keletihan di wajahnya, dengan air
mata yang meleleh dia berkata 'Rasyid..! Aku lelah sekali, sepertinya waktu
melahirkan sudah hampir tiba.' Aku baru sadar bahwa kehamilan istriku telah
mencapai bulan kesembilan, aku membawanya ke Rumah Sakit. Istriku berperang
melawat rasa sakit, selang beberapa jam kemudian lahirlah anakku yang diberi
nama 'Salim'. Ketika aku akan melihat anakku, aku diminta untuk menghadap
Dokter yang mengurus proses persalinan istriku. Dokter itu memberitahukan
kepadaku tetang musibah yang terjadi dan menyuruhku rela terhadap takdir,
"Anak anda mengalami cacat yang parah di kedua matanya dan tampaknya dia
tidak bisa melihat." Aku menundukkan kepalaku, dunia ini terasa runtuh,
yang terbersit di ingatanku adalah orang buta yang aku jegal kakinya dan mejadi
bahan tertawaan orang-orang di pasar; maha suci Allah, siapa yang menanam pasti
akan menuai. Hari terus berlalu, istriku yang sabar dan percaya terhadap takdir
Allah memelihara Salim dengan penuh kasih sayang dan telaten, sedangkan aku
tidak terlalu memperhatikan Salim, aku menggaggapnya tidak pernah ada di rumah.
Salim semakin hari semakin bertambah besar, ketika usianya menginjak satu
tahun, dia mulai belajar berjalan, namun agak sedikit aneh; akhirnya kami tahu
ternyata dia juga pincang, dadaku makin bertambah sesak. Waktu terus berlalu,
istriku telah melahirkan anakku yang kedua 'Umar,' dan yang ketiga 'Khalid.'
Seiring bertambah Usia Salim dan kedua saudaranya, sementara aku belum berubah,
aku tidak suka berdiam di rumah, hari-hari kulalui bersama kawan-kawanku,
istriku tidak pernah putus asa meluruskanku, dia senantiasa berdo'a agar aku
mendapatkan hidayah, dia tidak pernah marah melihat kelakuan burukku, akan
tetapi dia sering terlihat sedih melihatku menyia-nyiakan Salim dan lebih
peduli terhadap kedua adiknya. Istriku menyekolahkan Salim ke salah satu
sekolah khusus orang cacat (SLB). Pada suatu hari Jum'at aku terbangun pada jam
sebelas siang, hari masih telalu pagi bagiku, aku diundang ke sebuah resepsi,
aku mandi, ganti baju, memakai parfum dan siap pergi. Aku melewati ruang tamu,
aku terhenti ketika melihat Salim menangis dengan keras, ini pertama kali aku
merespon tangisan salim setelah kurang lebih sepuluh tahun aku tidak
memperdulikannya! Aku berusaha pura-pura tidak tahu tetapi tidak bisa, aku
mendekatinya, "Salim kenapa kamu menangis?" tanyaku. Ketika mendengar
suaraku, dia berhenti menangis dan meraba-raba sekelilingnya. Dia berusaha
menjauh dariku seakan-akan dia berkata kepadaku, "Sekarang kamu peduli
kepadaku, ke mana kamu selama sepuluh tahun ini?" Aku membuntuti masuk ke
kamarnya, awalnya dia menolak memberitahukan kepadaku kenapa dia menangis, aku
berusaha berlaku lembut kepadanya, akhirnya Salim mau juga mejelaskan kepadaku
mengapa dia menangis, Salim mengatakan bahwa hari ini Umar terlambat datang
untuk mengantarkannya pergi ke Masjid, dan hari ini adalah hari Jum'at; dia
khawatir tidak mendapatkan tempat di barisan pertama, aku mulai memandangi air
mata yang jatuh dari kedua matanya yang buta dan aku benar2 terguncang saat
itu! Aku tidak mampu menguasai diriku untuk mendengarkan sisa kalimatnya, aku
meletakkan tanganku di mulutnya, aku lupa teman-temanku, aku lupa tentang
udangan resepsi dan aku berkata, "Salim jangan sedih, tahukah kamu siapa
yang akan pergi bersamamu ke masjid hari ini?" "Sudah pasti Umar,
akan tetapi dia telat hari ini," ujar Salim dengan sedih. "Tidak aku
yang akan pergi bersamamu," hiburku. Salim kaget tidak percaya dia mengira
aku mengejeknya lalu dia menangis lagi. Kuusap air matanya dengan tanganku. Aku
ingin mengantarkannya dengan mobil akan tetapi dia menolaknya, "Masjidnya
dekat, aku ingin jalan kaki ke sana." Aku berjalan di sisinya, aku merasa
betapa kecilnya diriku dan betapa besarnya dosaku, aku tak ingat lagi kapan aku
terakhir masuk ke masjid, aku merasa takut dan menyesali apa yang aku lalaikan
beberapa tahun ini. Hari itu masjid penuh dengan jamaah, akan tetapi aku heran
melihat ada tempat kosong di barisan pertama yang khusus disiapkan untuk Salim.
Setelah shalat Jum'at selesai, Salim meminta mushaf Al-Qur'an kepadaku, aku
merasa aneh bagaimana dia akan membaca padahal dia buta? takut perasaannya terluka
aku mengambilkan mushaf untuknya. Dia memintaku membukakan surah Al-Kahfi, aku
mulai membolak-balik mushaf sambil sesekali melihat daftar isi, sampai aku menemukannya dan meletakkan mushaf
di depannya. Dia mulai membaca surah Al-Kahfi dengan mata terpejam. Yaa..!
Allaah..! dia hafal surah Al-Kahfi dengan lengkap, aku merasa malu, seluruh
sendi-sendiku serasa bergetar, aku berdo'a kepada Allah Ta'ala; semoga Dia
mengampuniku dan memberiku hidayah, aku tidak mampu mengusai diriku, aku
menangis seperti anak kecil, aku mencoba menyembunyikan tangisku tetapi tidak
bisa; malah aku menjadi terisak-isak, aku tidak sadar, sampai tangan-tangan
kecil menyentuh wajahku dan mengusap air mataku, dia adalah Salim anakku. Aku
memeluknya dan memandangnya, hatiku bergumam, "Bukan kamu yang buta, nak,
sebaliknya akulah yang buta, tatkala aku terlena mengikuti kawanku yang
menjerumuskan aku ke Neraka." Kami pulang ke rumah, Istriku gelisah
memikirkan Salim, tetapi kegelisahannya itu berganti dengan air mata bahagia
ketika dia tahu aku shalat Jum'at bersama Salim. Sejak saat itu aku tidak
pernah ketinggalan shalat berjamaah di masjid, aku meninggalkan kawan-kawan
bajinganku, dan sekarang aku mempunyai banyak teman baik yang aku kenal di
masjid, aku mulai merasakan manisnya iman bersama mereka. Aku selalu membasahi
lidahku dengan zikir, dengan pengharapan semoga Allah mengampuni dosa-dosaku
selama ini, aku bertambah dekat dengan keluargaku, senyum tidak pernah lepas
dari keelokan wajah anakku Salim, siapa yang menyangka bahwa dia memiliki dunia
dengan segala isinya, aku memuji Allah atas segala nikmat-Nya. Suatu hari,
teman-temanku di masjid bertekad pergi ke salah satu daerah yang jauh untuk
berdakwah, aku beristikharah kepada Allah dan berunding dengan istriku dan dia
sangat senang, tak lupa aku memberitahukan kepada Salim anakku akan hal ini,
dan dia memeluk aku dengan lengannya yang kecil, sebagai salam perpisahan. Aku
pergi dari rumah selama tiga bulan setengah, selama itu setiap ada kesempatan;
aku selalu menghubungi istri dan anak-anakku untuk mengobati kerinduan terhadap
keluargaku, terutama kepada Salim, aku berharap bisa mendengar suaranya, sebab
dialah satu-satunya anakku yang tidak berbicara kepadaku sejak kepergianku,
tiap kali aku menceriterakan kerinduan terhadap Salim kepada istriku, dia
selalu tertawa bahagia, hanya saja kali terakhir aku menelpon istriku, aku
tidak mendengar tawa seperti biasanya, suaranya berubah, ketika aku berkata,
"Sampaikan salamku kepada Salim," dia hanya menjawab, "Insya Allah,"
dan diam. Akhirnya aku pulang ke rumah, aku mengetuk pintu dan berharap Salim
yang akan membukakan pintu untukku, ternyata bukan Salim melainkan anakku
Khalid yang usianya tidak lebih dari empat tahun, dia berteriak "Ayah...
Ayah..!" Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba dadaku terasa sesak saat masuk
ke dalam rumah aku membaca _Ta'awuz,_ meminta perlindungan kpd Allah, istriku
datang menjumpaiku, raut wajahnya tidak seperti biasanya, "Apa yang
terjadi?" Tanyaku kemudian, "Tidak ada apa-apa," jawabnya
singkat. Seketika aku teringat Salim, "Mana Salim?" istriku tidak
menjawab dia menundukkan wajahnya dan air mata bercucuran membasahi pipinya,
saat bersamaan dengan suara terbata-bata Khalid berkata, "Ayah, Salim
telah terbang ke Surga ke sisi Allah!" Istriku tidak bisa menguasai
situasi, dia menangis meratap dan hampir terjatuh ke tanah, akhirnya aku tahu
Salim terkena demam dua minggu sebelum kepulanganku, istriku membawanya ke
rumah sakit namun tidak tertolong hingga nyawanya melayang. Aku menyadari bahwa
apa yang terjadi adalah ujian Allah, aku harus menerima semua ini, memuji Allah
dan aku tidak pernah memuji Allah terhadap kesulitan yang kuhadapi kecuali
terhadap kejadian ini. Alangkah sedih hatiku berpisah dengan Salim, masih
terasa tangannya mengusap air mataku dan kedua lengannya merangkulku. Salim
tidak buta, akulah yang buta saat terlena bersama teman-temanku dan Salim tidak
pincang karena dia mampu melalui jalan keimanan, sekarang aku baru sadar bahwa
aku menyayanginya melebihi saudara-saudaranya, karena dialah yang menjadi
penyebab aku mendapatkan petunjuk. Dia anak buta yang menuntun ayahnya ke
masjid dan mengalahkan setan dalam diriku dengan keikhlasannya. Yaa Allaah..,
terimalah Salim anakku dalam naungan kasih sayang-Mu. Yaa Allaah.. Aku memohon
kepada-Mu keteguhan hati sampai mati. Yaa Allaah, kumpulkanlah aku bersamanya
di surga-Mu dan ampunilah aku, Engkau Dzat yang Maha Suci.. *_"Katakanlah,
'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sungguh Dialah yang maha pengampun,Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Ketikkan
pesan...
AL QURAN dan SUNNAH
A.
PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM
Sumber dari segi bahasa dapat diartikan “tempat
mengambil atau asal pengambilan” (Basiq Djalil, 2010: 142). Hukum secara
bahasa adalah “menetapkan sesuatu atas sesuatu yang lain” (Basiq Djalil,
2010: 34), sedangkan Islam itu sendiri adalah nama agama. Maka dapat
disimpulkan bahwa hukum Islam adalah asal pengambilan dalam menetapkan
sesuatu/peristiwa sesuai dengan ketentuan dalam agama Islam. Secara opersional
dapat dipahami bahwa sumber hukum Islam adalah dasar/landasan penetapan sesuatu
dalam Islam.
Sedangkan menurut istilah syara’ hukum adalah “Firman
Allah Ta’ala yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf , yang
mengandung tuntutan atau membolehkan memilih atau adanya (suatu hukum) karena
adanya yang lain”. (Basiq Djalil, 2010: 34).
Dengan demikian sumber hukum Islam dapat dipahami sebagai
penetapan Allah SWT, tentang suatu perbuatan/kejadian/peristiwa yang
dibebankan kepada orang mukallaf . Jadi kalau orang mukallaf melakukan
suatu pekerjaan atau ada suatu peristiwa berhubungan dengan orang mukallaf,
maka akan ada hukumnya. Kalau sumbernya hukum Islam berarti hukum tersebut
diambil dari Islam, yaitu bersumber (diambil/berdasarkan) kepada Al-Qur’an dan
Al-Sunnah.
B.
DASAR PENGGUNAAN SUMBER AGAMA ISLAM
Penggunaan sumber agama
islam di dasarkan pada ayat al-qur‟an surat An-Nisa (5) : 59 yang artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasulmu dan ulil amri
diantara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Qur‟an) dan rasul (sunah). Jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian lebih baik bagimu dan lebih baik
akibatnya.” (Qs. An-Nisa 4:59).
C.
SUMBER HUKUM ISLAM
Sumber hukum islam dikategorikan menjadi 3
yaitu Al Qur’an, Al Hadistt/Sunah Rosul dan Ijtihad.
YANG PERTAMA (AL QUR’AN) :
- Pengertian
Al Qur‟an
Secara etimologis, kata Al Qur’an berasal dari bahasa
Arab yang berarti “bacaan”.
Menurut istilah, Al Qur’an sebagai kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan menggunakan bahasa
arab sebagai hijjah (bukti) atas kerasulan Nabi Muhammad SAW dan sebagai pedoman
hidup bagi manusia serta sebagai media dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan membacanya.
Menurut al Syaukani (dalam Amir Syarifuddin, 1997, I:
47), Al Qur’an yaitu kalam Allah yang diturunkan melalui Nabi SAW, tertulis dalam
mushhaf, dan dinukilkan secara mutawatir.
Menurut Ibnu Subki (dalam Amir Syarifuddin, 1997, I:
47), Al Qur’an adalah lafazh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
mengandung mukjizat pada setiap suratnya, yang dinilai ibadah membacanya.
- Unsur-unsur
Pokok Yang Menjelaskan Hakikat Al Qur’an
ü Merupakan
kalam Allah yang berbentuk lafazh (sekaligus makna)
ü Diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW
ü Menggunakan
bahasa Arab.
ü Mengandung
mu’jizat pada setiap ayat dan suratnya.
ü Tertulis
dalam mushhaf.
ü Membaca
Al Qur’an bernilai ibadah.
ü Ayat-ayat
Al Qur’an dinukil secara mutawatir (tidak diragukan keautentikannya).
- Cara-Cara
Al Qur’an Diwahyukan
Allah berkomunikasi dengan manusia, termasuk para nabi
dan rasul dengan tiga cara, yaitu bisikan kedalam hati (wahyu), dari balik tabir,
dan utusan yang diberi wewenang oleh Allah untuk menyampaikan pesan ketuhanan kepada
orang yang dikehendaki-Nya.
- Cara
Nabi Muhammad Dalam Menerima Wahyu
ü Malaikat
memasukkan wahyu dalam hati Nabi
ü Malaikat
menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata
kepada Nabi sehingga Nabi mengetahui dan hafal benar kata-kata itu
ü Wahyu
dating kepada Nabi seperti gemerincing lonceng. Cara ini paling berat dirasakan
oleh Nabi
ü Malaikat
menampakkan dirinya dalam wujud aslinya
- Pembagian
Ayat-Ayat Al Qur’an
ü Periode
ketika Nabi masih berada di Makah
·
Ayat Al Qur’an yang turun disebut ayat
Makiyyah
·
Ciri: suratnya pendek-pendek, didahului dengan
kata yaayyuhannas, berisi masalah keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat
terdahulu, dan budipekerti.
ü Periode
ketika Nabi sudah hijrah ke Madinnah
·
Ayat Al Qur’an yang turun disebut ayat
Madaniyah
·
Ciri: surahnya panjang-panjang, didahului dengan
yaayyuhalladzinaamanu, berisi tentang hukum-hukum syariat
- Isi
Al Qur’an
ü Prinsip-prinsip
aqidah, syariah, dan akhlak
ü Janji-janji
dan ancaman Allah
ü Kisah-kisah
para nabi dan umat-umat terdahulu
ü Hal-hal
yang akan terjadi dimasa datang
ü Prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan
ü Sunatullah
atau hukum Allah yang mengikat pada keseluruhan ciptaan-Nya
- Fungsi
Al Qur’an
ü Hudan
yaitu petunjuk bagi umat manusia
ü Rahmat
artinya kasih saying Allah kepada umat manusia
ü Bayyinah
yaitu bukti penjelasan tentang suatu kebenaran
ü Furqan
yaitu sebagai pembeda antara yang hak dan batil, benar dan salah, halal dan haram,
indah dan jelek, serta yang dilarang dan yang diperintahkan
ü Mau’izhah
atau pelajaran bagi manusia
ü Syifa’
artinya obat untuk penyakit hati
ü Tibyan
yaitu sebagai penjelasan terhadap segala sesuatu yang disampaikan Allah
ü Busyra
yaitu sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang berbuat baik
ü Tafshil
yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang dikehendaki oleh Alla
ü Hakim
yaitu sumber kebijaksanaan
ü Mushaddiq
yaitu membenarkan isi kitab-kitab yang dating sebelumnya
ü Muhaimin
yaitu batu ujian (penguji) bagi kitab-kitab sebelumnya
YANG KEDUA (AL SUNNAH/AL HADIST) :
- Pengertian
Al Sunnah/Al Hadist
Secara Etimologis kata sunah berasal dari kata bahasa arab
yaitu “sunnah” yang berarti cara, adat istiadat (kebiasaan), dan perjalanan hidup
(sirah) yang tidak dibeda-bedakan antara yang baik dan yang buruk.
Secara Terminologi Menurut ahli hadist, sunnah berarti
sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan, perbuatan,
penetapan, sifat, dan perjalanan hidup beliau baik pada waktu sebelum diutus menjadi
Nabi maupun sesudahnya.
- Bagian-Bagian
Al Sunnah/Al Hadist
ü Rawi
: orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah
didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya)
ü Matan
: materi atau isi dari suatu hadist
ü Sanad
: jalan yang dapat menghubungkan matan hadist kepada Nabi SAW
- Klasifikasi
Al Sunnah/Al Hadist
Berdasarkan
aspek bentuk :
ü Sunnah
qauliyah : ucapan Nabi yang didengar oleh para sahabat dan disampaikan kepada orang
lain
ü Sunnah
fi’liyah : perbuatan Nabi yang dilihat para sahabat dan disampaikan kepada orang
lain dengan ucapan mereka
ü Sunnah
taqririyah : perbuatan sahabat atau ucapannya yang dilakukan didepan Nabi yang
dibiarkan begitu sajao leh Nabi tanpa dilarang atau disuruh
- Berdasarkan
Jumlah Sanad Atau Perawi Yang Terlibat Dalam Periwayatannya
ü Sunnah
mutawatir : sunnah yang disampaikan secara berkesinambungan yang diriwayatkan oleh
sejumlah besar perawi yang menurut kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk berdusta
ü Sunnah
masyhur : sunnah yang diriwayatkan oleh sejumlah sahabat yang tidak mencapai batasan
mutawatir dan menjadi mutawatir pada generasi setelah sahabat
ü Sunnahahad
: sunnah yang diriwayatkan oleh seorang perawi, dua orang perawi atau lebih yang
tidak memenuhi persyaratan sunnah mutawatir
- Berdasarkan
Aspek Kualitasnya(Diterima/Ditolak)
ü Sunnahshahih
Syaratnya:
·
Sanadnya bersambung
·
Diriwayatkan oleh perawi yang adil
·
Perawinya kuat hafalannya
·
Hadistnya tidak janggal
·
Hadistnya terhindar dari cacat
ü Sunnah
hasan
Yaitu sunnah yang memiliki semua persyaratan sunnah shahih
kecuali para perawinya, seluruhnya atau sebagiannya kurang hafalannya.
ü Sunnah
dla’if
Yaitu sunnah yang tidak memiliki sifat-sifat untuk dapat
diterima atau sunnah yang tidak memiliki sifat sunnah shahih dan hasan.
- Fungsi
Al Sunnah/Al Hadist
ü Menetapkan
dan menguatkan hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh Al Qur’an
ü Merinci
dan menafsirkan ayat Al Qur’an yang masih global (bayan tafshil), membatasi
atau Al Qur’an yang masih muthlaq/umum (bayan taqyid), dan mengkhususkan ayat
Al Qur’an yang masih umum (bayan takhshish)
ü Menetapkan
hukum yang belum ditetapkan oleh Al Qur’an
YANG KETIGA (IJTIHAD)
- Pengertian
Ijtihad
Secara Etimologis kata ijthad itu berasal dari bahasa
Arab yang artinya “penumpahan segala upaya dan kemampuan”.
Secara terminologis
ulama ushul mendefinisikan ijtihad sebagai mencurahkan kesanggupan dalam hukum
syara’ yang bersifat amaliyah. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.
- Dasar
Penggunaan Ijtihad
ü Dasar
hukum dibolehkannya ijtihad adalah al-Qur’an, sunnah, dan logika
ü Dasarnya
QS. An-Nisa’ (5) : 59 yang berisi perintah untuk taat kepada Allah (dengan Al
Qur’an sebagai sumber hukum), taat kepada Rasul-Nya (dengan Sunnah sebagai
pedoman), dan taat kepada ulul amri, serta perintah untuk mengembalikan hal-hal
yang dipertikaikan kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah)
- Persyaratan
Melakukan Ijtihad
ü Menguasai
“ilmu alat”
ü Menguasai
Al Qur’an yang merupakan sumber pokok hukum Islam
ü Menguasai
Sunnah atau hadist Nabi sebagai sumber hukum Islam kedua
ü Mengetahui
ijma ulama
ü Mengetahui
qiyas
ü Mengetahui
maqasyid al-syari’ah
ü Mengetahui
ushul fiqih
ü Mengetahui
ilmu pengetahuan dan teknologi
- Lapangan
Ijtihad
ü Masalah
yang ditunjukkan oleh nash yang zhanniy (tidak pasti), baik dari segi
keberadaannya (wujud) maupun dari segi menunjukkan terhadap hukum (dalalah)
ü Masalah
baru yang belum ditegaskan hukumnya oleh nash
ü Masalah
baru yang belum di-ijma’kan
ü Masalah
yang diketahui illat hukumnya, seperti muamalah
- Metode-Metode
Ijtihad
ü Ijma’
ü Qiyas
ü Istihsan
ü Mashlahah
mursalah
ü Istishhab
ü Madzhab
shahabi
ü Syar’u
man qablana
ü Saddu
al-dzari’ah
TOLERANSI
UMAT BERAGAMA
A.
PENGERTIAN TOLERANSI
Pengertian Toleransi Kata
toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti bertahan atau
memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu
tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah
pihak tidak sependapat (Siagian, 1993:115). Dengan demikian toleransi menunjuk
pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang
berbeda. Menurut Webster’s New American Dictionary arti toleransi adalah liberty to ward the opinions of others,
patients with others (memberi kebebasan (membiarkan) pendapat orang lain,
dan berlaku sabar menghadapi orang lain). Toleransi diartikan memberikan tempat
kepada pendapat yang berbeda. Pada saat bersamaan sikap menghargai pendapat
yang berbeda itu disertai dengan sikap menahan diri atau sabar. Oleh karena itu
di antara orang yang berbeda pendapat harus memperlihatkan sikap yang sama
yaitu saling mengharagai dengan sikap yang sabar.
Kata toleransi dalam
bahasa Arab adalah kata “tasamuh”. Tasamuh dalam bahasa Arab berarti membiarkan
sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan. Dari kata tasamuh
tersebut dapat diartikan agar di antara mereka yang berbeda pendapat hendaknya
bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Masing-masing pendapat
memperoleh hak untuk mengembangkan pendapatnya dan tidak saling menjegal satu
sama lain. Dari beberapa pendapat di atas toleransi dapat diartikan sebagai
sikap menenggang, membiarkan, membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan,
dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain
toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain. Toleransi tidak
berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya.
Dalam toleransi sebaliknya tercermin sikap yang kauat atau istiqamah untuk
memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.
B.
PENGERTIAN UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH INSANIYAH
C.
TOLERANSI DALAM PANDANGAN ISLAM
Dalam sejarah kehidupan
umat Islam sikap toleransi telah diletakkan pada saat awal Nabi Muhammad saw
membangun Negara Madinah. Sesaat setelah Nabi Muhammad saw hijrah ke kota
Madinah, Nabi segera melihat adanya pluralitas yang terdapat di kota Madinah.
Pluralitas yang dihadapi Nabi antara lain tidak hanya karena perbedaan etnis
semata, tetapi juga perbedaan yang disebabkan agama. Madinah tidak bersifat
homogen dengan agama, tetapi di Madinah di samping yang beragama Islam,
terdapat pula penduduk yang beragama Yahudi dan Nasrani. Melihat pluralitas
keagamaan ini Nabi berinisiatif untuk membangun kebersamaan dengan yang berbeda
agama. Inisiatif itu kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan Piagam
Madinah. Dalam pandangan Nurcholish Madjid (1992:195) Piagam Madinah merupakan
dokumen politik resmi pertama yang meletakkan prinsip kebebasan beragama dan
berusaha. Bahkan sesungguhnya Nabi juga membuat perjanjian tersendiri yang
menjamin kebebasan dan keamanan umat Kristen di mana saja, sepanjang masa.
Contoh lain dari wujud
toleransi Islam terhadap agama lain diperlihatkan oleh Umar ibn al-Khattab.
Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci
itu ditaklukan oleh kaum Muslimin. Isi perjanjian itu antara lain berbunyi “…Ia
(Umar, pen) menjamin mereka keamanan untuk jiwa dan harta mereka, dan untuk
gereja-gereja dan salib-salib mereka, serta yang dalam keadaan sakit ataupun
sehat, dan untuk agama mereka secara keseluruhan. Gereja-gereja mereka tidak
akan diduduki dan tidak pula dirusak, dan tidak akan dikurangi sesuatu apa pun
dari gereja-gereja itu dan tidak pula dari lingkungannya…” (Nurcholish Madjid,
1992:193). Kebijakan politik yang dilakukan baik oleh Nabi Muhammad saw atau
Umar ibn al-Khattab di atas tentu dengan dasar-dasar pijakan yang terdapat
dalam al-Qur‟an. Dalam beberapa ayatnya al-Qur‟an menyatakan: “Tidak ada
paksaan untuk memasuki agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang salah…” (QS. Al-Baqarah (2):256). “Dan katakanlah:
“Kebenaran itu datang dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir…” (QS.
Al-Kahfi (18):29). “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya” (QS. Yunus (10):99).
Ayat-ayat tersebut menjadi dasar tentang adanya kebebasan manusia untuk
menentukan pilihan atas agamanya. Prinsip-prinsip itulah yang mendasari
kebijakan politik umat Islam tentang kebebasan beragama. Meskipun tidak
sepenuhnya sama dengan yang ada di zaman modern ini, namun prinsip-prinsip
kebebasan beragama dalam zaman klasik itu sama dengan yang terjadi sekarang.
Dalam hubungannya dengan
orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik
dan bertindak adil kepada siapapun yang tidak memerangi umat Islam karena agama
yang dianut. Al-Qur‟an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan
terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang di antara umat
Islam dengan umat beragama lain. Adanya kerjasama yang baik antara umat Islam
dan umat beragama lain tidaklah menjadi halangan dalam Islam. Keadaan demikian
digambarkan dalam al-Qur‟an: “Dan jika seseorang di antara orang-orang
musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia, supaya ia
sempat mendengarkan firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman
baginya” (QS. Al-Taubah (9):6). “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang
antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah
Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tiada melarang
kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah
(60):7-8). Seiring dengan arti toleransi di atas, yaitu memberikan tempat
kepada orang yang berbeda agama, tidak berarti mengakui kebenaran semua agama.
Toleransi tidak dapat diartikan mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula
dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibaat keagamaan lain. Allah
telah menentukan bahwa agama yang diridhai di sisiNya adalah agama Islam.
Antara agama Islam dengan agama kenabian yang lain mungkin ditemukan adanya
persamaan, akan tetapi tidak dapat dielakkan bahwa telah terjadi perbedaan
dalam beberapa hal, yang menurut keyakinan Islam hal itu terjadi akibat campur
tangan manusia. Begitu pula antara Islam dan agama bukan kenabian, kemungkinan
terdapat persamaan, terutama dalam ajaran moralnya, karena akal budi manusia
bisa sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang sejalan dengan wahyu.
Toleransi harus dibedakan
dari komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa
menciptakan kedamaian dan kerukunan, atau saling memberi dan menerima demi
terwujudnya kebersamaan. Kompromisme tidak dapat diterapkan dalam kehidupan
beragama. Kompromisme dalam beragama akan melahirkan corak keagamaan yang
sinkretik. Nabi Muhamammad pernah diminta kaum musyrik Makkah untuk mengadakan
kompromi agama. Pada waktu-waktu tertentu, kaum musyrikin ikut melakukan ibadah
menurut ajaran Nabi Muhammad saw, tetapi pada gilirannya Nabi Muhammad saw pun
ikut melakukan ibadah kaum musyrikin. Terhadap keinginan kompromi agama seperti
itu Alah swt menurunkan frimanNya seperti yang terdapat dalam surat al-Kafirun
(QS. 109). Kompromi dalam ajaran agama adalah tidak mungkin untuk dilakukan,
dan Allah sendiri telah melarangnya. Dalam hal ibadah masing-masing agama
melaksanakan sesuai dengan keyakinannya. Betapapun baiknya ajaran Islam tentang
bagaimana seharusnya umat Islam bersikap terhadap kaum agama lain, tetapi dalam
hal menyangkut pelaksanaan ibadah tidak dapat terjadi kompromi di dalamnya.
D.
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
Toleransi antar umat
beragama di Indonesia populer dengan istilah kerukunan hidup antar umat
beragama. Istilah tersebut merupakan istilah resmi yang dipakai oleh
pemerintah. Kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu tujuan
pembangunan bidang keagamaan di Indonesia. Gagasan ini muncul terutama
dilatarbelakangi oleh meruncingnya hubungan antar umat beragama. Adapun
sebab-musabab timbulnya ketegangan intern umat beragama, antar umat beragama,
dan antara umat beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek
antara lain:
- Sifat dari
masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau missi;
- Kurangnya
pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain;
- Para pemeluk
agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan
memandang rendah agama lain;
- Kaburnya
batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan masyarakat.
- Kecurigaan
masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar
umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah; dan
- Kuranngnya
saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat (Depag,
1980:38).
Untuk mengatasi hubungan
yang tidak harmonis antar umat beragama ini dan untuk mencari jalan keluar bagi
pemecahan masalahnya, maka H.A. Mukti Ali, yang ketika itu menjabat sebagai
Menteri Agama, pada tahun 1971 melontarkan gagasan untuk dilakukannya dialog
agama. Dialog agama diselenggarakan sebagai usaha untuk mempertemukan
tokoh-tokoh agama dalam rangka pembinaan kerukunan umat beragama. Dialog agama
bukanlah polemik tempat orang beradu argumentasi lewat pena. Dialog bukan debat
untuk saling mengemukakan kebenaran pendapat dari seseorang dan mencari
kesalahan pendapat orang lain. Dialog bukan apologi sehingga orang berusaha
mempertahankan kepercayaan karena merasa terancam. Dialog agama, pada hakekatnya
adalah suatu percakapan bebas, terus terang dan bertanggung jawab, yang
didasari oleh saling pengertian dalam menanggulangi masalah kehidupan bangsa ,
baik materil maupun spiritual. Oleh karena itu, perlu dikembangkan prinsip
“agree in disagreement” (setuju dalam perbedaan). Hal ini berarti setiap
peserta dialog agama harus berlapang dada dalam sikap dan perbuatan (Tarmizi
Taher, 1997:5).
Agama menampakkan diri
dalam berbagai perwujudan, seperti terlihat dalam sistem pemikirannya, baik
yang berupa sistem keyakinan maupun norma. Ia juga menampakkan diri lebih
lanjut dalam bentuk sistem peribadatan, dan ini terlihat dengan adanya rumah-rumah
ibadah dan tradisi-tradisi keagamaan. Penampakkan lebih lanjaut terlihat dalam
bentuk persekutuan atau kelembagaan keagamaan, seperti adanya kelompok-kelompok
umat beragama dan lembaga-lembaga keagamaan serta lembaga-lembaga sosial
keagamaan. Melalui perwujudan yang bercorak kelembagaan, agama menjadi kekuatan
nyata dalam proses pembangunan bangsa. Otoritas kepemimpinan keagamaan
merupakan faktor yang ikut menentukan pola kesatuan dan kerukunan umat
beragama. Dengan otoritas tersebut, para pemimpin agama beserta lembaga-lembaga
keagamaannya menggarap masalah-masalah yang tidak terjangkau oleh tangan
pemerintah. Adapun peranan para pemimpin dan tokoh agama dalam pembangunan
antara lain sebagai berikut:
- Menerjemahkan
nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan masyarakat;
- Menerjemahkan
gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh rakyat;
- Memberikan
pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang
dilakukan untuk suksesnya pembangunan; dan
- Mendorong dan
membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha
pembangunan (Tarmizi Taher, 1997:4).
Selanjutnya agar
pembinaan kehidupan beragama tetap dalam kerangka pembinaan dan memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Peningkatan
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka menumbuhkan
kesadaran beragama bagi setiap pemeluknya. Kesadaran beragama itu tidak saja
mewujud dalam kepekaan moral, melainkan juga dalam kepekaan sosial, sehingga
dengan demikian tidak membuat fanatisme dan eksklusivisme, melainkan
menumbuhkan toleransi sosial dan sikap terbuka.
2. Negara
menjamin kebebasan beragama dan bahkan berusaha membantu pengembangan kehidupan
beragama dalam rangka pembangunan. Masing-masing umat beragama memperoleh
kesempatan seluas-luasnya untuk menjalankan dan mengembangkan kehidupan agama
mereka.
Pembinaan kerukunan hidup
umat beragama semakin mendapat perhatian pemerintah pada masa Departeman Agama
dipimpin oleh H. Alamsyah Ratu Prawiranegara, dan terus dilanjutkan oleh
menteri-menteri berikutnya. Perhatian yang demikian besar dari pemerintah
terhadap pentingnya kerukunan hidup umat beragama diperlihatkan dengan
dibuatnya suatu proyek khusus, yaitu proyek kerukunan hidup umat beragama.
Usaha pembinaan kerukunan umat beragama melalui dialog pemuka agama
diprogramkan tidak hanya sebagai ajang pertukaran pendapat semata, tetapi harus
diberi bobot sebagai usaha musyawarah bersama pemuka-pemuka umat berbagai agama
dalam rangka menciptakan kerukunan inter dan antar umat beragama. Dalam pembinaan
kehidupan beragama, pemerintah tidak hanya menjamin kebebasan tiap penduduk
untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
tetapi juga menjamin, membina, mengembangkan, serta memberikan bimbingan dan
pengarahan agar kehidupan beragama lebih berkembang, semarak, dan serasi dengan
tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu, pola pembinaan kerukunan hidup
beragama diarahkan pada tiga bentuk, yaitu (1) kerukunan intern umat beragama;
(2) kerukunan antar umat beragama; dan (3) kerukunan antar umat beragama dengan
pemerintah (Depag, 1980: 45).
KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN ISLAM
Secara garis besar,defenisi kebudayaan
islam dikelompokkan kedalam enam kelompok sesuai dengan tinjauan dan sudut
pandang masing-masing membuat defenisi. Kelompok pertama menggunakan pendekatan
deskriptif dengan menekankan pada sejumlah isi yang terkandung didalamnya
seperti definisi yang dipakai oleh tailor bahwa kebudayaan itu adalah
keseluruhan yang amat kompleks meliputi ilmu pengetahuaan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat istiadat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang
diterima manusia sebagai anggota masyarakat.
Kelompok kedua menggunakan pendekatan
historis dengan menekankan pada warisan sosial dan tradisi kebudayaan seperti
definisi yang dipakai oleh Park dan Burgess yang menyatakan bahwa kebudayaan
suatu masyarakat adalah sejumlah totalitas dan organisasi dan warisan sosial
yang diterima sebagai sesuatu yang bermakna yang dipengaruhi oleh watak dan
sejarah hidup suatu bangsa. Dari berbagai tujuan dan sudut pandangan tentang
definisi kebudayaan, menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan sesuatu
persoalan yang sangat luas.
Al Qu’ran
memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan meletakkan kebudayaan
sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan
merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan
tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Jadi secara umum kebudayaan islam
adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan
pada nilai-nilai tauhid.islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah
dan berkembang.
Kebudayaan ialah gabungan antara tenaga
fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga
batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam
bentuk sikap, maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau
dibidang apapun dianggap kebudayaan.Sebab hasil daripada daya pemikiran dan
daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan,
ekonomi,seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Agama islam adalah wahyu dari Allah SWT
yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan
untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat.Agama islam
bukanlah kebudayaan,sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga
lahir manusia.Tetapi islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi,
berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan
lain lain.jadi, sekali lagi dikatakan, agama islam itu bukan kebudayaan, tapi
mendorong manusia berkebudayaan.
B. PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN ISLAM
Seperti
sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah
begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh
dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat
bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih
sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Di mana pulakah ada suatu
keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad
ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula
sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh
pengorbanan untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah
mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya
kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun yang dalam gengsi dan
keturunan ia sederajat dengan mereka, yang baik dengan harta, kedudukan atau
dengan godaan-godaan lain, mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu
belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang
sudah meliputi segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan
manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini
berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala
karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran
Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini
lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala
usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun
untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa
atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang
pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya
Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri
maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung
kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)
C. NILAI
NILAI KEBUDAYAAN ISLAM
Di
zaman modern, semangat dan pemahaman sebahagian generasi muda ummat islam
khususnya mahasiswa PTU dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran islam. Mereka
berpandangan bahwa islam yang benar adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh
nabi Muhammad SAW, secara utuh termasuk nilai-nilai budaya arabnya. Kita tahu
islam itu dari beliau, dan yang mengingkari kerasulannya adalah kafir. Nabi
Muhammad SAW, adalah seorang rasul allah dan harus di ingat bahwa beliau adalah
orang arab.Dalam kajian budaya sudah tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku
kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan nilai-nilai islam itu
bersifat universal.
Dalam
perkembangan dakwah islam di indonesia, para penyiar agama mendakwakan ajaran
islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah
jawa. Karena kehebatan para Wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan
bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam
telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
D.
MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM
Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara
terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas
ibadah dalam arti luas (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:295).
Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat
ibadah khusus, seperti sholat. Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw
berfungsi sebagai pusat peradaban. Oleh sebab itu, masjid oleh umat Islam
dijadikan sebagai simbol persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad saw mendirikan
masjid pertama kali, fungsi masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat
peribadatan dan peradaban.
Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid
untuk tempat ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan
pendidikan keagamaan, di mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum
agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi
pemimpin-pemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta
asing. Pendek kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial
politik. (Athiyah al-Abrasyi, 1984:58).
Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda.
Fungsi masjid mulai menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk
ibadah-ibadah ritual semata. Fungsi masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya
disediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti :
- Perpustakaan, yang menyediakan
berbagai buku bacaan dengan berbagi disiplin ilmu
- Ruang diskusi, yang digunakan
untuk berdiskusi sebelum atau sesudah sholat berjama’ah
- Ruamg kuliah, yang bisa juga
digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja masjid (Muhaimin & Abdul
Mujib, 1993:296)
Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari
tahun ke tahun kian bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa
fungsionalisasinya belum optimal. Salah satu jalan untuk memfungsikannya secara
maksimal adalah dengan menumbuhkan kesadaran umat akan pentingnya peranan
masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jama’ahnya. Peran masjid perlu
dioptimalkan. Sebab, menurut Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik
pusat kepada pusat pembinaan umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual
dan ibadah sosial (Sudrajat Ajat, 2008:232).
Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi
yang sangat vital dan dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya :
- Masjid pada umumnya dipahami
masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat
- Sebagai “prasasti” atas
berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa ini bendera sebagai simbol
sebuah Negara yang telah merdeka, maka kaum Muslimin pada tempo dulu jika
berhasil “menaklukkan” sebuah Negara, mereka menandainya dengan membangun
sebuah masjid sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut menjadi bagian dari
“Negara Islam” (Shini,T.T:158)
- Masjid merupakan sumber
komunikasi dan informasi antar warga masyarakat Islam
- Di zaman Nabi SAW masjid
sebagai pusat peradaban
- Sebagai simbol persatuan umat
Islam
- Sebagai pusat gerakan
- Di Masjid kaum tua-muda Muslim
mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu Islam, mempelajari Al-Qur’an dan
Al-Hadist , kritisme, tafsir, cabang-cabang syariat, sejarah, astronomi,
geografi, tata bahasa, dan sastra arab.
NIKAH DAN MACAM-MACAM TALAK
A. PENGERTIAN NIKAH
Secara bahasa nikah diartikan sebagai
berkumpul, wathi, dan akad. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai:
عقد يتضمن ملك وطء بلفظ إنكاح أو تزويج أو معناهما
Akad
yang mengandung maksud untuk memiliki kesenangan wat’I dengan menggunakan
lafadz nikah atau kawin atau yang semakna dengan keduanya.
Atau bisa dikatakan bahwa pernikahan merupakan ikatan
diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik,
asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan dan lain hal.
B. TUJUAN NIKAH DALAM ISLAM
- Melanjutkan keturunan, yang
merupakan penyambung cita-cita, membentuk keluarga.
- Untuk menjaga diri dari
perbuatan yang dilarang Allah.
- Untuk menimbulkan rasa sayang
antara suami, istri dan anak-anak.
- Untuk melaksanakan sunah
Rasulullah.
- Untuk membersihkan keturunan
dan memperjelas siapa Ayah, Ibu, kakek, Nenek dari keturunan berikutnya.
Nikah dalam
ajaran Islam merupakan perbuatan yang memiliki tujuan yang baik dan luhur,
sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-qur’an :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
(Q.S 30: 21)
Dalam ayat
diatas dikemukakan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan keluarga
yang penuh ketentraman dan kedamaian yang dihiasi dengan kasih sayang di antara
suami-istri. Untuk itu perkawinan tidak dapat dilangsungkan dengan hanya
berbekal saling mencintai saja, melainkan memerlukan kesiapan dan kematangan
baik fisik, psikologis, maupun sosial ekonomi. Dari perkawinan yang sakinah itu
akan lahir anak-anak yang sehat lahir dan batin serta menjadi anak yang saleh.
C. HIKMAH PERNIKAHAN
Keluarga dalam Islam adalah perintah agama yang berusaha untuk diwujudkan oleh
setiap manusia beriman. Ia juga kesempurnaan akhlak manusia yang dicoba-raih
oleh setiap pribadi. Pernikahan mengandung beberapa hikmah yang memesona dan
sejumlah tujuan luhur. Ada beberapa khikmah dalam pernikahan, diantaranya :
1. Meninggikan
Harkat dan Martabat Manusia.
Lihatlah bagaimana kehidupan manusia
yang secara bebas mengumbar nafsu biologisnya tanpa melalui bingkai halal
sebuah pernikahan, maka martabat dan harga diri mereka sama liarnya dengan
nafsu yang tidak bisa mereka jinakkan. Menikah menjadikan harkat dan martabat
manusia-manusia yang menjalaninya menjadi lebih mulia dan terhormat. Manusia
secara jelas akan berbeda dengan binatang apabila ia mampu menjaga hawa
nafsunya melalui pernikahan.
2. Memuliakan
Kaum Wanita.
Banyak wanita-wanita yang pada
akhirnya terjerumus pada kehidupan hitam hanya karena diawali oleh kegagalan
menikah dengan orang-orang yang menyakiti kehidupan mereka. Menikah dapat
memuliakan kaum wanita. Mereka akan ditempatkan sebagai ratu dan permaisuri
dalam keluarganya
3. Cara untuk
Melanjutkan Keturunan.
Salah satu tujuan menikah adalah
meneruskan keturunan. Pasangan yang shaleh diharapkan mampu melanjutkan
keturunan yang shaleh pula. Dari anak-anak yang shaleh ini akan tercipta sebuah
keluarga shaleh, selanjutnya menjadi awal bagi terbentuknya kelompok-kelompok
masyarkat yang shaleh sebagai cikal bakal kebangkitan Islam di masa mendatang.
4.
Wujud Kecintaan Allah SWT.
Inilah bukti kecintaan Allah
terhadap mahkluk-Nya. Dia memberikan cara kepada mahkluk-Nya untuk dapat
memenuhi kebutuhan manusiawi seorang mahkluk. Di dalam wujud kecintaan
itu, dilimpahkan banyak keberkahan dan kebahagiaan hidup yang dirasakan melalui
adanya tali pernikahan. Allah menjadikan mahkluk-Nya berpasang-pasangan dan
ditumbuhkan padanya satu sama lain rasa cinta dan kasih sayang.
D. RUKUN NIKAH
Rukun nikah ada 5 yaitu :
- Calon Suami
- Calon Istri
- Sighat akad (ijab qabul)
- Wali mempelai perempuan
Sabda Nabi
saw yang artinya “Perempuan mana saja yang menikah tanpa izin walinya maka
pernikahan itu batal/tidak sah (HR. Empat orang ahli hadist kecuali Nasa’i).
- Dua orang saksi
Sabda
Rosulullah saw. yang artinya “Tidak sah menikah melainkan dengan walinya dan
dua orang saksi yang adil.“
E. AKAD NIKAH
Ketika taaruf antara ikhwan dan
akhwat sudah semua disepakati, maka disunahkan untuk segera mengkhitbahnya, dan
segera dilangsungkan akad nikah untuk menghindari fitnah. Perlu kita ketahui
bahwa dalam akad nikah hal-hal yang disyariatkan dan wajib yaitu :
1.
Adanya
suka sama suka antara kedua calon mempelai
2.
Adanya
Wali
3.
Adanya
Saksi
4.
Adanya
Mahar
5.
Adanya
Ijab Qabul
F. HUKUM NIKAH
Firman
Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 32:
Artinya
: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (untuk kawin) di
antara hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memberikan kemampuan
kepada mereka dengan kami-Nya.
Maka
secara rinci
jumhur ulama menyatakan hukum perkawinan itu dengan melihat
keadaan orang-orang tertentu, sebagai berikut:
- Wajib bagi
orang-orang yang telah pantas untuk kawin, berkeinginan untuk kawin dan
memiliki perlengkapan untuk kawin; ia
khawatir akan terjerumus ke tempat maksiat kalau ia tidak kawin.
- Sunnat bagi
orang-orang yang telah berkeinginan untuk kawin, telah pantas untuk kawin dan dia telah mempunyai perlengkapan untuk melangsungkan perkawinan.
- Makruh
bagi orang-orang yang belum pantas untuk kawin, belum
berkeinginan untuk kawin, sedangkan perbekalan untuk perkawinan
juga belum ada. Begitu pula ia telah mempunyai
perlengkapan untuk perkawinan, namun fisik-nya mengalami cacat seperti
impoten, berpenyakitan tetap, tua
bangka dan kekurangan fisik lainnya.
- Mubah bagi orang-orang yang pada dasarnya
belum ada dorongan untuk kawin dan
perkawinan itu tidak akan men-datangkan
kemudaratan apa-apa kepada siapa pun.
- Haram
bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi ketentuan
syara' untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan
itu tidak akan mencapai tujuan syara', sedang-ia
meyakini perkawinan itu akan merusak kehidupan pasangannya.
G. PERNIKAHAN YANG DILARANG DALAM ISLAM
Islam melarang beberapa bentuk
pernikahan seperti di bawah ini :
- Nikah
Mut’ah
Yang
dimaksud dengan nikah mut’ah adalah nikah yang diniatkan hanya untuk
bersenag-bersenang dan hanya untuk jangka waktu tertentu saja, mungkin dapat
diistilahkan dengan ungkapan nikah kontrak.
Pada
awalnya nikah ini diperbolehkan oleh Rasulullah SAW, karena pada saat itu kaum
muslimin sedang mengalami peperangan yang berkepanjangan dan jauh dari isteri
mereka, pertimbangannya agar kaum muslimin yang berada di medan peperangan
terhindar dari bahaya dan kehinaan zina.
Setelah
itu Rasulullah SAW melarang pernikahan jenis ini, karena dikhawatirkan terdapat
unsur pelecehan terhadap wanita, dan tidak sesuai dengan tujuan pernikahan itu
sendiri.
- Nikah Muhallil
Nikah
Muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap perempuan
yang telah di talak tiga, dengan maksud agar mantan suaminya yang mentalak
isterinya tadi dapat menikahinya lagi.
Nikah
seperti ini dilarang oleh agama, bahkan dilaknat oleh Rasulullah SAW. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : “Dari Ibnu Mas’ud ia berkata :
Rasulullah SAW mengutuk laki-laki yang Muhallil dan Muhallal Lahu (HR.Tarmidzi
dan Nasai).
- Pernikahan Silang (Beda Agama)
Pernikahan
silang adalah pernikahan lintas agama atau pernikahan antara laki-laki dan
perempuan yang berbeda keyakinan dan berbeda agama. Dan Islam melarang
pernikahan silang ini seperti yang disebutkan dalam firman Allah :
“Dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah
kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak
ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”(QS.
Al Baqarah : 221).
- Pernikahan Khadan
Khadan
mempunyai arti gundik atau piaraan, baik laki-laki yang menjadikan perempuan
sebagai gundiknya atau sebaliknya. Pernikahan Khadan merupakan tradisi
jahiliyah dan di dunia modern istilah khadan berganti dengan istilah “kumpul
kebo”. Pernikahan atau cara yang seperti ini dilarang oleh agama dan melecehkan
nilai-nilai dari rumah tangga yang sakral dan suci.
H.
TALAK
- Pengertian dan Hukum Talak
Menurut bahasa talak berarti melepaskan ikatan.
Menurut istilah talak ialah lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak.
Asal hukum talak adalah makruh, sebab merupakan perbuatan halal tetapi sangat
dibenci oleh Allah swt. Nabi Muhammad saw, bersabda :
أَبْغَضُ الْحَلاَلِ عِنْدَ اللهِ الطَّلاَقُ (رواه ابوداود)
Artinya
:"Perbuatan halal tetapi paling dibenci oleh Allah adalah talak".
(HR. Abu Daud).
- Hal-hal yang Harus Dipenuhi dalam Talak ( Rukun
Talak) ada 3 macam :
a. Yang
menjatuhkan talak(suami), syaratnya: baligh, berakal dan kehendak sendiri.
b. Yang dijatuhi
talak adalah istrinya.
c. Ucapan talak,
baik dengan cara sharih (tegas) maupun dengan cara kinayah
(sindiran).
Cara sharih:
Misalnya “saya
talak engkau!” atau “saya cerai engkau!”. Ucapan talak dengan cara sharih tidak
memerlukan niat. Jadi kalau suami mentalak istrinya dengan cara sharih, maka
jatuhlah talaknya walupun tidak berniat mentalaknya.
Cara kinayah:
Misalnya “Pulanglah
engkau pada orang tuamu!”, atau “Kawinlah engkau dengan orang lain, saya sudah
tidak butuh lagi kepadamu!”, Ucapan talak cara kinayah memerlukan niat. Jadi
kalau suami mentalak istrinya dengan cara kinayah, padahal sebenarnya tidak
berniat mentalaknya, maka talaknya tidak jatuh.
- Lafal dan Bilangan Talak
Lafal talak dapat diucapkan/dituliskan dengan
kata-kata yang jelas atau dengan kata-kata
sindiran. Adapun bilangan talak maksimal 3 kali, talak satu dan talak dua masih
boleh rujuk (kembali) sebelum habis masa idahnya dan apabila
masa idahnya telah habis maka harus dengan akad nikah lagi. (Al-Baqoroh :
229). Pada talak 3 suami tidak boleh rujuk dan tidak
boleh nikah lagi sebelum istrinya itu nikah dengan laki-laki
lain dan sudah digauli serta telah ditalak oleh suami keduanya itu.
- Macam-Macam Talak
Talak dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
a.
Talak Raj'i yaitu
talak dimana suami boleh rujuk tanpa harus dengan akad nikah
lagi. Talak raj’I ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama kalinya
atau kedua kalinya dan suami boleh rujuk kepada istri yang telah ditalaknya selam
masih dalam masa iddah.
b.
Talak Bain. Talak bain dibagi
menjadi 2 macam yaitu talak bain sughro dan talak bain kubra.
ü Talak bain
sughro yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri dan
talak khuluk (karena permintaan istri). Suami istri boleh rujuk dengan
cara akad nikah lagi baik masih dalam masa idah atau sudah habis masa
idahnya.
ü Talak bain
kubro yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak tiga kali (talak tiga)
dalam waktu yang berbeda. Dalam talak ini suami tidak boleh rujuk
atau menikah dengan bekas istri kecuali dengan syarat :
·
Bekas istri telah menikah lagi dengan
laki-laki lain
·
Telah dicampuri dengan suami yang baru
·
Telah dicerai dengan suami yang baru
·
Telah selesai masa idahnya setelah
dicerai suami yang baru
- Macam-macam Sebab Talak.
Talak bisa terjadi karena :
a. Ila' yaitu sumpah
seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya. Ila' merupakan adat arab
jahiliyah. Masa tunggunya adalah 4 bulan. Jika sebelum 4 bulan sudah kembali
maka suami harus menbayar denda sumpah. Bila sampai 4 bulan/lebih hakim berhak
memutuskan untuk memilih membayar sumpah atau mentalaknya.
b. Lian, yaitu sumpah
seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina. sumpah itu diucapkan 4 kali
dan yang kelima dinyatakan dengan kata-kata : "Laknat Allah swt atas
diriku jika tuduhanku itu dusta". Istri juga dapat menolak dengan sumpah 4
kali dan yang kelima dengan kata-kata: "Murka Allah swt, atas diriku bila
tuduhan itu benar".
c. Dzihar, yaitu ucapan
suami kepada istrinya yang berisi ”penyerupaan istrinya dengan ibunya”
seperti : "Engkau seperti punggung ibuku ". Dzihar
merupakan adat jahiliyah yang dilarang Islam sebab dianggap salah satu
cara menceraikan istri.
d. Khulu' (talak tebus)
yaitu talak yang diucapkan oleh suami dengan cara istri membayar kepada suami.
Talak tebus biasanya atas kemauan istri. Penyebab talak antara lain :
ü Istri sangat
benci kepada suami
ü Suami tidak
dapat memberi nafkah
ü Suami tidak
dapat membahagiakan istri
e. Fasakh, ialah rusaknya
ikatan perkawinan karena sebab-sebab tertentu yaitu :
ü Karena rusaknya
akad nikah seperti :
·
diketahui bahwa istri adalah mahrom
suami
·
Salah seorang suami / istri keluar dari
ajaran Islam
·
Semula suami/istri musyrik kemudian
salah satunya masuk Islam
ü Karena rusaknya
tujuan pernikahan, seperti :
·
Terdapat unsur penipuan, misalnya
mengaku laki-laki baik ternyata penjahat
·
Suami/istri mengidap penyakit yang
dapat mengganggu hubungan rumah tangga
·
Suami dinyatakan hilang
·
Suami dihukum penjara 5 tahun/lebih
I. HADHONAH
Hadhonah artinya mengasuh dan mendidik anak
yang masih kecil. Jika suami/istri bercerai maka yang berhak mengasuh
anaknya adalah :
a. Ketika masih
kecil adalah ibunya dan biaya tanggungan ayahnya
b. Jika si ibu
telah menikah lagi maka hak mengasuh anak adalah ayahnya
F. IDDAH
Secara bahasa iddah
berarti ketentuan. Menurut istilah iddah ialah masa menunggu bagi seorang
wanita yang sudah dicerai suaminya sebelum ia menikah dengan laki-laki lain.
Masa iddah dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada bekas suaminya apakah
dia akan rujuk atau tidak.
1. Lamanya Masa
Iddah
ü Wanita yang
sedang hamil masa idahnya sampai melahirkan anaknya. (Lihat QS. At-Talak :4)
ü Wanita
yang tidak hamil, sedang ia ditinggal mati suaminya maka masa
idahnya 4 bulan 10 hari. (lihat QS. Al-Baqoroh ayat 234)
ü Wanita yang
dicerai suaminya sedang ia dalam keadaan haid maka masa idahnya 3 kali
quru' (tiga kali suci). (lihat QS. Al-Baqoroh : 228)
ü Wanita yang
tidak haid atau belum haid masa idahnya selama tiga bulan. (Lihat QS,
At-Talaq :4 )
ü Wanita
yang dicerai sebelum dicampuri suaminya
maka baginya tidak ada masa iddah. (Lihat QS.
Al-Ahzab : 49)
2. Hak Perempuan
Dalam Masa Iddah.
ü Perempuan
yang taat dalam iddah raj'iyyah (dapat rujuk) berhak
mendapat dari suami yang mentalaknya: tempat tinggal, pakaian, uang
belanja. Sedang wanita yang durhaka tidak berhak menerima apa-apa.
ü Wanita dalam iddah
bain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhak atas tempat
tinggal saja. (Lihat QS. At-Talaq : 6)
ü Wanita dalam
iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan anaknya berhak
mendapat harta waris suaminya.
G. RUJUK
Rujuk artinya kembali. Maksudnya ialah
kembalinya suami istri pada ikatan perkawinan setelah terjadi talak raj'i
dan masih dalam masa iddah. Dasar hukum rujuk adalah QS.
Al-Baqoroh: 229, yang artinya sebagai berikut: "Dan suami-suaminya
berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki rujuk".
1. Hukum Rujuk
ü Mubah, adalah
asal hukum rujuk
ü Haram, apabila
si istri dirugikan serta lebih menderita dibanding sebelum rujuk.
ü Makruh, bila
diketahui meneruskan perceraian lebih bermanfaat
ü Sunat, bila
diketahui rujuk lebih bermanfaat dibanding meneruskan perceraian
ü Wajib, khusus
bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu
2. Rukun Rujuk
ü Istri,
syaratnya : pernah digauli, talaknya talak raj'i dan masih dalam masa iddah
ü Suami,
syaratnya : Islam, berakal sehat dan tidak terpaksa
ü Sighat (lafal
rujuk)
ü Saksi, yaitu 2
orang laki-laki yang adil.
KEMATIAN
A. PENDAHULUAN
Kematian, agama dan
psikologi adalah elemen penting dalam hidup manusia. Tanpanya, kita akan buta.
Tanpa adanya iman, agama, dan pedoman, manusia akan buta. Kematian adalah suatu
kemutlakan. Sudah tertulis di Lauh Mahfuz jika setiap makhluk yang bernyawa pasti
akan mati. Segala sesuatu yang dimulai, pasti akan berakhir. Begitu juga dengan
kehidupan manusia. Namun, apa yang akan terjadi dimasa depan, adalah tergantung
pada diri kita sendiri.
Usaha kita, adalah
penentu dari hasil yang akan kita peroleh. Apabila kita menginginkan surga,
maka tentu saja kita tidak bisa berdiam diri dan tenang begitu saja seakan-akan
surga akan datang pada kita dengan sendirinya. Kita harus melakukan kewajiban
kita sebagai manusia sebelum menuntut hak.
Kita tak bisa
menuntut lulus dari suatu universitas, sebelum kita memenuhi persyaratan
akademis, adminstratif dan lain sebagainya. Sama sepertinya dengan keinginan ke
surga. Apabila yang kita lakukan didunia hanyalah kebathilan dan maksiat, maka
kecil—bahkan sangat tidak mungkin surga akan membuka pintu untuk kita.
Banyak sekali yang
berkaitan seperti mata rantai. Ibadah kita, adalah penentu dari apa yang akan
kita dapatkan nanti. Lebih lanjut, akan dibahas pada bab-bab berikutnya.
B. KAJIAN PUSTAKA
2.1
Psikologi
2.1.1
Secara Umum
Secara epistimologi, psikologi berawal dari dua kata dalam bahasa
Yunani. Yang pertama yaitu kata psyche, yang memiliki arti jiwa. Yang kedua,
kata logos, yang lebih sering kita dengar, memiliki arti ilmu. Jadi, psikologi
dapat diartikan sebagai ilmu jiwa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
psikologi memiliki arti "sebuah
disiplin ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik dalam keadaan normal
maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku. Ilmu pengetahuan yang
mempelajari mengenai gejala dan kegiatan jiwa manusia. (KBBI
2001:901)
2.1.2
Psikologi menurut pakar
Manusia mempunyai keinginan mengabdikan diri kepada Tuhan atau apapun
yang dianggapnya sebagai dzat yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam
kehidupan di dunia. Dasar manusia sebagai seorang homo religous, oleh Armstrong ditegaskan apabila hidup manusia yang
letih, dalam pencarian Tuhan selama empat milenium.
Munculnya pertanyaan yang mendasar mengenai hal tersebut adalah, apa
yang melatarbelakangi manusia hingga muncul suatu keingunan untuk mengabdi
kepada Tuhan? Ada beberapa teori yang akan menjawab tentang pertanyaan tersebut.
Diantaranya,
1.
Teori Monoistik .
Yaitu suatu pendapat yang menyatakan jika yang menjadi sumber kejiwaan
agama adalah satu sumber jiwa. Pertanyaannya adalah, sumber tunggal manakah
yang dimaksud paling dominan sebagai sumber kejiwaan?
A. Thomas Aquino
Pada pendapat dan teorinya, Aquino menyatakan bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama itu adalah berpikir. Menurutnya, manusia dapat
mengenal--mengetahui Tuhan karena menggunakan kemampuan berpikir (akalnya). Aquino juga menegaskan jika kehidupan beragama seseorang adalah refleksi berpikir manusia.
B. Sigmund Freud
Unsur utama yang menjadi sumber kejiwaan agama, menurut Freud yakni
libido sexuil, atau naluri seksual. Berdasarkan teori libido sexual ini timbul sebuah ide tentang Ke-Tuhanan dan cara
keagamaan setelah melalui proses:
1.
Oedipoes Complex, yakni bermula
pada mitos Yunani Kuno yang mengatakan bahwa karena perasaan cinta yang
berlebih kepada ibunya, Oedipoes membunuh Ayahnya. Kemudian setelah ayahnya
mati, muncullah rasa bersalah (sense of guilt) pada diri anak-anak itu.
2.
Father image (citra bapak) setelah
mereka membunuh ayah mereka, dan dibayangi oleh perasaan bersalah, disanalah
timbul rasa sesal. Perasaan sesal ini yang membuat mereka menciptakan suatu ide
untuk menebus kesalahan mereka. Munculnya suatu keinginan untuk memuja,
menyembah arwah ayah mereka, akibat rasa takut akan pembalasan dari arwah sang
ayah. Pada intinya, Freud menyatakan bila agama muncul dari ilusi manusia. (Dr. H. Baharuddin, M.Pdi. & Mulyono 2008:
80)
2.1.3 Psikologi
dalam Perspektif Agama
Secara menyeluruh, apa yang dimaksud Psikologi dalam perspektif Agama
Islam merupakan suatu studi mengenai jiwa dan perilaku manusia yang
berlandaskan pada Islam (Al Qur’an dan Hadist). Sementara itu, berdasarkan ahli
Psikologi Islam, yang dimaksud dengan psikologi Islam adalah ilmu yang mengkaji
tentang manusia secara personal—psiko, yang berkerucut pada hal-hal yang
bersifat spiritual kejiwaan. Memiliki sifat filsafat dan memiliki teori serta
metodologi dengan didasari sumber dalam Islam.
Secara umum dan khusus (Prof. Zakiah Daradjat Mubarak,
2002), metodologi dan pendekatan psikologi Islam didasari dari sumber-sumber
Islam yakni Al-Qur’an dan Hadist, akal, indera dan intuisi itu sendiri.
Intisari dari Psikologi Islami ialah bagaimana cara pandang Islam terhadap psikologi
masa kini, dengan memotong point-point yang sekiranya bertentangan dengan
Islam.
2.2 IBADAH
Ibadah
secara menurut KBBI berarti perbuatan
untuk menyatakan kepatuhan kepada Allah, yang dengan dasar rasa taat dalam
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.(KBBI
2001:415) Artinya adalah, ibadah juga memiliki arti tunduknya seorang manusia
untuk melakukan perintah Allah SWT.
Allah berfirman :
“Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Az
Zariyat:56)
Lalu muncullah pertanyaan lain, siapkah kita?
2.3 KEMATIAN
2.3.1
Kematian
Secara Umum
Luasnya definisi mati, telah diringkas oleh beberapa ahli
menurut teorinya masing-masing. Ada beberapa ahli yang memberikan argumennya
mengenai mati, misalnya :
1. Santrock, 2008 berpendapat bahwa mati,
berarti terhentinya fungsi biologis tubuh manusia. Artinya, Santrock menyatakan
apabila manusia yang tak lagi bernafas atau tak lagi bisa melakukan aktifitas
biologis-lah yang disebut mati.
2. Menurut Harun Nasution 1986,,
kematian berarti terlepasnya tubuh halus (astral)
dengan tubuh kasar (lichaam). Nasution
juga menegaskan jika manusia memiliki benang tipis yang menghubungkan tubuh
kasar (lichaam) dengan (astral) di atas kepala manusia. Apabila
benang tersebut belum putus, maka manusia akan tetap hidup dan dan tubuh halus
itu akan tetap bisa kembali ke tubuh kasarnya. Namun apabila sudah terputus,
maka tubuh halus tidak akan bisa kembali ke tubuh kasar.
2.3.2
Kematian
menurut Agama
Didalam
Al-Quran pun telah dijelaskan pada surah Al Mulk ayat 2, Allah menciptakan
manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan—mana yang lebih baik amalnya. Pada topik utama dari kajian
ini jika kematian merupakan salah satu dimensi dalam kehidupan berikutnya (aferlife).. Peristiwa hidup dan mati, oleh al-Qur’an
telah dinilai sebagai sebuah bentuk penciptaan yang sepatutnya diperhatikan
dengan cara seksama. Dimana juga memerlukan analisa secara aktual atau
betul-betul ada, dengan mengangkat kepada sifat Tuhan melalui bentuk asma’
al-husna, bahwa kebaikan yang dimiliki Tuhan kepada Hamba-Nya, memang tidak ada
batasnya.
2.3.3
Fenomena
Kematian
a. Natural
Cause
Artinya
manusia mati dengan faktor-faktor alami—biologis. Sebagai permisalan, seseorang
yang sudah berusia lanjut, secara perlahan-lahan fisiknya akan mengalami
penurunan fisik.
b. Unnatural
Cause
Yaitu,
manusia mati dengan cara tidak alami, yang tidak dapat digambarkan dengan baik sebab
alami. Hal ini biasanya diluar hal biologis. Sebagai suatu contoh, misalnya
mati karena kecelakaan atau terkena bencana alam.
C.
PEMBAHASAN
1.
ALASAN
MANUSIA MENJADI TERINGAT AKAN KEMATIAN
a.
Rasa Takut (Fear of Death)
Adanya rasa takut yang mendalam akan kematian itu sendiri. Manusia yang
takut mati--yang senantiasa mengingat kematian akan memohon ampunan atas dosa
dan kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Manusia mempersiapkan diri untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan dihadapinya didalam
kubur.
1. Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?
2. Man Dinuka? Apa agamamu?
3. Man nabiyyuka? Siapa nabi mu?
4. Ma kitabbuka? Apa kitabmu?
5. Aina Qiblatuka? Dimana Kiblatmu?
6. Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?
Pada hakikatnya, Islam tidak memaksa umatnya; tidak pula mempersulit.
Islam mengikat, namun juga fleksibel. Manusia sendiri lah yang membuat dirinya
dalam kesulitan. Islam mempermudah hidup kita. Akan tetapi pada konteks ini,
dengan mengesampingkan ikat-mengikat, logika sederhananya adalah ketika manusia
itu takut akan sesuatu, maka ia akan melakukan apapun untuk menghilangkan rasa
takut dan kecemasan itu pada diri mereka.
Maka ibadah lah yang menjadi jalan untuk mendekatkan diri manusia
kepada Sang Pencipta. Kepada Allah. Manusia yang beriman percaya apabila hanya
Allah-lah yang mampu menyembuhkan rasa takut; cemas dan khawatir mereka.
Pada keberlanjutannya, ada
beberapa hal yang perlu diingat
sebagai alasan utama seseorang selalu teringat kematian:
1.
Major Depressive
Major depressive adalah
kondisi seseorang yang merasa depresi berat, merasa bila hidupnya tak berguna,
merasa sendiri dan ketidaksanggupan untuk menahan beban dalam hidupnya.
Disinilah disebut sebagai titik gelap, hingga ketika telah mencapai suatu titik
jenuh ia akan mengalami suicidal thought atau keinginan untuk bunuh diri.
Sebuah riset yang dilakukan oleh NSDUH pada tahun 2015 menegaskan
dengan jelas angka kematian tinggi yang disebab bunuh diri. Penyebab tingginya
angka bunuh diri ini disebabkan oleh Major Deppresive atau Depresi Mayor.
Pada usia 18 tahun keatas, 2.7 juta orang membuat rencana hunuh diri.
9.8 juta orang mempunyai pemikiran serius tentang bunuh diri. 1.1 juta orang
membuat percobaan dan rencana bunuh diri. 1.4 juta membuat percobaan dan 0.3
juta langsung melakukan tindakan bunuh diri tanpa ada rencana. (NSDUH 2016)
Dari data yang telah dikutip, dapat dijelaskan apabila mengingat
kematian tanpa memiliki iman yang kuat, dapat membawa diri manusia kedalam
kesengsaraan di akhir. Di dalam Islam sendiri sudah dengan jelas disebutkan
jika bunuh diri itu haram.
Telah disebutkan dalam Islam pada surat yang berbunyi, “...Dan jangan kamu membunuh dirimu sendiri.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa Ayat 29)
Maka, apabila kita melanggar hal tersebut—melakukan bunuh diri, maka
kita akan masuk kedalam panasnya api neraka. Dan selama kita ada di neraka, apa
yang kita lakukan untuk bunuh diri akan terulang terus menerus. Sebagai
permisalan, apabila seseorang mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas
gedung, maka ia di akhirat nanti akan mengulangi cara tersebut. Ia diutuhkan
lagi, kemudian ia terjun lagi dari atas gedung. Seperti itu seterusnya.
2.
Post Trauma Stress Disorder
Post
Trauma Stress Disorder atau yang biasa disebut dengan
PTSD adalah sebuah sindrom gangguan kecemasan—labilitas otonomik dan mengalami
kilas balik (flashback) yang amat
menyakitkan, amat sedih karena sebuah stres fisik ataupun emosi yang melampaui
batas ketahanan manusia yang pernah terjadi pada masa lalunya. Keadaan ini amat
melemahkan fisik dan mental seseorang secara ekstrem setelah melihat atau
mendengar atau mengalami kejadian hebat yang membuatnya trauma di masa lalu. (Sadock, B.J. & Sadock, V.A.,
2007).
3.
Kematangan dalam beragama (Dr. H. Baharuddin, M.Pdi. & Mulyono 2008)
Selain
pada faktor diatas, ada satu faktor yang amat penting dan sakral. Yaitu
mengingat kematian merupakan salah satu tanda apabila hal keagamaan dalam diri
manusia telah mencapai kematangan. Teori ini mempunyai beberapa aliran yang
bisa menjadi suatu pendukung dan fondasi utama pada faktor ini. Diantaranya
yaitu :
a.
Aliran psikoanalisis.
Sebagai batas antara ilmu dan agama dengan memberikan sudut pandang baru dalam
memandang dan membahas gejala-gejala lama, yaitu hubungan psikologi dan agama
serta memperluas dasar untuk memahami pengalaman keagamaan.
Pada umumnya secara lebih mengerucut, teori psikoanalisis bersikap skeptic; bahwa agama adalah suatu yang
lebih dari sekedar cara yang dapat diterima untuk mengatasi ketegangan,
kecemasan, dan penderitaan.
Lebih mengerucut lagi, orang yang matang beragama menurut aliran
psikoanalisis, mempunyai beberapa kriteria:
1.
Mampu memahami bahwa ada Tuhan
yang menciptakan kita. Dalam Al Quran sudah dengan sangat jelas jika kita
berasal dari Allah, dan akan kembali pada Allah.
2. Mampu mengendalikan diri dalam hal nafsu, agresi, dan ketakutan. Ini
sudah jelas.
b.
Aliran Behavioristik
Aliran ini percaya, bahwa diri kita bisa berubah sesuai dengan usaha
yang dilakukan demi terciptakan suatu perubahan; entah buruk maupun baik.
c.
Aliran Humanistik
Agama merupakan urusan pribadi dengan Tuhan secara pribadi (personal).
Orang yang sudah matang Agamanya, aliran ini mengatakan; orang yang mampu
menyerap sumber kekuatan dari dalam dirinya, dan mampu untuk mengatur perilaku
sendiri dengan berpedoman kepada pegangan yang telah dipilih (agama).
3.2 HUBUNGAN
ANTARA AGAMA, KEMATIAN DAN KESEHATAN JIWA BERIBADAH
Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan
mental adalah kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan dirinya sendiri,
dengan alam secara umum, hingga dapat merasakan gejolak emosi dan mampu untuk
berperilaku sebagai makhluk sosial dengan normal, dan mampu menerima apa yang
sudah menjadi ketentuan baginya. (Utsman Najati:2008)
Adanya basic
needs manusia untuk terus
menjalin hubungan dengan manusia. Telah terbukti secara medis, apabila orang
yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, mempunyai kesehatan mental yang baik
pula. Dapat mengurangi tingkat stres yang dimilikinya. Kemudian adanya
ketenangan dalam jiwa saat ia dekat dengan Tuhan-nya.
Dr. Vilayanur Ramachandaran, seorang
ilmuwan dan pakar saraf dari Universitas California, San Diego, adalah sosok
yang berhasil menemukan God Spot dalam otak manusia. God Spot sendiri berarti
Titik Tuhan.
Artinya, bahkan, dalam tubuh kita ada
titik kecil dimana ia memberikan respon akan sesuatu yang berkaitan dengan
agama maupun Tuhan. Dengan ini maka semakin terbukti pula, jika dalam kajian
psiko-neuro analisis, jika agama dan Tuhan merupakan bagian dari kehidupan
manusia. Lebih gamblang lagi, inilah yang menjadi hasrat terdalam manusia untuk
menghambakan diri kepada Tuhan.
Dr. Vilayanur Ramachandaran sendiri telah
mengatakan jika God Spot memberikan ketenangan dan kelapangan pikiran pada
manusia dalam menjalani hidupnya, dengan mengesampingkan susah dan senang.
Didukung oleh adanya Spiritual Quotient, atau kecerdasan spiritual, yang
memperkuat adanya God Spot.
Maka, semakin kita dekat dengan Tuhan,
semakin sehat pikiran dan kejiwaan kita. Karena, manusia memiliki basic needs yang telah disebutkan
diatas. Manusia membutuhkan rasa tenang, dan rasa aman.
Selain Dr. Vilayanur, seorang
pakar saraf neurosains dari
Indonesia, Taufik Pasiak, mengatakan didalam otak manusia memiliki seperti
sebuah sistem yang mampu mengendalikan manusia. Fungsi dari sistem ini seperti
sebuah perangkat yang mengoperasikan dan memiliki kedekatan yang amat erat
dengan spiritualitas manusia.
Didalam otak manusia terdapat
sebuah struktur yang bernama Amygdala;
yang terletak di bagian lobus temporal. Ini
merupakan bagian terdalam otak, dan juga yang paling tua. Peran utama pada
struktur ini yakni sebagai pencipta emosi namun pada tingkatan yang lebih
tinggi seperti percaya atau tidak (belief
and disbelief), atau apapun yang berhubungan dengan emosi. Amygdala juga sebagai pemicu sistem
rangsang (arousal) yang mana salah
satu bagian penting lain dalam otak yang mempengaruhi sistem saraf otonom
(Taufik Pasiak). Dimana amygdala dapat membentuk gerakan tertentu ketika kita
sedang melakukan ibadah. Misalnya, saat kita berdoa, maka secara otomatis
tangan akan terangkat dan mengadah.
4,. Datangnya Kematian
Ketika seseorang
telah mengalami ketakutan yang destruktif maka ia perlu terapi untuk
mengubah rasa takut yang destruktif tersebut menjadi ketakutan yang konstruktif.
Ada sekelompok orang yang semakin baik diriya saat takut mati, akan tetapi ada
pula orang yang malah pesimis dan tidak memiliki semangat untuk hidup; pasrah
dan taka da keinginan untuk berubah. Orang yang pesimis inilah yang disebut
memiliki ketakutan destruktif.
3.3 PENGARUH MENGINGAT
KEMATIAN DALAM SEMANGAT BERIBADAH
Seseorang yang selalu ingat kematian cenderung memiki semangat yang lebih
tinggi dalam hal beribadah. Entah karena keimanannya yang amat kuat, atau
mungkin ada rasa takut yang membuatnya menjadi termotivasi dalam melaksanakan
ibadah.
Komaruddin Hidayat memberikan beberapa terapi untuk mengubah ketakutan yang destruktif
terhadap kematian menjadi ketakutan yang konstruktif, artinya ia bisa
megubah perspektif dimana dapat mengubah ketakutan menjadi sebuah kekuatan
melalui dirinya sendiri. Setidaknya ada 5 cara yang dapat ditempuh untuk
mengubah rasa takut menjadi opitimis terhadap kematian:
Pertama
mendekatkan diri kepada Allah. Mendekatkan diri kepada Allah mempunyai makna
untuk memperbanyak ibadah. Eratnya hubungan seorang Hamba dengan Tuhan-nya bisa
menjadi sebuah terapi tersendiri bagi orang-orang yang takut akan kematian.
Karena mereka senang menatap Tuhan sebagai yang maha Kasih dan Maha Cinta.
Untuk dekat dengan Allah, maka pertama-tama kita harus mencintai Allah yang
Maha Indah.
Kedua menambah wawasan tentang hakikat
kematian. Dengan mengetahui secara spesifik mengenai kematian, diharapkan
seseorang bisa memahami bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus
ditakuti. Oleh karenanya kita harus
bersiap. Logika sederhananya, ketika kita akan bertemu dengan seorang raja,
atau seorang yang berkedudukan tinggi, maka kita pasti akan menggunakan pakaian
dan setelan terbaik yang kita miliki. Jadi, apabila hanya menemui seorang raja
yang hanya seorang manusia saja kita bersiap-siap, lantas kenapa ketika kita
akan menemui Sang Maha Raja—Raja dari Segala Raja, tidak mempersiapkan diri
dengan memperbaiki amalan-amalan dan memperindah diri dengan ibadah-ibadah
kita?
Ketiga, melepaskan diri dari kenikmatan duniawi. Apa yang ada didunia ini tidak
bersifat mutlak dan tidak pula permanen. Semua sementara. Jadi sudah selayaknya
kita sebagai manusia yang hidup di ‘kesementaraan’ ini bisa focus dengan apa
yang akan kita hadapi didepan; kehidupan setelah kematian.
Keempat dengan cara pencarian makna. Ini lebih
menjorok pada mencari arti filosofi hidup. Dimana ketika kita mulai memahami
arti hidup, kita tidak akan meyia-nyiakan barang satu detik pun hidup kita
untuk hal yang tak berguna. Belajar untuk belajar, bahkan dari hal yang paling
kecil sekalipun. Dalam perspektif
Komaruddin Hidayat. beberapa hal yang perlu dimaknai untuk memberikan
terapi:
a. Memaknai
kelahiran
Kelahiran ke dunia
bukanlah sebuah kebetulan saja. Setiap manusia yang lahir ke dunia dengan
membawa amanah dari Allah untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini. Seperti
pada sebuah pepatah bijak, A-B-C-D (A-Born-Chance-Death).
Huruf A,
diibaratkan sebagai sebuah permulaan. A, dalam bahasa Inggris berarti sebuah,
seseuatu atau bermakna tunggal. Yang artinya, kesempatan kita lahir, hidup dan
mati hanya satu kali. Kelahiran merupakan gerbang awal menuju sebuah Kesempatan (chance) untuk hidup. Pada
titik ini kita akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan, entah untuk menjadi baik
atau menjadi buruk. Kemudian kesempatan atau
chance mengantarkan kita menuju
gerbang Kematian (Death).
b., Memaknai
kepemilikan, segala sesuatu yang kita miliki, hanyalah titipan. Maka, hargailah
apa yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita, dan manfaatkan sebaik-baiknya.
c. Memaknai
panjang umur, ini berlaku untuk semua kalangan. Toh pun kalau kita tak
mempunyai umur yang panjang, selayaknya kita tetap harus belajar; entah dari
mereka yang memiliki umur panjang, agar lebih bisa memaknai arti hidup.
Kelima, yakni menjalani hidup dengan rasa syukur
dengan dan melakukan baik sebanyak-banyaknya. Kualitas iman yang kita miliki,
di upgrade dengan teraktualisasikan ke dalam bentuk amal shaleh. Menjadikan apa
yang kita miliki sebagai sebagai tangga yang akan membawa kita naik dengan bersedekah. Bahkan ketika
kita tak memiliki harta untuk disedekahkan, maka cukuplah dengan senyuman yang
ramah.
D. KESIMPULAN
Dari kajian diatas dapat disimpulkan apabila baik agama, kematian, dan
kesehatan psikis sangat berkaitan satu sama lain. Satu saling mendukung
stabilitas yang lainnya. Ditambah dengan pembuktian secara medis, berupa God
Spot dan adanya teori tentang Spiritual Quotient, menjadi kunci utama dalam
penyeimbang antara keteringatan akan kematian dengan kesehatan jiwa serta
motivasinya untuk beribadah.
Kematian bagi setiap orang adalah sebuah keniscayaan,
pasti terjadi. namun, diantara banyak orang yang mempercayai hal tersebut,
masih terdapat beberapa orang yang takut akan menghadapi kematian. Menurut Qomarudin
Hidayat, 3 alasan yang membuat orang takut akan mati dikarenakan 1. karena
orang tersebut tidak tahu apa yang terjadi setelah mati, 2. karena orang
tersebut ingat akan dosa yang pernah diperbuat 3. karena cinta akan kesenangan
dunia.
Faktor psikologis (takut mati) ini dapat dijadikan
pemicu bagi mahasiswa untuk menyadarkan mereka tentang arti dari sebuah
kehidupan. dan dapat menjadi motivasi agar lebih giat lagi dalam beribadah.
Kecenderungan orang yang takut mati berdasarkan alasan tersebut, membuat seseorang
lebih giat beribadah, melakukan sesuatu yang lebih berarti dan berhenti dari
dosa atau kesalahan yang telah diperbuat.
Mengingat kematian, menjadi pemicu awal untuk
mahasiswa agar mau belajar agama lebih mendalam lagi. harapannya mereka bisa
mengontrol (perilaku), sadar (bathin) dan berpikir dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Dengan pemicu awal tersebut, maka diharapkan dosen PAI di PTU,
bisa lebih efektif dalam menginternalisasi nilai-nilai keagamaan pada
mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arif
Rahman, Masykur. 2013. Sejarah Filsafat
Barat. IRCiSoD : Jogjakarta
Arifin,
Bey. 1998. Hidup Sesudah Mati.
Kinanda : Surabaya
Departemen
Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai
Edition). San Fransisco:McGraw Hill
Google books. Melejitkan SQ
dengan Prinsip 99 Asmaul Husna.
https://books.google.co.id/books?id=mgjv-Ye9jJ8C&lpg=PA76&ots=ltU3EmmuSg&dq=god%20spot%20dan%20ketenangan%20psikologis&pg=PA78#v=onepage&q=god%20spot%20dan%20ketenangan%20psikologis&f=false diakses pada 17 April 2018 pukul 10.47
Jalaluddin, Prof. Dr. H. 2010. Psikologi Agama. PT. Raja Grafindo
Persada : Jakarta
Mustofa,
Agus. 2005. Mengubah Takdir. Padma
Press : Surabaya
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam : Aliran-aliran, Sejarah, Analisa Psikologi Sosial. Balai
Pustaka : Jakarta
Pasiak,
Taufiq. 2012. Tuhan dalam Otak Manusia.
Bandung : PT Mizan Pustaka.
Perbandingan. Jakarta : UI Press Pustaka : Jakarta
Sandtrock,
J. W. 2007. A Topical Approach to
Life-Span Development (Third
Edition).
Sarwono,
Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial :
Individu dan Teori-Teori
Soekanto,
Soerjono. 1990. Sosiologi : Suatu
Pengantar. RajaGrafindo Persada.
Bradbury,
Mary. 1999. Representations of Death : A
Social Psychological
Perspective.
Jurnal
Prabandari,
Ni Putu Diah, dkk. Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Terhadap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
pada Pasien Post
Kecelakaan Lalu Lintas di RSUP Sanglah,
Denpasar. Universitas Udayana
: Bali.
Piscopo,
K., dkk. 2016. Suicidal Thoughts and
Behaviour among Adult: Results
from the 2015 National Survey on
Drug Use and Health. NSDUH
Data
Review.
www.samsha.gov/data
Hanafi,
Imam. Neurosains-Spiritualitas dan
Pengembangan Potensi Kreatif.
Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. An-Nuha. Vol. 3 No. 1, Juli 2016
Reza,
Iredho Fani. Efektifitas Pelaksanaan
Ibadah dalam Upaya Mencapai
Kesehatan Mental. Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jurnal
Psikologi Islami Vol 1 no 1 (2015) 105-115.
Swastanti,
Rr. Th. Avila Debby Herawati Is. 2007. Perbedaan
Religiositas Orang
Yang Sering Pergi Ke Tempat Ibadah dan Orang
yang Jarang Pergi Ke Tempat Ibadah. Skripsi : Universitas Sanata Dharma. Jogjakarta
Herdina, Mega. 2016. KONSEP KOMARUDDIN HIDAYAT
TENTANG TERAPI
KETAKUTAN TERHADAP KEMATIAN.
Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora. IAIN Antasari,
Banjarmasin. Vol. 1, No. 2
Gesser, Gina; University of
Toronto. Wong, Paul T. P & Reker, Gary T., Trent
University. Death Attitudes Across the Life Span : The Development And
Validation of the Death Attitude Profile (DAP). Omega,
Vol 18 (2). 1987-1988.
Abdel-Khalek, Ahmed M. 2002. Why Do We Fear Death? The Construction And
Validation Of
The Reasons For Death Fear Scale. BrunnerRoutledge: Taylor & Francis
healthsciences. Kuwait University.
Manusia adalah mahluk yang berfikir, berfikir adalah bertanya, bertanya untuk mencari jawaban, mencari jawaban adalah mencari kebenaran
BalasHapus