Materi Kuliah Pendidikan Agama Islam

 

hdsghgsh

HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA

 

Konsep Manusia dalam Islam

A. Pengertian Manusia dalam Alqur’an

Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri.

Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan An-Nas.

Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.

Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Qur’an yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS Al-Ahzab [3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij [70]:19-21) dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS Al-Hijr [15]:28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.

Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8).

Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah).

Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari surga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).

Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu. Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.

Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada teori superego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia.

Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego (nafsu muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah) berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia. Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala instink, intuisi, dan intelegensi –ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama– bekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa memberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.

 

B. Tujuan Penciptaan Manusia

Kata “Abdi”  berasal dari kata bahasa Arab yang artinya “memperhambakan diri”, ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba  Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.

 

C. Fungsi dan Kedudukan Manusia

Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan yang keluar dari mulut tentunya dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab suci Al-Qur’an sebagai satu kitab yang abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi khalifah (pemimpin) di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam (QS Al-An’am [6]:165 dan QS Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah menganugerahkan kepada manusia segala yang ada dibumi, semula itu untuk kepentingan manusia (ia menciptakan untukmu seluruh apa yang ada dibumi ini. QS Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung jawab kekhalifahan dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu menghambakan dirinyakepada Allah Swt.

Untuk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih rendah martabatnya daripada  manusia. Oleh karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak tunduk kepada alam, gejala alam (QS Al-Jatsiah [45]:13) melainkan hanya tunduk kepada-Nya saja sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus menaklukanya, dengan kata lain manusia harus membebaskan dirinya dari mensakralkan atau menuhankan alam.

Jadi dari uraian tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan secara singkat bahwa manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56) dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah (QS Al-Baqarah [2]:30); al-An’am [6]:165), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah.

 

D. Hakekat Manusia Menurut Al-Qur’an

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

  1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
  2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
  3. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
  4. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
  5. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
  6. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
  7. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
  8. Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban, mencari jwaban berarti mencari kebenaran

B.       Konsep Agama

1.        Pengertian Agama

            Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi) agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.[6]

            Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa walaupun agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri, mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam pengertian teknis terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu:

a.         Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;

b.        Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Maha Mutlak tersebut.

c.         Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga adalah satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaktub diatas.

            Menurut Durkheim Durkheim: agama merupakan sebuah sistem kepercayaan dan ritual yang berkaitan dengan yang suci (the sacred). Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat. Rita Smith Kipp dan Susan Rodgers: agama harus (1) monoteistik, (2) mempunyai kitab, (3) mempunyai nabi, dan (4) mempunyai komunitas internasional.[7]

Dengan demikian, mengikuti pendapat Smith, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saaat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat ditarima secara universal.[8]

 

2.        Syarat-Syarat Agama

a.         Percaya dengan adanya Tuhan

b.        Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya

c.         Mempunyai tempat suci

d.        Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan

e.         Mempunyai hari raya keagamaan

3.        Unsur-Unsur Agama

Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:

a.         Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi

b.         Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.

c.         Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama.

d.         Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.

e.         Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

 

4.         Fungsi Agama

       Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok

       Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.

       Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah

       Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan

       Pedoman perasaan keyakinan

       Pedoman keberadaan

       Pengungkapan estetika (keindahan)

       Pedoman rekreasi dan hiburan

       Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.[9]

 

5.        Karakteristik Agama

Karakteristik agama dalam kehidupan manusia seperti halnya bangunan yang sempurna. Seperti dalam salah satu sabda nabi Muhammmad, bahwa beliau adalah penyempurna bangunan agama tauhid yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum kedatangan beliau.

Layaknya sebuah bangunan agamapun harus memiliki rangka yang kokoh, tegas, dan jelas. Rangka yang baik adalah rangka yang menguatkan bangunan yang akan dibangun di atasnya.  Memiliki ukuran yang simetris satu sama lainnya. Komposisi bahan yang tepat karena berperan sebagai penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki luas yang cukup atau memiliki perbandingan yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah sebaik-baiknya agama dengan demikian agama pada dasarnya berperan sebagai pedoman kehidupan manusia, untuk menjalani kehidupannya dibumi. Manusia akan kehilangan pedoman atau pegangan dalam menjalani kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada agama. Dewasa ini agama mengalami beralih dan berpedoman kepada akal logikanya. Padahal akal dan logika manusia memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan melihat masa depan. Sedangkan agama telah disusun sedemikian rupa oleh sang pencipta agar menjadi pedoman sepanjang hayat manusia. Akibat dari skularisme ini menimbulkan gaya hidup baru bagi kaum muslim yakni gaya hidup hedomisme dan pragmatis.

Adapun karakteristik agama pada umumnya adalah sebagai berikut:

a.         Agama adalah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan (keyakinan) terhadap eksistensi suatu yang absolute (mutlak), diluar diri manusia yang merupakan pangkal pertama dari segala sesuatu termasuk dunia dengan segala isinya.

b.        Agama merupakan sistem ritual atau peribadatan (penyembahan) dari manusia kepada suatu yang absolut.

c.         Agama adalah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yang menjadi pola hubungan manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari yang absolut.

 

C.      Perlunya Manusia Terhadap Agama

Sekurang-kurangnnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:[10]

 

1.        Latar belakang Fitra manusia

Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia.

Dalam Surat al-Rum, 30: 30

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا

“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”

Adanya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis dari istilah insan yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan manusia. Menurut Musa Asy’ari, bahwa manusia insane adalah manusia yang menerima pelajaran dari tentang apa yang tidak diketahuinya

Adanya perjanjian manusia dengan Allah yang telah diikat oleh fitrah mereka. Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut diatas, buat pertama kalinya ditegaskan dalam ajaran Islam Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia.

Informasi mengenai potensi beragama dimiliki manusia itu dapat dijumpai pada ayat al-Qur'an (surat al-A'raf ayat 172)

 

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

 

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

 

Berdasarkan informasi tersebut terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah satu hadisnya yang mengatakan bawha setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.

Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis. Melalui bukti-bukti historis dan antropologis kita mengetahui bahwa pada manusia primitif yang kepadanya tidak pernah datang informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya. Misalnya saja, mereka mempertuhankan benda-benda alam yang menimbulkan kesan misterius dan mengagumkan serta memiliki kekuatan yang selanjutnya mereka jadikan Tuhan, kemudian kepercayaan ini disebut dengan dinamisme. Selanjutnya, kekuatan misterius tersebut mereka ganti istilahnya dengan ruh atau jiwa yang memiliki karakter dan kecenderungan baik dan buruk yang selanjutnya mereka beri nama agama animisme. Roh dan jiwa itu selanjutnya mereka personifikasikan dalam bentuk dewa yang jumlahnya banyak dan selanjutnya disebut agama politeisme. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi bertuhan. Namun karena potensi tersebut tidak diarahkan, maka mengambil bentuk bermacam-macam yang keadaanya serba relatif. Dalam keadaan demikian itulah para nabi diutus kepada mereka untuk menginformasikan bahwa Tuhan yang mereka cari itu adalah Allah yang memiliki sifat-sifat sebagaimana juga dinyatakan dalam agama yang disampaikan para nabi. Dengan demikian, sebutan Allah bagi Tuhan bukanlah hasil khayalan manusia dan bukan pula hasil seminar, penelitian, dan sebagainya. Sebutan atau nama Allah bagi Tuhan adalah disampaikan oleh Tuhan sendiri.

Ketika kita mengkaji paham hulul dari Al-Hallaj (858-922 M). Misalnya kita jumpai pendapatnya bahwa pada diri manusia terdapat sifat dasar ke-Tuhanan yang disebut lahut, dan sifat dasar kemanusiaan yang disebut nasut. Demikian pula pada diri Tuhan pun terdapat sifat lahut dan nasut. Sifat lahut Tuhan mengacu pada dzat-Nya, sedangkan sifat nasut Tuhan mengacu pada sifat-Nya. Sementara itu sifat nasut manusia mengacu kepada unsur lahiriah dan fisik manusia, sedangkan sifat lahut manusia mengacu kepada unsur batiniah dan Ilahiah. Jika manusia mampu meredam sifat nasutnya maka yang tampak adalah sifat lahutnya. Dalam keadaan demikian terjadilah pertemuan anatara nasut Tuhan dengan lahut manusia, dan inilah yang dinamakan hulul.

 

2.        Kelemahan dan kekurangan manusia

Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adala karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata an-nafs. Menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-qur’an, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang  berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Seperti yang tertera dalam al-qur’an surat Al-Syams ayat 7-8:

o  وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا

o   فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

”dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),  maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams, 91:7-8)

Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Tetapi kata nafs dalam pandangan kaum sufi merupakan sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan periaku buruk. Pengertian kaum sufi tentang nafs  ini sama dengan yag terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indoneisa yang antara lain menjelaskan bahwa nafs adalah dorongan hati yang kuat untuk berbuat yang kurang baik. Selanjutnya, Quraish Shihab mengatakan, walaupun al-qur’an menegaskan bahwa nafs berpotensi positif dan negatif, namun doperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada daya tarik negatifnya, hanya aja daya tarik keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan. Untuk menjaga kesucian nafs ini manusia harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama, dan di sinilah letaknya kebutuhan manusia terhadap agama.

 

3.        Tantangan manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang  dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Lihat Surat Al-Isra’ ayat 53.

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

Artinya: Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: " Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia

Sementara tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dati Tuhan. Seperti yang tertera dalam al-qur’an surat Al-anfal ayat 36:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّه

Artinnya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.”

Untuk itu, upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini semakin meningkat, sehinga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.





 

IMAN, ISLAM DAN IHSAN

 

Dalam sebuah hadits dikatakan :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَا الإِيمَانُ قَالَ الإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ، قَالَ: مَا الإِسْلاَمُ قَالَ: الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ، قَالَ: مَا الإِحْسَانُ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ، قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتْ الأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ، فِي خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللَّهُ ثُمَّ تَلاَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ الآيَةَ ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ

Artinya :

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah r.a berkata:

Pada suatu hari ketika Nabi saw. sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan bertanya, “apakah iman itu?”. Jawab Nabi saw.: “iman adalah percaya Allah swt., para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya dan percaya pada hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam itu? Jawab Nabi saw., “Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi saw., “Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu.

Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu? “Nabi saw. menjawab: “orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya, tetapi saya memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung megah. Termasuk lima perkara yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah, selanjutnya Nabi saw. membaca ayat: “Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui hari kiamat… (ayat).

Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi saw. bersabda kepada para sahabat: “antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat tidak melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi saw.bersabda: “Itu adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk mengajarkan agama kepada manusia.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal).

 

A. PENGERTIAN IMAN

Kata iman berasal dari bahasa arab, yang merupakan masdar dari madli Amana, Yu’minu, Imanan, yang artinya percaya.  Sedangkan menurut hadits pokok yang telah kami paparkan diatas, iman adalah percaya (adanya) Allah swt., para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya serta percaya pada hari berbangkit dari kubur.

Pada redaksi lain juga disebutkan, yakni hadits yang diriwayatkan oleh bukhori muslim, selain yang telah disebutkan pada hadits pokok diatas, ada tambahan mengenai obyek iman, yaitu beriman adanya qodlo dan qodar, baik maupun buruk.  Wal hashil, dari sinilah para ulama’ menyimpulkan bahwa rukun iman ada enam,  yang mana setiap mu’min wajib mempercayainya untuk menyandang sebuah titel mu’minnya. Yakni :

  1. Iman kepada Allah
  2. Iman kepada malaikat Allah
  3. Iman kepada rusul Allah
  4. Iman kepada kitab-kitab Allah
  5. Iman kepada hari akhir (kiamat)
  6. Iman kepada qodo’ dan qobar Allah, baik maupun buruk keberadaannya

Banyak sekali hadits yang memuat tentang iman, yang tak mungkin kami sajikan disini, maka kami hanya mengambil sebagian saja, diantaranya :

حدثنا عبد الله بن محمد قال حدثنا أبو عامر العقدي قال حدثنا سليمان بن بلال عن عبد الله بن دينار عن أبي صالح عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال  : ( الإيمان بضع وستون شعبة والحياء شعبة من الإيمان )

Artinya : Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kita, seraya berkata; Abu Amir al  Aqdi bercerita kepada kita seraya berkata ; sulaiman bin bilal telah bercerita kepada kita dari abdulloh bin dinar dari abu sholih dari abu hurairoh ra.  Dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “iman terdiri dari 70 lebih sekian cabang, sedangkan malu termasuk salah satu cabang darinya”.

            Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan \dapedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.

 

B. PENGERTIAN ISLAM

Sebagaimana telah maklum, islam berasal dari bahasa arab juga, dari madli Aslama yuslimu islaman, yang berarti  selamat. Sedangkan menurut hadits pokok diatas, islam diartikan sebagai Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan. Dilain redaksi, ada yang mencantumkan perihal haji, sehingga dapat disimpulkan bahwa rukun iman berjumlah lima, yaitu :

  1. Syahadat
  2. Sholat
  3. Zakat
  4. Puasa
  5. Dan haji

Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi :

حدثنا عبيد الله بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي الله عنهما قال

 : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان )

Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.

Islam merupakan agama terakhir dari syariat yang telah dirurunkan oleh Allah kepada rasul sekaligus nabinya yang terakhir pula. Disini, eksistensi islam sebagai agama yang paling benar telah tak diragukan lagi adanya. Banyak kaum orientalis yang berusaha menyerang islam, dengan mempelajari islam itu sendiri, dengan tujuan mencari celah untuk meruntuhkan islam melalui kekurangan-kekurangan yang ada dalam islam, tapi apa yang terjadi, banyak diantara mereka yang malah berbalik kiblat kemudian masuk islam tanpa ragu. Karena islam merupakan agama yang sempurna, sekaligus sebagai penyempurna dari agama-agama masawi yang terdahulu. Allah berfiman :

إِنَّ الدّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسلٰمُ ۗ وَمَا اختَلَفَ الَّذينَ أوتُوا الكِتٰبَ إِلّا مِن بَعدِ ما جاءَهُمُ العِلمُ بَغيًا بَينَهُم ۗ وَمَن يَكفُر بِـٔايٰتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَريعُ الحِسابِ

Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

 

C. PENGERTIAN IHSAN

Kata ihsan, lahir dari madli ahsana yuhsinu ihsanan, yaitu bahasa arab yang berarti bebuat baik, atau memperbaiki. Sedangkan bila memandang dri hadits pokok diatas, ihsan diartikan sebagai menyembah Allah seakan akan kita melihat-Nya, atau setidaknya kita merasa selalu diawasi oleh Allah.Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal ini. Yang artinya:

Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)

 

“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)

Disini terdapat indikasi lebih mengenai ihsan dibanding dengan yang lain. Karena ihsan sendiri merupakan usaha untuk selalu melakukan yang lebih baik, yang lebih afdol, dan bernilai lebih sehingga seseorang tidak hanya berorientasi untuk menggugurkan kewajiban dalah beribadah, melainkan justru berusaha bagaimana amal ibadahnya diterima dengan sebaik-baiknya oleh Allah. SWT. Karena dia akan merasa diawasi oleh Allah, maka akan terus timbul dihatinya tuntutan untuk selalu memperbaiki amal perbuatannya dari yang kurang baik menjadi yang  baik, dari yang sudah baik, terus berusaha untuk yang lebih baik demi diterimanya amal perbuatan mereka.

 

D. HUBUNGAN ANTARA IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

Diatas telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal balik  antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal,  bila diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan.

Zakat tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga pada tipisnya iman.

Dalam hal ini, Sayyidina Ali pernah berkata :

قال علي كرم الله وجهه إن الإيمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله

Artinya : Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang  putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut  akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati.

Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan.

 

E. PERBEDAAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN

Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya.

  1. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati
  2. Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal
  3. Ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri

KISAH INSPIRATIF 1

kisah ini berkaitan erat dengan sebuah niat yang bermakna ketauhidan.

alkisah, ada seorang ahli ibadah. beribadah telah puluhan tahun. tanpa ada rasa mengeluh. tidak pernah melakukan maksiat. dalam hidupnya yang dia pikirkan hanya beribadah kepada Allah.

melihat hal tersebut, Allah swt ingin menguji sampai sejauh manakah keimanan orang tersebut. maka diutuslah malaikat untuk menyampaikan kabar kepada ahli ibadah tersebut.

“Wahai malaikat, Aku ingin menguji hamba-Ku, sampaikan kabar kepada hamba-Ku yang ahli ibadah. sampaikan bahwa ia akan masuk neraka”

Malaikat pun menyampaikan kabar tersebut kepada hamba yang ahli ibadah tersebut.

Dengan menjelma sebagai manusia biasa, malaikat tersbut bertemu ahli ibadah, disampaikan kabar tersebut.

“Wahai Hamba Allah yang taat beribadah. aku sampaikan kabar dari Allah swt, bahwasanya engkau akan dimasukkan ke dalam neraka di akhirat kelak”

Ahli ibadah tersebut dengan tenang menjawab,”Alhamdulillah. puji syukur ke hadhirat Allah swt. tidak apa-apa kalau pada akhirnya aku harus masuk ke dalam neraka”

setelah malaikat tersebut mengabarkan hal tersebut, maka terjadilah dialog singkat antara malaikat dan ahli ibadah tersebut.

“Bukankah engkau tidak bersedih sedikitpun, mendengar kabar tersebut”, Tanya malaikat dengan perasaan heran

“Tidak”, jawab si ahli ibadah.

“Amal ibadahmu yang telah bertahun-tahun telah kamu kerjakan, berakhir sia-sia. tidakkah engkau merasa berputus asa dengan kabar tersebut?”, Tanya malaikat kembali.

“Tidak”, jawaban yang sama terucap dari bibir si ahli ibadah

“Bagaimana kalau kabar tersebut adalah kabar bohong atau sekedar fitnah belaka? masihkah engkau mempercayainya”, malaikat tersebut kembali bertanya

“Berita tersebut benar atau tidak, aku tetap beribadah kepada Allah“, jawab ahli ibadah dengan tegas

Terheran-heran malaikat mendengar penuturan dari hamba yang ahi ibadah tersebut. hingga malaikat rasa keingintahuan malaikat tersebut begitu besar. ditanya hamba tersebut dengan pertanyaan terakhir. “ Kalau boleh tahu, apa yang menjadikan dirimu begitu kuat, tidak bersedih, berputus asa dan masih mau melaksanakan ibadah, meskipun engkau akan masuk dimasukkan ke dalam neraka?”

Hamba tersebut menjawab, “sebagai manusia, kami diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah. aku ihlas menjalankan ibadah juga hanya mengharap ridha Allah swt. bukan materi. bukan dunia. aku berpikir tentang penghambaanku kepada Allah. biarlah Allah yang mengatur segala urusanku di dunia. kalaupun pada akhirnya dengan ibadahku yang telah ku jalankan selama bertahun-tahun, aku harus masuk ke dalam neraka, aku akan terima, karena itu adalah kehendak  dari Allah swt, dan aku tidak punya hak untuk mengatur Allah swt”

Mendengar penuturan dari ahli ibadah tersebut, malaikat yang menjelma sebagai manusia itu terhenyak. tidak menyangka, ternyata ada seorang hamba yang begitu ihlas menjalankan ibadah tanpa mengharapkan apapun kecuali ridho dari Allah swt.

Malaikat tersebut kembali kepada Allah dan Allah mengatakan kepada malaikat tersebut, “HambaKu telah melalui ujian hidupnya, masukkan ia ke dalam surga”

Kisah tersebut memiliki banyak hikmah. salah satu hikmahnya adalah dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, seharusnya lebih mengedepankan niat yang benar-benar ihlas kepada Allah. Bahwa apa yang kita kerjakan saat ini, niatkan hanya semata-mata mengharap ridho kepada Allah. jadikan Allah sebagai sebab dari apa yang kita kerjakan. bukan hanya materi, kedudukan atau jabatan.

Di dalam Al Quran Surat Al-An’am ayat 162, Allah berfirman:

“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, kesemuanya demi karena Allah, Pemeliharan seluruh alam”

Ibadah dalam pengertian yang umum, mencakup segala macam aktivitas yang dilakukan karena Allah. Nah, mengesakan Tuhan dalam beribadah, menuntut manusia untuk melaksanakan demi sesuatu karena Allah, baik sesuatu itu dalam bentuk mahdhah maupun selainnya.


KISAH INSPIRATIF 2

Rasulullah saw bersabda,

“Islam bermula dalam keadaan asing (di tengah-tengah manusia) dan akan kembali terasing sebagaimana ia bermula, maka beruntunglah al-ghuroba’ (orang-orang yang dianggap asing karena mengamalkan Islam).” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Al-Hafizh Ibnu Hajar ra berkata, “sebab yang menjadikan generasi pertama (para sahabat) sebagai generasi terbaik adalah karena mereka ghuroba’ (orang-orang yang asing) dalam keimanan mereka disebabkan banyaknya orang-orang kafir ketika itu dank arena kesabaran mereka atas penderitaan yang mereka hadapi serta berpegang teguhnya mereka dengan agama”

Demikianlah generasi akhir mereka (umat Islam yang meneladani para sahabat di akhir zaman), apabila mereka menegakkan agama, berpegang teguh dengannya dan bersabar dalam ketaatan kepada Allah ketika kemaksiatan dan berbagai macam cobaan semakin merajalela, maka mereka juga termasuk ghuroba’ dan amalan mereka berlipat ganda di masa tersebut sebagaimana amalan generasi pertama juga berlipat ganda, hal ini dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan Al-Imam Muslim dariAbu Hurairah ra secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah saw): “Islam bermula dalam keadaan asing (di tengah-tengah manusia) dan akan kembali terasing sebagaimana ia bermula, maka beruntunglah al-Ghuroba’ (orang-orang yang dianggap asing karena mengamalkan Islam)” (Fathul Bari, 7/6-8)

Al-‘Allaamah Ibn Baz rahimahullah berkata, “Orang-rang yang terasing adalah mereka yang istiqomah (teguh di atas kebenaran), sesungguhnya surge dan kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing, yaitu yang membuat perbaikan ketika manusia banyak yang rusak.” (fatawa Nur ‘Alad Darb, 1/14)

Maka Al-Ghuroba’, orang-orang yang terasing adalah mereka yang selalu meneladani generasi Salaf (generasi pertama umat Islam) dan istiqomah dengan cara:

1.       Mempelajari Al-Quran dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaf

2.       Berusaha mengamalkannya dengan baik

3.       Mengajarkannya kepada orang lain

4.       Sabar dan istiqomah di atasnya sampai akhir hayat

Inilah empat sifat al-Ghuroba’ yang hendaklah selalu diingatkan dan dikuatkan: menuntut ilmu agama, mengamalkannya, mendakwahkannya dan bersabar. Terlebih ketika syirik, bid’ah dan maksiat semakin merajalela.

Rasulullah saw, telah mengingatkan,

“Akan datang suatu zaman kepada manusia, dimana orang yang berpegang teguh dengan agama di tengah-tengah mereka bagaikan orang yang menggenggam bara api” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik ra, Ash-Shahihah: 957)

Hal itu tidak lain karena semakin merebaknya kebodohan terhadap ilmu agama dan banyaknya orang-orang bodoh yang berbicara agama tanpa ilmu serta mengada-adakan perkara baru dalam agama tanpa ada contoh dari Rasulullah saw.

Ini diantara tanda kiamat yang mengingatkan kita untuk lebih istiqomah di atas jalan kebenaran. Rasulullah saw bersabda, “diantara tanda – tanda kiamat adalah diangaktnya ilmu, menguatnya kebodohan, diminumnya khamar dan nampaknya perzinahan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik ra)

 

KISAH INSPIRATIF 3

Bulan ramadhan yang 3 hari ini kita lewati, semoga masih memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kualitas keimanan kita dalam beribadah kepada Allah swt. Setelah selama sebulan penuh kita menjalankan puasa, melaksanakan segala kewajiban kita sebagai muslim dan mengasah kepedulian sosial kita kepada masyarakat, maka saat ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk menjaga keistiqomahan kita dalam beribadah selama 11 bulan ke depan sebagaimana kita beribadah di bulan suci Ramadhan. kita berdoa semoga kita diberi kekuatan oleh Allah swt, untuk dapat melaksanakan ibadah-ibadah yang tidak hanya bersifat wajib melainkan juga yang bersifat sunnah, seperti membaca al Quran, berdzikir, beri’tikaf di masjid, shalat tepat waktu secara berjamaah dan menjalankan segala amal ibadah yang sifatnya sunnah setiap harinya untuk mengharap ridha Allah swt.

Dari segala amalan sunnah yang pernah kita kerjakan selama bulan ramadhan lalu, ada beberapa amalan sunnah, yang mana amalan sunnah ini, akan khatib jelaskan keutamaanmya di kesempatan yang singkat ini. keutamaan tersebut adalah keutamaan shalat sunnah rawatib. Karena masih banyak diantara kita yang belum mengetahui, fadhilah ataua keutamaan dari shalat sunnah rawatib. masih banyak yang cenderung berpikir, lebih  baik yang wajibnya saja yang dikerjakan yang sunnah tidak usah dikerjakan. padahal  amalan sunnah tersebut memiliki fadhilah yang sangat berguna bagi siapa saja yang megetahuinya.

Dari Ummu Habibah rdhiyallahu anha, istri Rasulullah saw, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

Maa min abdi muslim yushalli lillah, kulla yaumin sinta asyrata rak’atan, tathawwuan ghaira faridhah, illa banallahu lahu baitan fil jannah, aw illa buniya lahu baitan fil jannah. qaalat ummu habibah famaa barikhtu ushallihinna ba’du.

Artinya: seorang hamba muslim yang melakukan shalat sunnah yang bukan wajib karena Allah, sebanyak 12 rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga. kemudian ummu habibah radhiyallahu anha berkata,” setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut. (HR. Muslim)

yang dimaksud dari 12 rakaat yaitu 2 rakaat sebelum subuh, 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat sebelum isya’ dan 2 rakaat setelah isya’.

keutamaan dari hadis di atas dapat diperinci sebagai berikut:

1.      melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat sebelum Subuh, maka hamba tersebut akan  mendapat dunia seisinya.

Ibnu Umar radhiyallahuanhuma meriwayatkan ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, tunjukkanlah satu amalan yang bermanfaat untukku”. beliau bersabda: shalatlah 2 rakaat sebelum subuh, karena di dalamnya terdapat keistimewaan” (HR. Ath Thabarani)

Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: dua rakaat fajar (qabliyah subuh) itu lebih baik daripada dunia dan seisinya (HR.Muslim)

 

2.      Melaksanakan shalat sunnah 4 rakaat sebelum dzuhur dan 2 rakaat setelah dzuhur, maka hamba tersebut akan didoakan 70 ribu malaikat dan Allah mengharamkan api neraka bagi hamba tersebut.

Ummi Habibah radhiyallahu anha berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah swt pasti mengharamkan api neraka bagi oang yang menjaga empat rakaat sebelum dan setelah dzuhur. (HR. Ahmad)

 

 

3.      Melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat sebelum ashar, maka hamba tersebut akan mendapat berkah dan rahmat Allah swt

Dari Ibnu Umar dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat (Sunnah) empat rakaat sebelum ashar” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)

4.      Melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat setelah maghrib, maka hamba tersebut akan diampuni dosanya oleh Allah swt

5.      Melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat sebelum dan sesudah Isya’, maka hamba tersebut akan mendapat kebaikan dalam hidupnya

Dari beberapa uraian di atas, kini kita dapat mengetahui betapa besarnya manfaat, hikmah dan keutamaan shalat rawatib. maka dari itu marilah kita senantiasa untuk mengamalkan shalat sunnah yang penuh hikmah ini agar supaya mendapatkan istana di surga sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah swt. Amin ya rabbal alamin


KISAH INSPIRATIF 4

Ada sebuah dialog antara kyai dan liberal yang membicarakan tentang kebaikan non Muslim. Tetapi, sebaik apapun non Muslim, mereka tidak akan masuk surga. Inilah yang membuat liberal menganggap bahwa Tuhan itu jahat. Tapi, sang kyai bisa membantah dan membuat liberal itu bungkam. Memang, apa yang dikatakan oleh sang kyai? Yuk simak dialognya!

Liberal: Kyai, ada orang baek banget, anti korupsi, bangun mesjid, rajin sedekah sampe hidupnya sendiri dikorbanin buat nolongin orang banyak, terus meninggal dan dia bukan Muslim, masuk mana?

Kyai: Maaf… Neraka…

Liberal: Lahh? Kan dia orang baek. Kenapa masuk neraka?

Kyai: Karena dia bukan Muslim.

Liberal: Tapi dia orang baek Ki. Banyak orang yang kebantu karena dia, bahkan umat Islam juga. Malah Bangun Masjid Raya segala. Jahat bener dah Tuhan kalau orang sebaek itu dimasukin neraka juga.

Kyai: Allah tidak jahat, hanya adil.

Liberal: Adil dari mane?

Kyai: Kamu sekolahnya apa?

Liberal: Ane mah Master Sains lulusan Amerika Kyai, kenape?

Kyai: Kenapa bisa kamu dapat titel Master Sains dari Amerika?

Liberal: Karena kemaren ane kuliah di sana, diwisuda di sana.

Kyai: Namamu terdaftar di sana? Kamu mendaftar?

Liberal: Ya jelas dong Kyai, ini ijazah juga masih basah.

Kyai: Sekiranya waktu itu kamu tidak mendaftar, tapi kamu tetap datang kesana, hadir di perkuliahan, diam-diam ikut ujian, bahkan kamu dapat nilai sempurna, apakah kamu tetap akan dapat ijazah?

Liberal: Jelas enggak Kyai, itu namanya mahasiswa ilegal. Sekalipun dia pintar, dia nggak terdaftar sebagai mahasiswa, kampus ane mah ketat soal aturan gituan.

Kyai: Berarti kampusmu jahat dong, ada orang sepintar itu tak dikasih ijazah hanya karena tidak mendaftar?

Liberal: *terdiam*

Kyai: Gimana?

Liberal: Ya nggak jahat sih, itu kan aturan, salah si mahasiswa kenapa nggak mendaftar, konsekuensinya ya nggak dapat ijazah dan titel resmi dari kampus.

Kyai: Nah, kalau kampusmu saja ada aturan, apalagi dunia dan akhirat. Kalau surga diibaratkan ijazah, dunia adalah bangku kuliah, maka syahadat (mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah) adalah pendaftaran awalnya. Tanpa pendaftaran awal, mustahil kita diakui dan dapat ijazah, sekalipun kita ikut kuliah dan mampu melaluinya dengan gemilang. Itu adalah aturan, menerapkannya bukanlah kejahatan, melainkan keadilan.

Kisah ini tersebar secara viral di internet. Kami melansirnya dari www.kabarmakkah.com

 

 

 


KISAH INSPIRATIF 5

 

Ya Allah, sayangi kening yang hanya bersujud kepadaMu dan lisan yang selalu betauhid mengesakanMu..

Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memlihara wajah kami dari bersujud kepada selainMu, peliharalah kami dari membutuhkan yang selainMu..

Jumat dan Shalawat

Perbanyaklah bershalawat kepada kekasih hati, Rasulullah saw..

“Sesungguhnya orang yang paling utama (untuk berkumpul dan dekat) denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dalam ‘Shahihnya” dan Abu Ya’la dalam ‘musnadnya’. Al-Albani menyatakan ‘Hasan’ dalam ‘Shahih Al-Jami’ dan ‘Shahih At-Targhib wa At-Tarhib’)

Jumat dan Al-Kahfi

Disunnahkan membaca surat ke 18, al-Kahfi, setiap hari Jumat. Boleh juga malam Jumat. Jangan lupa mengambil pelajaran darinya. Mengapa membaca surat 18, Al-Kahfi setiap Jumat?

Agar supaya tertanam dalam hati kita 4 kisah sehingga kita waspada dari 4 fitnah kehidupan.

1.       Kisah ash-Habul Kahfi (ayat 9-26) agar kita waspada dari fitnah agama

2.       Kisah si kaya dan si miskin (ayat 32-44) agar kita waspada dari fitnah harta

3.       Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir alaihissalam (ayat 60-82) agar kita waspada dari fitnah ilmu

4.       Kisah Dzul Qornain dan sikapnya terhadap Ya’juj wa Ma’juj (ayat 83-98) agar kita wasapada dari fitnah kedudukan.

Pendorong dan penghias agar manusia terjerumus ke dalam fitnah-fitnah besar tersebut  adalah iblis (ayat 50)

Solusi dari semua fitnah tersebut terdapat d akhir surat, yaitu iman kepada hari kebangkitan! (ayat 110)

Diantara fadhilah membaca surat al Kahfi;

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, nsicaya akan memancar cahaya terang yang menyinari dirinya diantara kedua jumat”. [HR. Al-Hakim (2/399), Al Baihaqi (2/249)]

Berkata Ibnu Hajar dalam takhrij al-Adzkar: “hadits Hasan”. Beliau juga berkata: “Ini adalah hadis paling kuat tentang keutamaan membaca surat Al-Kahfi”. Lihat “Faidhul Qadir” (6/198). Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam “Shahih Al-Jami’ (6470)”

Tiada hari tanpa Al-Quran

Ajarkan kepada anakmu Al-Quran, maka Al-Quran akan mengajarkan kepada anakmu segala sesuatu!

Ajarkan kepada anakmu cinta Rasul. Para sahabat Nabi terdahulu mengajarkan sirah Nabi kepada anak-anak mereka seperti mengajarkan surat dari Al-Quran. “Dahulu diajarkan kepada kami ‘Maghozi Nabi’ (sirah Nabi) sebagaimana diajarkan kepada kami surat dari Al-Quran” [Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib ra]

Mengajarkan kepada anak-anak cinta sahabat Nabi;

Berkata Al-Imam Malik ra: “Para salaf dahulu mengajarkan kepada anak-anak mereka cinta Abu Bakar dan Umar seperti mereka mengajarkan surat dari Al-Quran” [Riwayat Ibnu ‘Asakir dalam ‘Tarikh Damaskus’]


KISAH INSPIRATIF 6

Ada tiga do’a yang mungkin jangan sampai kita lupakan dalam sujud kita adalah

1.       Meminta agar diwafatkan dalam keadaan khusnul Khotimah

Allahumma innii as-aluka khusnul khotimah

Artinya: “Ya Allah, aku meminta kepadaMU Husnul Khatimah”

2.       Memohon agar kita diberikan kesempatan Taubat sebelum wafat

Allahummar zuqnii taubatan-nashukhaa qablal maut

Artinya: “berilah aku rezeki Taubat Nasuha (atau sebenar-benarnya taubat) sebelum wafat”

3.       Mintalah agar hati kita ditetapkan di atas agama-Nya

Allahumma yaa muqallibal qulub tsabbit qalbii ala dinika

Artinya: “Ya Allah, wahai Sang Pembolak Balik Hati, tetapkanlah hatiku di atas AgamaMu:

Semoga bermanfaat. Amin.


KISAH INSPIRATIF 7

MUTIARA HIKMAH.. *PESAN INDAH DARI DR. ZAKIR NAIK*

Saudara dan Sahabat Muslim semua..
*Mohon*

*Jangan tulis TUHAN*
Mohon selalu *Tulislah ALLAH*
Karena tidak ada penyebutan Tuhan pada Kitab suci Al-Qur’an.

jangan
tulis “Mosque”
Selalu
tulislah *MASJID*
Karena Organisasi Islam telah menemukan bahwa arti Mosque itu, nyamuk.

Jangan tulis “Mecca:
Selalu tulislah dengan benar
*MAKKAHQ*” karena
Mecca itu berarti Rumah Anggur

Jangan tulis “Mohd”
Selalu tulislah dengan lengkap
*MUHAMMAD* karena
Mohd berarti anjing yang bermulut besar.

Jika anda punya paket (kuota),
Tolong sampaikan hal ini ke *Sahabat-Sahabat Muslim* kita.

الرجاء ارسالها الى اصدقائك المسلمين

*Populasi Muslim* di Dunia, di masing-masing negara:

1. Afghanistan 100%
2. Albania 75%
3. Algeria 99%
4. Angola 25%
5. Argentina 2%
6. Australia 2.09%
7. Azerbaijan 93%
8. Bahrain 100%
9. Bangladesh 85%
10. Bhutan 5%
11. Brazil 0.6%
12. Burma 10%
13. Canada 1.48%
14. Central African 55%
15. China 11%
16. Egypt 94%
17. Ethiopia 65%Fiji 11%
18. France 7%
19. Georgia 11%
20. Germany 3.4%
21. Greece 1.5%
22. Guinea 95%
23. Guyana 15%
24. Hongkong 1%
25. India 14%
26. INDONESIA 85%
27. Iran 99%
29. Iraq 97%
30. Israel 14%
31. Italy 1%
32. Japan 1%
33. Jordan 95%
34. Kenya 30%
35. Kuwait 89%
36. Lebanon 70%
37. Libya 100%

38. Maldives 100%
39. Malaysia 52%
40. Mauritius 19.5%
41. Mayotte 99%
42. Nigeria 75%
43. Oman 100%
44. Pakistan 97%
45. Phillipines 14%
46. Qatar 100%
47. Romania 20%
48. Russia 18%
49. Saudi Arabia 100%
50. Singapore 17%
51. Somalia 100%
52. Sri Lanka 9%
53. Sudan 85%
54. Syria 90%
55. Tazakistan 85%
56. Tanzania 65%
57. Thailand 14%
58. Tunisia 98%

59. Turkey 99.8%
60. UAE 96%
61. UK 2.5%
62. USA 3.75%
63. Uzbekistan 88%
 
*Darimana Rasul-Rasul itu berasal..???*


*Adam* (Alaihi Salam) – Sri Lanka
*Nuh* (Alaihi Salam) – Jordan
*Shu’aib* (Alaihi Salam) – Syria
*Saleh* (Alaihi Salam) – Lebanon
*Ibrahim* (Alaihi Salam) – Palestine and died in esa
*Ismail* (Alaihi Salam) – Saudi Arabia
*Yakub* (Alaihi Salam) – Palestine
*Yahya* (Alaihi Salam) – Palestine
*Zakariya* (Alaihi Salam) – Palestine
*Ishaq* (Alaihi Salam) – Palestine
*Yusuf* (Alaihi Salam) – Palestine
*Luuth* (Alaihi Salam) – Iraq
*Ayub* (Alaihi Salam) – Jordan
*Hoed* (Alaihi Salam) – Yamen
*MUHAMMAD* ( _*Shallallahu Alaihi Wasalam*_) – Saudi Arabia

*Usia para Rasul*

Adam (Alaihi Salam) – 1000 Tahun
Nuh (Alaihi Salam) – 950 Tahun
Shu’aib (Alaihi Salam) – 882 Tahun
Saleh (Alaihi Salam) – 586 Tahun
Zakariyya (Alaihi Salam) – 207 Tahun
Ibrahim (Alaihi Salam) – 195 Tahun
Sulaiman (Alaihi Salam) – 150 Tahun
Ismail (Alaihi Salam) – 137 Tahun
Yakub (Alaihi Salam) – 129 Tahun
Musa (Alaihi Salam) – 125 Tahun
Ishaq (Alaihi Salam) – 120 Tahun
Harun (Alaihi Salam) – 119 Tahun
Yusuf (Alaihi Salam) – 110 Tahun
Isa (Alaihi Salam) – 40 Tahun
*NABI MUHAMMAD* ( _*Shallallaahu Alaihi Wasalam*_) – 63Tahun
Tolong pesan ini jangan hanya disimpan di esame, sebarkanlah pengetahuan ini.
Tolong baca pesan ini sampai selesai.
Anda begitu susah meluangkan waktu untuk Allah; Tetapi ALLAH SWT selalu mencintai dan memberkatimu. ALLAH SWT selalu bersamamu. Saya berharap anda meluangkan 30 menit waktu anda dengan ALLAH SWT hari ini. Bukan sembahyang, hanya sekedar memujinya.
Hari ini saya ingin pesan ini telah melintasi dunia sebelum tengah malam. Bisakah anda membantu? Tolong jangan putus rantainya.
ALLAH SWT selalu membantu anda pada semua hal yang anda butuhkan. Jadi tolong tunda segala sesuatu dan jalankan hal ini. Jangan putus rantainya. Kirim pesan ini ke 14 teman dalam 10 menit.
Mengapa kita merasa ngantuk ketika *SHOLAT* ? Tetapi tetap terjaga selama 3 jam pemutaran film.
Mengapa kita begitu bosan ketika memandangi Kitab Suci *AL QUR’AN* ? Tetapi begitu santai ketika membaca buku-buku yang lain.
Mengapa Begitu mudah mengabaikan suatu pesan WA tentang *ALLAH SWT* ? Namun kita

mudah menyampaikan pesan WA yang buruk/lucu/dagelan/porno dlll sebagainya.
Mengapa *MASJID MASJID* itu jadi lebih kecil? Tetapi bar dan klub malam meluas.Mengapa begitu mudah Mengidolakan (memuja) Selebriti? Tetapi sangat sulit akrab dengan *HAMBA HAMBA ALLAH* yang *SHALEH* ?
Pikirkan tentang hal ini, Apakah Anda akan menyampaikannya? Atau Anda akan mengabaikannya karena anda berpikir akan ditertawakan?
Sampaikan hal ini ke *Seluruh Teman/Kontak ANDA*.
Saya tahu, mungkin 80% diantara Anda tidak menyampaikan hal ini; Jadi, jadilah Anda diantara yang 20% yang mungkin menyampaikan.
Ingatlah; *ALLAH (Subhanahu Wa Taala)* Berfirman: _*Jika Kalian Mengingkariku di depan Teman-teman kalian, Aku akan Mengingkari kalian pada Hari Pembalasan.*_
Ketika satu pintu tertutup, ALLAH membukakan yang kedua; Jika ALLAH telah membuka pintu-pintu untuk ANDA, Kirimlah pesan ini untuk semua orang termasuk saya.

Allah tidak memiliki BLACKBERRY, Android, tapi Dia adalah Kontak Favorit saya…

Allah tidak ada di TWITTER, tetapi aku masih mengikutinya dan akan mengikutinya selamanya…

Allah tidak ada di WHATSAPP, tapi Dia selalu online…

*Jadi sekalipun tidak ada INTERNET, Saya akan selalu terhubung dengannya…*

Tolong sampaikanlah pesan ini ke seluruh kontak Anda sekarang!
Telah dikatakan bahwa ketika *Malaikat Maut mengambil Ruh (nyawa) dari tubuh* yang telah meninggal dunia….. itu adalah pengalaman yang sangat menyakitkan. Mereka berkata bahwa ketika Orang mati bangkit pada hari Qiyamat, pengaruh dari Ruh yang telah diambil akan tetap disana. Oleh karenanya, Allah telah memberitahukan kepada kita untuk *membaca Ayatul-Kursi* setiap selesai Sholat Fardhu dan itu akan meneguhkan yang membacanya, Ruh mereka akan dicabut sebagaimana Anda mencabut sehelai rambut dari gundukan tepung. Akan begitu ringan rasanya, Masha Allah!
*Semoga Allah Menyelamatkan kita* dari segala macam rasa sakit dan mengizinkan kita Meninggal di atas Imaan di hati Kita dan menyelamatkan kita dari ‘Azabnya. Aamiin….
Tidak ada kata yang Seindah *ALLAH*.
Tidak ada Tauladan yang seindah *RASULULLAH MUHAMMAD* (Shallallahu ‘Alaihi Wasallam).
Tidak ada Tuntunan seindah *ISLAM*.
Tidak ada nyanyian yang semerdu *ADZAN*.
Tidak ada Darma seberarti *ZAKAT*
Tidak ada ensiklopedi sesempurna *AL QUR’AN*
Tidak ada Sembahyang sesempurna *SHOLAT*
Tidak ada diet sesempurna *PUASA*.
Tidak ada Pengembaraan sesempurna *HAJI*
Mari kita Wujudkan bahwa *Islam itu selamanya Indah dan Sempurna*,
Silahkan Sampaikan pesan ini untuk mendapatkan dari pertukaran Pengetahuan.

Ini sangat biasa diantara kita, sebagian besar kita berbicara pada waktu Adzan…
Baca ini..
Rasulullah yang mulia (Shallallahu Alaihi Wasallam) berkata, “ *_Hentikan melakukan segala aktivitas selama mendengar ADZAN, meskipun sedang membaca Quran_*. Orang yang berbicara ketika Adzan tidak akan mudah untuk mengucapkan Kalimat Syahadat ketika meninggal…. Silahkan sampaikan pesan ini ke esame Muslim … BACALAH DO’A INI UNTUK HIDUP YANG LEBIH BAIK…
_*Allahumma-Inni-Alaa-Dzhikrika-wa Shukrika-wa-husni-ibaadatika*_.
Sebuah Do’a yang dahsyat telah dikirim kepada Anda. Apakah Anda berfikir Anda mesti lakukan ini? Bayangkanlah… jika 1000 orang membacanya karena Anda سُبْحَانَاللَّه ِ !!!
*SUBHANALLAH !!!*
Bangkitlah segera ketika Anda mendengar ADZAN, seperti ketika anda mendengar telephone Anda berdering

Bacalah AL QUR’AN dengan BENAR,
Seperti Anda membaca tulisan

Takutilah ALLAH, seperti Anda takut KEMATIAN

Ingatlah KEMATIAN, seperti Anda
Mengingat Nama Anda

Berapa menit yang diperlukan Untuk mengerjakan setiap Sholat


“SUBUH” 4 – 6 Menit

“ZUHUR” 6 – 8 Menit
“’ASHAR” 6 – 8 Menit
“MAGHRIB” 5 – 7 Menit
“ISYAA’ “ 7 – 10 Menit
Total 28 – 39 Menit per hari dari 24 jam?
Mari Pikirkan tentang hal ini, apakah kita betul-betul menghabiskan waktu kita demi kepentingan ALLAH?
*80% orang tidak
ingin pesan ini, karena mereka mengingkari ajaran Islam*.

Ketikkan pesan…




KISAH INSPIRATIF 10

*Pakar Jepang menuliskan...80% org sakit bukan karena fisiknya tapi karena EMOSInya.*
*(PIKIRAN NEGATIF TERNYATA TIDAK BAIK BAGI KESEHATAN.)*
*1. MARAH* selama 5 menit akan menyebabkan *sistem imun* tubuh kita mengalami depresi selama 6 jam.
*2. DENDAM & MENYIMPAN KEPAHITAN* akan menyebabkan imun tubuh kita mati.. Dari situlah bermula segala penyakit, seperti *STRESS, KOLESTEROL, HIPERTENSI, SERANGAN JANTUNG, RHEMATIK, ARTHRITIS, STROKE (perdarahan/ penyumbatan pembuluh darah).*
*3. Jika kita sering membiarkan diri kita STRESS,* maka kita sering mengalami *GANGGUAN PENCERNAAN..*
*4. Jika kita sering merasa KHAWATIR*, maka kita mudah terkena *penyakit NYERI PUNGGUNG*.
*5. Jika kita MUDAH TERSINGGUNG,* maka kita akan cenderung terkena penyakit *INSOMNIA (Susah Tidur)*.
*6. Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN*, maka. kita akan terkena *GANGGUAN TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH.*
*7. Jika kita sering membiarkan diri kita merasa TAKUT yang BERLEBIHAN*, maka kita akan mudah terkena penyakit *GINJAL.*
*8. Jika kita suka ber-NEGATIVE THINKING*, maka kita akan mudah terkena *DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna).*
*9. Jika kita mudah EMOSI & cenderung PEMARAH*, maka kita bisa rentan terhadap penyakit *HEPATITIS.*
Sumber : Buku *“The Healing & Discovering the Power of the Water”.* (by : Dr. Masaru Emoto)



 ETIKA, MORAL DAN AKHLAK DALAM ISLAM

 

A. PENGERTIAN ETIKA ISLAM

Istilah etika secara etimologi berasal bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dan dari kata Latin “ethic” (us), dalam bahasa Gerik “Ethikos”. Jadi etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang buruk.

Menurut Ah. Amin, etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dan di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Istilah lain dari etika, biasanya digunakan kata : moral, susila, budi pekerti, akhlak, sebagaimana dijelaskan oleh Hasbullah Bakri, bahwa etika dalam bahasa Arab disebut budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi'at.

Menurut Rachmat Jatnika, kata etika sering disebut (sinonim) dengan kata akhlak dan moral. Sedangkan menurut Asmaran AS, walaupun etika sering disamakan dengan kata akhlak dan moral, ketiga istilah tersebut sebenarnya mempunyai perbedaan dan persamaan. Menurutnya, persamaannya diantaranya terletak pada obyeknya yaitu ketiganya sama-sama membahas baik-buruk tingkah laku manusia. Sedangkan perbedaannya terletak pada parameter masing-masing. Akhlak menilai perbuatan manusia menggunakan parameter agama, sedangkan etika menggunakan pertimbangan akal pikiran, sementara moral menggunakan adat kebiasaan yang umum di masyarakat.

Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak adalah sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tenteram sehingga sejahtera batiniyah dan lahiriyah. Tetapi ada perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak, yaitu terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits.

 

 

 

B. MACAM–MACAM ETIKA

Etika dibagi menjadi dua macam, yaitu :

  1. Etika Deskriptif

Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.

  1. Etika Normativ

Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.

 

C. KARAKTERISTIK ETIKA

  1. Etika mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk
  2. Etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada Al Qur’an dan al hadits yang shohih
  3. Etika bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada
  4. Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia

 

D. PERANAN DAN FUNGSI ETIKA

  1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
  2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
  3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang
  4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya
  5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat

 

E. DASAR KONSEP ETIKA

  1. Tujuan hidup setiap muslim ialah mengharamkan makanan dan minuman yang dilarang agama
  2. Keyakinannya terhadap kebenaran wahyu allah dan sunnah membawa konsekuensi logis sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap muslim
  3. Islam mendidik berbuat baik, mencegah segala kemungkaran yang bertentangan dengan ajaran islam berasaskan al-quran dan hadist, di interpretasikan oleh para ulama sebagai jihat

 

F. BENTUK-BENTUK ETIKA

Bentuk-bentuk etika dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari perbedaan manusia dalam segala seginya, dan dari segi perbuatan manusia.

Bila ditinjau dari perbuatan manusia, etika dibedakan menjadi dua yaitu akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak mahmudah (etika terpuji).

Selanjutnya dalam pembahasan ini hanya dikaji akhlak mahmudah (etika terpuji) yang khususnya pada hubungan manusia dengan Allah SWT yang meliputi shalat lima waktu dan puasa Ramadlan serta hubungan manusia dengan sesamanya yang meliputi etika terhadap orang tua, etika terhadap guru, etika terhadap teman sebaya dan etika terhadap masyarakat pada umumnya.

  1. Etika Terhadap Allah

Etika terhadap Allah meliputi amal perbuatan yang dilakukan dengan cara berhubungan dengan Allah, melalui media-media yang telah disediakan Allah, seperti salat, puasa dan haji.

  1. Etika Manusia Terhadap Manusia

Etika terhadap sesama manusia ini mengarah kepada bergaul dan berbuat baik kepada orang lain. Etika ini meliputi semua hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain, yang terdiri dari :

ü  Etika terhadap orang tua

Orang tua (ayah dan ibu) adalah sosok yang luhur maka dihadapan anak-anaknya mereka memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya tanpa mengharapkan imbalan apapun, hanya harapan untuk dikaruniai putra-putri yang shaleh dan shalehah.

Allah S.W.T.  berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ : 23

وَقَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبـُدُوْ إِلاَّ إِيّاَهُ وَباِلْواَلِدَيْنِ إِحْسـَاناً إِمّاَ يَبـْلُغَنَّ عِنـْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدَهُماَ أَوْكِلاَهُماَ فَلاَ تَقُـلْ لَهُماَ أُفٍّ وَلاَتَنْهَرْ هُماَ وَقُلْ لَّهُماَ قَوْلاً كَرِيْماً (الاسراء : 23 ).

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali kamu jangan mengatakan kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak dan ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia (QS. Al-Isra’: 23).

Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan bahawa perintah berbakti kepada orang tua ditetapkan pada urutan setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah S.W.T. yakni perintah untuk tidak berkata kasar kepadanya melainkan harus memepergauli keduanya dengan tutur kata yang sopan.

ü  Etika terhadap guru

Guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah orang tua kandungnya, karena gurulah yang mendidik anak sebagai lanjutan dari pendidikan yang diterima dalam keluarga, oleh karena itu seorang murid harus selalu menghormati dan memuliakan gurunya. Sebagaiman penuturan Azzarnuji sebagai berikut ;

إِعْلَمْ بِاَنَّ طاَلِبَ الْعِـلْمِ لاَيَنْتَفِـعُ بِهِ إِلاَّ بِتَعْـظِيْمِ وَأَهْـلِهِ وَتَعْـظِيْمِ الاُسْتـَاذِ وَتَوْقِبْرِهِ 

Artinya : Ketahuilah bahwasannya seorang yang mencari ilmu tidak akan mendapat ilmu dan manfaat kecuali dengan menghormati dan memuliakan ilmu dan pemikirannya serta menghormati dan memuliakan gurunya.

ü  Etika terhadap keluarga

Keluarga merupakan sebuah persekutuan antara ibu-bapak dengan anak-anaknya yang hidup bersama dalam sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan yang sah menurut hukum, dimana di dalamnya ada interaksi (saling berhubungan dan mempengaruhi) antara satu dengan lainnya[29]. Kehidupan dalam keluarga mampu menumbuhkembangkan potensi anak sebagai wahana menstranfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Oleh karena itu penanaman keimanan dan pembiasaan beribadah kepada Allah yang dimulai dari kehidupan keluarga amat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ajaran Allah yang ditunjukkan dalam Al Qur'an Surat Al An'aam ayat 151 :

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151)

Artinya :  Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS. Al-An'aam : 151).

ü  Etika terhadap tetangga

Tetangga merupakan orang yang berada di sekitar kita dan hidup bersama berdampingan dengan kita. mereka selalu bersama-sama membentuk sebuah masyarakat yang baik dan saling menghormati dan menjaga diri dan keluarga mereka masing-masing sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat An Nisaa' Ayat 36 :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا (36)

                 Artinya :  Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisaa' : 36).

ü  Etika terhadap teman sebaya

            Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kehadiran teman sangat diperlukan baik perorangan maupun kelompok. Dalam bahasan ini yang terutama adalah teman sebaya baik sebaya dari segi usia maupun sebaya dari segi lainnya.

            Agar diterima sebagaimana teman atau sahabat maka setiap orang harus dapat membawa diri, menjaga perasaan serta mengetahui hak-hak yang harus dipenuhi. Seperti hadits Nabi Muhammad S.A.W. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ;

حَقُّ المُسْلِمِ عَلىَ المُسْلِمِ سِتٌّ : إِذاَ لَقَيْتـَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْـهِ، وَإِذاَ دَعاَكَ فَاَجِبْـهُ، فَاِذاَ سْتَنْصَحَكَ فاَنْصَحْ لَهُ، وَإِذاَ عَطَسَ فَحَمِـدَ اللهَ فَشَمِّتْـهُ، وَإِذاَ مَرِضَ فَعُـدْهُ، وَإِذاَ ماَتَ فاَتْبَعْـهُ (رواه مسلم)

Artinya : Hak orang Islam terhadap orang lainnya ada 6 (enam) apabila engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya, apabila mengundangmu penuhilah undangannya, apabila meminta nasihat padamu nasihatilah dia, apabila ia bersin lalu memuja Allah S.W.T. maka doakanlah ia olehmu, apabila ia sakit tengoklah dia dan apabila dia meninggal dunia iringlah dia.

Dalam kehidupan sehari-hari seorang teman harus senantiasa menjaga dan memenuhi hak-hak yang lain serta dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat diberikan antara lain dalam bentuk saling membantu atau saling menolong dalam hal-hal yang dibenarkan oleh agama. Firman Allah S.W.T. dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah Ayat 2 :

وَتَعَاوَنوُاْ علىَ البِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلىَ الاِثْمِ وَالعدواَنِ (المائدة : 2)

 

Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al-Maidah : 3).

Demikian Islam telah meletakkan dasar persatuan di kalangan umat Islam. Dengan dipenuhi hak-hak teman, saling membantu dan menolong serta menghindari sifat-sifat dan perbuatan yang menjadi sebab perpecahan maka akan terbina kerukunan dan kebersamaan antar sesama manusia.

ü  Etika terhadap masyarakat pada umumnya

Sebagai mahluk sosial yang hidup dalam masyarakat maka setiap manusia harus dapat menempatkan dirinya pada posisi yang tepat sehingga kehadirannya dapat diterima oleh masyarakat tersebut, karena di dalam masyarakat inilah sesungguhnya hakikat kehidupan manusia.

Masyarakat tersusun dari pribadi-pribadi yang beraneka ragam. Agar dapat bergaul dengan mereka secara baik, menurut pandangan Islam, seorang mu’min adalah saudara bagi mu’min lainnya. Tidak hanya memandang kaya atau miskin, berpangkat atau jelata, berkulit putih atau hitam, semuanya adalah saudara sekeyakinan. Sebagaimana firman Allah S.W.T. dalam Surat Al-Hujarat : 10

إِنَّماَ المُؤْمِنُـوْنَ إِخْـوَةٌ فَاَصْلِحُـواْ بيَنَ أَخَوَيْكُمْ واَتَّقوُا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُـوْنَ (الحجـرات : 10 )

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antar kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (QS. Al-Hujurat: 10).

 

G. PERBEDAAN AKHLAK, MORAL DAN ETIKA

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya.

  1. Baik buruk akhlak didasarkan pada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul
  2. Moral, adat istiadat masyarakat menjadi penentu standar dalam baik dan buruknya suatu perbuatan
  3. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruknya adalah akal manusia

Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedang standar akhlak bersifat universal dan abadi.

 

 

MORAL DALAM ISLAM

 

A. PENGERTIAN MORAL

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. 

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

HM. Arifin (1994 : 139), mendefinisikan tentang sistem nilai dan moral adalah :
“suatu keseluruhan tatanan yang berdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lainnya saling mempengaruhi atau saling bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat berorientasi kepada nilai dan moralitas Islam”. (HM. Arifin, 1994 : 139).

Dengan adanya system nilai atau system moral yang dijadikan kerangakan acuan yang menjadi rujukan cara berpikir dan berperilaku lahiriyah dan rohaniyah manusia muslim adalah nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama islam sebagai wahyu Allah swt, yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad saw. Diman nilai dan moralitas Islami tersebut bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu tidak terpecah-pecah bagian satu dengan yang lainnya berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan moralitas mengandung kaidah atau pedoman yang menjadi landasan segala amal perbuatan.

Menurut Al-Ghazali menyebut moral Islam sebagai tingkah laku seseorang yang muncul secara otomatis berdasarkan kepatuhan dan kepasrahan pada pesan (ketentuan) Allah Yang Mahauniversal. Seorang Muslim yang bersikap demikian akan mengarahkan pandangan hidupnya pada spektrum yang luas, tidak berpandangan sempit ataupun eksklusif. Ia dapat menerima realitas sosial yang beragam dan memupuk pergaulan dengan berbagai kalangan tanpa membatasi diri dengan sekat agama, kultur, dan fanatisme kelompok.

Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT, ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat [49]: 13). Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa moral Islam adalah takwa itu sendiri. Artinya dengan kekuatan takwanya, seorang Muslim mampu menanamkan moral Islam di tengah-tengah perbedaan sosial dan budaya masyarakat secara toleran, demokratis, terbuka, dan tanpa mengklaim dirinya paling benar.

Ulama Sufi membagi moral ke dalam tiga jenis, yaitu moral agama, moral undang-undang, dan moral lingkungan sosial. Dari ketiga jenis moral tersebut, yang paling dominan adalah moral agama dan menjadi sumber acuan bagi kedua moral yang lainnya. Itulah sebabnya, ajaran Islam selalu menekankan kepada semua umatnya agar senantiasa berpegang teguh pada moral Islam.
Sayangnya, fakta yang terjadi justru sebaliknya. Banyak orang yang tunduk pada selain moral agama. Dari kalangan penguasa, pengusaha, dan politisi, misalnya, masih banyak yang tunduk pada tatanan sistem politik yang hegemonik demi keuntungan pribadi, ketimbang membela rakyat dan masyarakat lemah dari ketertindasan.

Kasus lainnya, ada seorang agamawan yang dahulunya menjadi panutan masyarakat, pribadinya baik, tutur katanya lembut, sikapnya sopan, dan tidak pernah lupa mengenakan simbol-simbol keagamaan, kini justru berubah. Ia tenggelam dalam dunia kekerasan dan dunia kemewahan setelah menceburkan diri dalam lingkungan pergaulan yang hedonis.

Sebagai bangsa yang religius, sepatutnya kita memperkuat moral Islam yang bersifat universal dengan tetap melestarikan moral sosial dan lingkungan yang substansinya sejalan dengan moral Islam. Dengan cara demikian, kita berharap semua bentuk perilaku yang menodai akhlak dan nilai-nilai luhur agama dan bangsa dapat dieliminir.

 

B. MACAM-MACAM MORAL

Moral terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

  1. Moral keagamaan

Merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama islam

  1. Moral skuler

Merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat duniawi semata

 

C. HUBUNGAN ETIKA DAN MORAL

  1. Etika adalah penyelidikan filosafis mengenai kewajiban manusia serta hal yang baik dan hal yang tidak baik.
  1. Sedangkan Moral adalah pengertian mengenai hal yang baik dan hal yang tidak baik. Sedangkan etika adalah tingkah laku manusia baik mental maupun fisik mengenai hal-hal yang sesuai dengan moral.

 

.    D.  PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT MORAL

Istilah Qolbu memiliki dua makna: Pertama, yaitu sepotong ‘daging’ berbentuk buah sanaubar yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam dan di situ pula sumber atau pusat ruh. Kedua, hati (qalb, kalbu) adalah sebuah latifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak kasat mata tidak berupa dan tidak dapat diraba yang bersifat robbani ruhani. Latifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri manusia atau hakikatnya. Hati tersebut adalah bagian (komponen) utama manusia yang berpotensi menyerap (memiliki daya tangkap atau persepsi) yang dapat mengetahui dan mengenal, yang ditujukan kepadanya segala pembicaraan, penilaian, kecaman dan pertanggungjawaban.

Jadi, yang dinamakan Penyakit Hati adalah apabila sifat buruk yang telah tumbuh dan menguasai hati sehingga menyebabakan seseorang memiliki sifat yang tercela. Penyakit ini disebabkan karena terlalu mencintai dunia sehingga menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan menjadi perhatian yang terbesar bagi hidupnya, selain itu lupa akan Allah dan tidak pernah membaca Al-Qur’an. Contoh penyakit hati yang sering terjadi diantaranya: Riya’ dalam amal sebagai penyakit hati adalah Riya’ dalam perbuatan yang merupakan amal akhirat yang seharusnya untuk tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan mengagumkan-Nya, tetapi beralih menjadi motivasi duniawi. Misalnya beribadah karena ingin mendapat pujian orang, ingin mendapat upah material atau sebagai kedok atas pribadi sesungguhnya yang buruk.

Takabbur adalah sifat yang menyombongkan diri karena merasa dirinya mempunyai banyak kelebihan dan menganggap orang lain mempunyai banyak kekurangan. Sifat ini disebabkan karena menganggap dirinya memiliki kemuliaan dunia dan memandang orang lain dengan kerendahan dan kehinaan dunia.

 Adapun akibat yang ditimbulkan dari sifat ini antara lain adalah: pertama,  Allah akan menyiksa orang-orang yang memiliki sikap takabbur dengan siksaan yang pedih dan mereka juga tidak memperoleh perlindungan dan pertolongan dari azab dan kemurkaan Allah. Kedua, orang-orang yang sombong adalah orang-orang yang mengingkari ayat-ayat atau hukum-hukum Allah dan pintu langit telah tertutup untuk mereka serta mereka tidak akan masuk ke dalam surga. Ketiga, orang-orang yang sombong adalah penghuni neraka, karena selalu mendustakan ayat-ayat Allah, dan lain sebagainya.

Mudah marah atau tahawur, sifat ini akan mengkondisikan seseorang menjadi pemarah dan bertindak sewenang-wenang, mentang-mentang ingin menegakkan kebenaran. Penyebab penyakit tahawur, dorongan nafsu sabai’yah (nafsu serigala) untuk mendapatkan segala yang diingkan, komunikasi tidak harmonis dengan orang lain yang diakibatkan fitnah, guyon, kebohongan atau pelanggaran hak atas orang lain.

 Sifat Ujub muncul dari anggapan seseorang atas keagungan semua amal shaleh yang dilakukannya. Ujub berarti perasaan dengan kebaikan, amal ibadah yang melupakan keikhlasan.

Dengki adalah sifat tidak senang kepada orang lain jika orang tersebut mendapatkan nikmat, kebaikan dan kedamaian dan senantiasa berupaya untuk merebut semua kebahagian orang tersebut. Allah SWT telah mengajarkan kepada Rasullah agar terhindar dari pendengki atau melepaskan diri dari sifat dengki tersebut, yaitu dengan membaca surah Al-falaq dan An-naas. Alangkah mulianya jika seseorang yang ingin terlepas dari sifat dengki dengan mengamalkan kedua surah tersebut.

 Sedangkan yang dinamakan moral atau akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang lahir dari perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan  atau penelitian, sifat berfikir atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, sebagai ekspresi jiwa.  Jadi penyakit Moral adalah serangkaian perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah yang murni, bersih, dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Dalam terminology Islam klasik, gangguan kepribadian disebut dengan akhlak tercela (Akhlak Madzmumah) sebagai kebalikan dari akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah). Menurut Al-Gazali, penyakit Moral yaitu

 الأخلاق الخبيثة امراض القلوب واسقام النفوس

          “Akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa

Beberapa dari penyakit moral yaitu Zina, Menuduh Zina (fitnah), pencuri, perampokan, meminum minuman keras, pemberontakan terhadap pemerintah, semua ini telah di nash dalam al-Qur’an. Beberapa contoh dari penyakit moral yang ada di masyarakat khususnya di Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Korupsi, adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
  2. Pelacuran atau prostitusi, adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral, atau hubungan seks, untuk mendapatkan uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK).
  3. Minuman beralkohol, adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, dan tidak mampu menilai realitas.

Timbulnya Penyakit Hati dan Penyakit Moral pada manusia disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1.   Faktor Internal atau faktor yang berasal dari diri manusia itu sendiri

a.       Qolbu, sebagai pusat kepribadian manusia mengalami sakit, karena potensi yang ada tidak diaktualisasikan sebagaimana fungsinya. Hati yang sakit akan menjadikan batin orang tersebut menderita. Akan tetapi jika ada orang yang tidak merasakan batinnya sakit, bahkan ia bangga dengan perbuatan dosanya maka hatinya tidak hanya sakit melainkan mengalami kematian.

b.      Hawa nafsu manusia, yang berupa ghadhab yang memiliki rangsangan agresif, dan syahwat yang memiliki rangsangan seksual.

c.       Orientasi dan motivasi hidup Materialisme (Cinta Dunia), sehingga tidak ada ruang untuk mengembangkan aspek-aspek spiritual atau kerohania. Sabda Nabi:” cinta dunia merupakan puncak dari segala kesalahan”. (HR Al-Baihaqi).

2.      Faktor Eksternal, factor yang berasal dari luar individu

a.       Godaan Syaitan, yang membisikkan hal yang buruk pada diri manusia sehingga manusia tidak mampu menjadi dirinya sendiri. godaan ini menimbulkan angan-angan yang kosong, sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan jahat.

b.      Makanan dan minuman yang mengandung syubhat dan haram, termasuk pakaian dan tempat tinggal dan haram. Mengonsumsi hal-hal yang haram mengakibatkan kemalasan dalam beribadah, banyak menganggur, mengurangi kedekatan pada Allah, dan menyia-nyiakan waktu.


KISAH INSPIRATIF 1

"TEMPELENG AJA" kalau anda ditanya BENARKAH TUHAN ITU ADA???*
(3 Pertanyaan, 1 Jawaban)
Adalah seorang pemuda yang lama sekolah di Russia, ia telah kembali ke tanah air, sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama (Ustadz)siapa pun yang bisa menjawab 3 pertanyaan darinya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.
*Pemuda (Dengan nada SOMBONG pemuda itu bertanya), "Anda siapa...?? dan apakah bisa menjawab pertanyaan saya...??"
*Ustadz "Saya hanyalah hamba ALLAH & dengan se-izin-NYA saya akan menjawab pertanyaan anda"
*Pemuda (Tetap dengan nada SOMBONG), "Anda yakin..?!! sedang profesor & banyak orang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya".
*Ustadz "Insya Allah saya akan mencoba sejauh kemampuan saya..!!"
*Pemuda "Saya punya 3 buah pertanyaan..?!!
1. Kalau memang TUHAN itu ada, tunjukkan wujud TUHAN kepada saya..?!!
2. Apakah yang dinamakan TAKDIR..?!!
3. Kalau SETAN diciptakan dari api, kenapa dimasukkan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan, sebab mereka memiliki unsur yang sama..?!! Apakah TUHAN tidak pernah berfikir sejauh itu..?!!
Tiba-tiba pemuka agama tersebut MENAMPAR pipi si pemuda SOMBONG dengab keras.
*(Sambil menahan sakit) si Pemuda berkata "Kenapa...?? Anda marah kepada saya...??"

*Ustadz "Saya tidak marah..!! TAMPARAN itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya...!!"
*Pemuda "Saya sungguh² tidak mengerti..?!!"
*Ustadz "Bagaimana rasanya tamparan saya..?!!"
*Pemuda "Tentu saja saya merasakan sakit..!!"
*Ustadz "Jadi Anda percaya bahwa sakit itu ada..?!!"
*Pemuda "Ya.. saya Percaya..!!"
*Ustadz "Tunjukkan pada saya wujud sakit itu..?!!"
*Pemuda "Saya tidak bisa..!!"
*Ustadz "Itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua merasakan keberadaan TUHAN tanpa mampu melihat wujud-NYA.
*Ustadz "Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya..?!!"
*Pemuda "Tidak..!!"
*Ustadz "Itulah yang dinamakan TAKDIR..!!"
*Ustadz "Terbuat dari apakah tangan yang saya gunakan untuk menampar anda..?!!"
*Pemuda "Kulit..!!"
*Ustadz "Terbuat dari apa pipi Anda..?!!"
*Pemuda "Kulit..!!"
*Ustadz "Bagaimana rasanya tamparan saya..?!!"
*Pemuda "Sakit..!!"
*Ustadz "Walaupun setan terbuat dari api dan neraka terbuat dari api, jika TUHAN berkehendak, maka neraka akan mjd tempat menyakitkan bagi setan".
*MASIHKAH ANDA MERAGUKAN KEHADIRAN 'TUHAN' DALAM HARI-HARI ANDA..?!!*
Sampaikanlah kepada orang lain, maka ini akan menjadi Shadaqah Jariyah pada setiap orang yang anda kirimkan pesan ini.
Dan apabila kemudian dia mengamalkannya, maka kamu juga akan ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat..
*Ada 2 pilihan untuk Anda

Biarkan di dalam BBM, WA, catatan atau pikiran Anda tanpa bermanfaat untuk orang lain.
Anda sebarkan pada semua kenalan anda.
 *Rasul SAW bersabda
"Barangsiapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkan, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala..


KISAH INSPIRATIF 1

 

Muadzin Gila Suasana sebuah kampung tiba-tiba heboh, karena pada saat jam 22.00 terdengar adzan berkumandang dari sebuah mushalla setempat melalui pengeras suara yang memecah keheningan malam.Warga berbondong-bondong mendatangi mushalla itu meski mereka sudah tahu siapa yang melakukannya...Mbah Sadi, suaranya sudah dikenal dikampung itu, umurnya sudah mencapai kepala tujuh.Warga dipenuhi pertanyaan, mengapa Mbah Sadi adzan pada jam sepuluh malam..??Ketika warga sampai di pintu mushalla, Mbah Sadi baru selesai adzan dan mematikan sound system. “Mbah tahu gak, jam berapa sekarang..??” kata Pak RT.“Adzan apa jam segini, Mbah..??” “Jangan-jangan Mbah sudah ikut aliran sesat,” sambar Roso dengan nada prihatin.“Ah, dasar Mbah Sadi sudah gila. “Kalau nggak gila, mana mungkin adzan jam segini..??” timpal warga yang lain.“Kalian ini......,” jawab Mbah Sadi tenang. “Tadi, waktu saya adzan Isya, tidak seorang pun yang datang ke musholla. Sekarang saya adzan jam 10 malam, kalian malah berbondong-bondong ke mushalla. Satu kampung lagi. Kalo gitu... SIAPA YANG GILA....???”Wargapun pulang satu persatu tanpa protes lagi. Termasuk Pak RT yang kemudian menjauh perlahan-lahan,tak berani melihat wajah Mbah Sadi.Instropeksi diri... dipanggil dan diingatkan yang baik-baik kadang-kadang kita tidak mau mendengarkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

AKHLAK DALAM PANDANGAN ISLAM

 

A. PENGERTIAN AKHLAK

Secara bahasa (etimologi) Kata akhlak merupakan jama' dari khuluq yang masing-masing berakar dari kata khalaqa yang secara bahasa memiliki arti sebagai berikut :

  1. Menaqdirkan, menciptakan. Sebagaimana firman Allah : خَلَقَ الله السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ (العنكبوت : 44) Dialah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi
  2. Tabiat kepribadian
  3. Harga diri
  4. kebaikan
  5. Agama

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kata khalaqa lebih cenderung pada bentuk lahirnya, sedangkan kata khuluq lebih cenderung pada bentuk batinnya. Sehingga ada ungkapan : فلان حسن الخلق والخلق (sifulan baik lahirnya dan batinnya).

Adapun kata akhlak kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia identik dengan kata moral, dalam kamus besar bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti sebagai ajaran Kesusilaan. Kata moral sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.

Akhlak secara Istilah

  1. Imam Ghazali dalam kitab ulumuddin, akhlak adalah suatu gejala kejiwaan yang sudah mapan dan menetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul dan terungkap perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
  2. Abu Usman al-Jahidz dalam kitab Tahdhib Al-Ahlak, akhlak adalah suatu gejala jiwa yang dengannya manusia berperilaku tanpa berfikir dan memilih, terkadang perilku ini terjadi secara spontanitas karena insting dan tabiat, dan terkadang pula membutuhkan sebuah latihan.
  3. Ibnu Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlaq watathirul araq, mendifinisikan bahwa akhlaq itu sebagai sikap jiwa seserorang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.
  4. Prof. Ahmad Amin dalam kitab Al-Akhlak mendifinisikan, akhlaq adalah adatul iradah (kehendak yang dibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan).
  5. Ibrahim Anis dalam kitab Al-Mu'jam Al-Wasith mengatakan, Akhlak adalah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya. Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani dalam kitab Tajjul ‘Arusy, Hakikatnya (akhlak) adalah gambaran batin manusia, yakni jiwanya, sifat-sifatnya, dan makna-maknanya yang spesifik, yang dengannya terlihat kedudukan makhluk, lantaran gambarannya secara zahir, baik sifat-sifatnya dan makna-maknanya, dan keduanya memeliki sifat yang baik atau buruk, mendapat pahala dan sanksi, yang kaitan keduanya dengan sifat-sifat yang tergambar secara batin adalah lebih banyak, dibanding apa-apa yang yang terkait dengan gambaran zahirnya.
  6. Al-Jurjani dalam kitab Al-Ta'rifat, Akhlak merupakan keadaan jiwa yang mendalam ( rasyikhah ) yang melahirkan perilaku dengan mudah tanpa harus berfikir panjang, jika perilaku itu baik maka disebut khuluqan hasanan dan sebaliknya jika buruk maka disebut khuluqan sayyi'an.
  7. Ibn A'syur dalam kitab Tafsir al-Tahrir wa At-Tanwir, Akhlak adalah tabi'at jiwa yang akan memunculkan perilaku yang baik jika tidak dipengaruhi hal-hal yang mengiringinya, akhlak akan selalu tertanam pada jiwa, dan akan melahirkan perbuatan yang bisa dilihat dari tutur katanya, raut wajahnya, ketegarannya, kebijakannya, gerak diamnya, pola makan minumnya, sikap terhadap keluarganya dan seterusnya.

Dari pengertian-pengertian Akhlak yang berbeda-beda tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa (Al-Shifah Al-Nafsiyyah) seseorang baik secara fitrah atau usaha (fitriyah/muktasabah) yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang terpuji maupun yang tercela. Hal itu berbeda dengan " Suluk " (Behavior) karena ia merupakan perilaku yang tanpak secara dhahir saja dan tidak secara batin.

 

B. KARAKTERISTIK AKHLAK

            Adapun ciri khas dan karakteristik akhlak islam itu meliputi:

  1. Akhlak Rabbaniyah

Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu ilahi merupakan “reference source” (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajrakan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.

  1. Akhlak Insaniyah

Akhlak insaniyah memiliki pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksisitensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk Allah.

  1. Akhlak Jami’iyah

Akhlak jami’iyah memiliki pengertian bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertical maupun horizontal.

  1. Akhlak Wasithiyah

Bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan anatara jasmani dan rohani, keseimbangan ntara dunia dan akhirat. Allah swt. Dalam firman-NYA mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki sifat saling berwanan. Kelompok pertama hanya memperioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak akan mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

  1. Akhlak Wai’iyah

Bahwa ajaran akhlak memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar. “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka allah menghilangkan kepaa jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketawaannya. (Q.S.91:7-8)”.

    1. Ayat di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah dan yang satunya lagi menunjukkan kelemahan.
    2. Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang. “barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. 2:173)”.

 

C. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada tuhan (allah) dengan cara mensucikan hati. Hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan tuhan malah dapat melihat tuhan (al-ma’rifah). Dalam taswuf disebutkan bahwa tuhan yang maha suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci.

Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan yang buruk juga bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriah, yakni dengan cara-cara yang Nampak seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf menerangkan bagaimana cara menyucikan hati, agar setelah hatinya suci yang muncul dari perilakunya adalah akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak, menurut ilmu tasawuf, harus berawal dari penyucian hati.

Dalam kacamata akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk pengakuan, apalagi kalau hanya dalam bentuk pengetahuan. Yang “kaffah” adalah iman, ilmu dan amal. Amal itulah yang disebut akhlak. Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.

Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (peroses pendekatan diri kepada tuhan), tapi dari sisi lain akhlakpun merupakan usaha manusia secara “dzahiriah” dan “riyadhah”.

 

D. ESENSI AKHLAK

            Akhlak adalah bagian original dari ajaran agama yang turut menentukan warna masyarakat. Pembinaan sikap dan tindakan merupakan hal yang diperlukan untuk menata umat yang bermoral. Semua aspek manusia menjadi titik berat pembinaan itu, baik lahir batin, perbuatan kecil dan besar, maupun pribadi ataupun komunitas. Pembinaan yang sistematik dan terus menerus harus ditempuh agar sosialisasi sikap dan tindakan dapat menjadi sebuah kebutuhan dalam masyarakat.


KISAH INPIRATIF 1

AIR INI HANYA UNTUK INSINYUR

Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab, tahun 40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya yang kering.

Ia begitu gembira melihar air dingin yang tampak di depannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas. Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan. “Hei, kamu tidak boleh minum air ini! Kamu Cuma pekerja rendahan! Air ini khusus untuk insinyur!”

Suara itu berasal dari mulut seorang insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Hardikan itu selalu terngiang di kepala remaja tersebut. Ia lalu bertanya-tanya, kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untukku? Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur? Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?

Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk membangkitkan “SIKAP POSITIF”.

Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya. Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya, hingga akhirnya dia lulus.

Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S-1 bidang tehnik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang ke negerinya dan bekerja sebagai insinyur.

Kini ia sudah menaklukkan “rasa sakit”-nya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya. Apakah sampai di situ saja? Tidak, karirnya melesat terus. Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum, sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.

Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya.

Suatu hari insinyur tersebut datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata;”Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu”

Sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini menjawab,”Aku ingin berterima kasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam, karena kau melarang aku minum saat itu. Ya, dulu aku benci padamu. Tetapi, setelah izin Allah, kamu-lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini”

Kini sikap posistifnya sudah membuahkan hasil, lalu apakah ceritanya sampai di sini? Tidak.

Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab. Tahukan Anda apa perusahaan yang dipimpinnya?

Perusahaan itu adalah ARAMCO (Arabian American Oil Company) perusahaan minyak terbesar di dunia. Di tangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaan ini menghasilkan 3,4 juta barrels (540.000.000 m3) minyak dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4,2 x 1.010 m3) minyak dan 253 Triliun cadangan gas.

Atas prestasinya, ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai menteri perminyakan dan mineral. Ini adalah kisah Ali bin Ibrahim al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini menjabat Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.

Terbayangkanlah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi hal yang positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang pengusaha minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia. Itulah kekuatan “SIKAP POSITIF”

Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya. Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat “bersikap positif” dan menjadi bagian dari solusi.

Hasbi Maula (Direktur Lembaga Pengembangan Usaha YYSU Persyada Alharomain)


KISAH INSPIRATIF 1

 

“Ayah, aku mau makan ayam panggang…” pekik putri Ahmad yang berusia 8 tahun.

“Ya nak, insya Allah kita akan makan ayam panggang”, Ahmad membalas dengan senyum.

Sang putri pun lari kegirangan berhambur kea rah bundanya…

“Asyik, kita makan ayam panggang!” serunya.

Sang Bunda menampakkan wajah kecut. Sambil ngedumel ia berkata nyinyir kepada Ahmad,

“Udah tau gak punya duit jangan suka janji macem-macem ama anak. Situ bisanya janjinya doang, entar kalo ayam panggang gak ada, nih anak mrengek mulu ke saya!”

Duggg… Ahmad kaget mendengar ujar istrinya. Ia tak mampu membantah. Memang sudah beberapa hari ia tidak bisa memberi nafkah kepada keluarga.

Ahmad dulunya adalah seorang karyawan. Kesibukan pekerjaan telah membuatnya lalai. Hidup terasa hampa dan jauh dari ibadah. Pukul 7 ia sudah berada di tempat kerja. Pulang ke rumah sering di atas jam 10 malam. Jarang shalat dan jauh dari hidup berkah. Pekerjaan yang bertahun-tahun ia geluti rupanya kandas. Kantornya bubar karena bangkrut. Dan kini ia belum dapat kerja.

Tapi ia tak menyerah. Sambil melamar kerja sana-sini, ia memperbaiki hubungan kepada Allah ta’ala. Ia mulai rajin shalat. Datang ke mushalla untuk berjamaah. Ia rajin mengaji dan memperbaiki bacaan al Quran. Bahkan ia pun gemar menghafal surat demi surat Al-Quran.

Satu kebiasaan hidupnya kini yang amat berkah adalah ia biasa hadir di musholla 15 menit sebelum adzan.

Sore itu, saat istrinya mengomel urusan ‘ayam panggang’, Ahmad pun meninggalkan debat, ia memilih pergi ke musholla untuk menyongsong waktu maghrib tiba.

“Assalamualaikum warahmatullah…”

“Assalamualaikum warahmatullah…”

Setiap jamaah mengucapkan kalimat itu sambil menoleh ke kanan dan kiri tanda usai shalat maghrib.

Ahmad yang hadir dalam shalat berjamaah saat itu mendengar seorang dari warga berdiri dan mengundang semua yang hadir di musholla untuk menghadiri acara syukuran di rumahnya.

Sehabis maghrib, seluruh Jamaah musholla termasuk Ahmad datang ke rumah warga yang syukuran.

Alhamdulillah usai syukuran, Ahmad dan jamaah lainnya mendapat ‘nasi berkat’. Masing-masing mendapat satu nasi berkat yang terbungkus dalam kotak Styrofoam dan dibalut kantong kresek.

Ahmad pun tersenyum membawa nasi berkat karunia Allah ini. Sepanjang jalan ia berpikir untuk menyerahkan ke anaknya yang tadi sore merengek minta ayam panggang. Biarlah si anak menyantap nasi berkat, sebagai ganti ayam panggang yang ia inginkan.

Sesampai di rumah, Ahmad pun teriak dari luar rumah…

“Nak, lihat ayah bawa apa nih untukmu..?” Sang putri pun berhambur menyambut ayahnya tiba dengan wajah senyum. Matanya berbinar melihat apa yang dibawa ayahnya.

“Apa ini ayah?” Tanya sang putri

Ahmad menjawab dengan senyum, “Nasi berkat nak…”

Spontan sang putri bersungut. Ia tahu bahwa nasi berkat itu isinya hanyalah nasi, telur dadar suwir dan bawang goreng saja. Ia pun menangis dan teriak dihadapan Ahmad, “aku mau ayam panggang!” lalu ia pun berhambur masuk dan menangis di pelukan sang bunda.

Tak kuasa Ahmad menghentikan langkah putrinya. Jalannya gontai memasuki rumah sambil membawa kantong kresek di tangan. Berkali-kali ia bujuk anaknya sambil berkata,”Nak, ini rezeki Allah harus disyukuri jangan ditolak. Nanti Allah murka kepada kita…”

“tidak.. aku pokonya mau AYAM PANGGANG…!” suaranya terdengar memekik dari dalam kamar.

Sang istri pun menambahkan omelan dan dumelan yang semakin membuat Ahmad merasa bertambah salah… “Udah dibilangin, jangan janji macem-macem ke anak kalo gak punya duit.. tuh, kalo nagis begini siapa yang pusing…?”

Ahmad terduduk lemas di depan meja. Nasi berkat itu kini ada dihadapannya. Ia malu kepada Allah yang telah memberinya rezeki berupa nasi berkat, namun tidak bisa mensyukurinya.

Tak terasa air matanya berlinang. Dengan terbata ia berulangkali berujar,”maafkan hamba ya Allah yang tidak pandai bersyukur. Maafkan keluarga hamba jika Engkau tak berkenan…”

Ahmad pun membatin jika anaknya tak mau menyantap nasi berkat ini, biarkan ia saja yang menyantapnya agar Allah tak murka sebab karunianya disia-siakan.

Kini Ahmad pun membuka kantong kresek yang membuka kantong kresek yang membalut Styrofoam. Saat kotak Styrofoam dikeluarkan, maka tangan Ahmad pu membukanya. Lalu tiba-tiba terdengarlah suara ahmad memekik, “ALLAHU AKBAR…!” dan Ahmad pun kembali menagis terisak.

“YA ALLAH…. TERIMA KASIH… ALHAMDULILLAH…” Ahmad semakin terisak.

Matanya terbelalak begitu ia melihat apa yang ada di dalam kotak Styrofoam dihadapannya. Di sana ia tak terlihat sebulir nasi pun, apalagi telur dadar suwir. Masya Allah Tabarakallah, terlihat di dalamnya satu ekor ayam utuh dibelah empat dan …. DIPANGGANG!

“Nak, kemari nak…. Ibu, ayo ke sini… Allahu Akbar… ALLAH kirim ayam panggang buat kita! Seru Ahmad.

Maka serta merta anak dan istri Ahmad pun berhambur tak percaya. Mereka pun mengucap hamdalah tak henti-hentinya. Malam itu, ALLAH antarkan karunia terindah buat mereka seperti yang mereka inginkan. Dana ayam panggang yang mereka santap malam itu adalah yang paling nikmat yang pernah mereka rasakan.

Lalu nikmat Allah manalagi yang hendak kalian dustakan?!

Sumber: http://www.kauny.com/ayam-panggang-paling -nikmat/


KISAH INSPIRATIF 2

Demi engkau, Ibu rela pertaruhkan Nyawa dan melindungimu hingga ajal tiba

6 Maret 2016, 11:53. Bombastis.com

Manusia adalah tempatnya salah, namun benar-benar pikirkan ribuan bahkan jutaan kali sebelum membuat ibu sakit hati atau melukai perasaannya. Ibu, ibu, ibu, ayah, sepenting dan setinggi itu posisi seseorang yang telah melahirkan dan membesarkan kita dalam hidup ini. Jagalah hatinya, karena di akhir hari, hanya ibumu yang akan berdiri di garda paling depan untuk melindungimu dan memberikan semua yang ia miliki, hanya untukmu.

Kekasihmu? Temanmu?belum tentu akan melakukan hal yang sama. Bahkan nyawa yang ibu miliki hanya satu, akan diberikannya padamu jika ia bisa. Kasih ibu tak akan terputus sepanjang masa, dalam kondisi terburuk sekalipun. Salah satu bukti bahwa cinta ibu tidak ada tandingannya adalah saat kapal yang bertolak dari Gilimanuk ke Ketapang tenggelam.

Ibu memeluk anaknya

Tim SAR mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencari korban-korban, hingga ke dasar lautan. Betapa mengejutkan, mereka menemukan jasad seorang perempuan yang tengah memeluk anaknya. Ibu dan anak ini menjadi korban saat kapal karam dan tak bisa menyelamatkan diri.

Bisa dibayangkan bagaimana situasi saat kapal mulai tenggelam. Mau lari kemana? Hanya ada hamparan laut dan kemungkinan besar, pelampung yang disediakan tidak cukup untuk semua penumpang. Yang bisa dilakukan ibu hanya berserah diri pada Tuhan dan menjaga anaknya sekuatnya.

Hingga akhirnya kapal karam, Ibu tidak melepas pelukannya pada buah hatinya. Ia berusaha untuk berenang  tapi tak mampu menghalau riak-riak ombak selat Bali yang besar. Ibu mati-matian berusaha menyelamatkan anak yang begitu dicintainya, namun Tuhan menakdirkan berbeda. Mereka bedua hanya diberi usia hingga hari itu saja dan bersamaan berpulang ke sisi-Nya.

Evakuasi korban KMP Rafelia

Jika nyawa saja diberikan Ibu pada anaknya, lantas kenapa masih ada yang berani membentak Ibu bahkan berseteru? Sungguh seharusnya, bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk membahagiakannya, menyenangkan pintu surge bagi anak-anaknya itu.

Ibu tidak ingin dibelikan barang-barang mahal, kita menjadi anak berbakti dan tidak bermasalah itu sudah lebih dari cukup. Orangtua yang membiayai pendidikan kita, mereka rela bekerja siang malam untuk membayar biaya kosmu, buku-buku kuliahmu. Tidak ada keluhan sedikitpun saat kamu pulang dan meminta uang saku bulanan, meski setelah kamu kembali ke perantauan, mereka harus berhemat sekeras-kerasnya.

Ibu yang paling berjasa atas segala keberhasilanmu.

Ayah dan ibumu tidak akan menceritakan hal itu kepadamu, karena mereka tidak ingin kamu merasa berhutang budi pada mereka. Pun saat kamu sakit, dalam doanya Ibu selalu meminta kepada Tuhan agar diangkat semua rasa sakitmu, atau jika boleh, biar ibu saja yang menggantikannya.

Dalam keadaan hidup dan mati, Ibu berusaha menyelamatkan nyawa anaknya. Hingga pada akhirnya harus menyerah pada suratan takdir, namun perjuangannya tak mengenal putus asa. Siapapun yang ibunya masih ada di dunia ini, peluklah, ucapkan terimakasih padanya sebanyak engkau bisa.


KISAH INSPIRATIF 3

 

SIAPA YANG KENTUT SILAHKAN BERDIRI

Kisah #1

Dikisahkan, bahwa suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid. Lalu terciumlah bau kentut diantara mereka, sehingga membuat para sahabat tidak tahan dengan bau tersebut, salah seorang dari mereka berdiri dan berkata,

“Barangsiapa yang kentut, silakan bangun”. Hening, tak seorangpun berdiri.

Ketika datang waktu isya’ mereka berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu setelah ini. Orang itulah yang kentut”.

Setelah itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar. Masih seperti tadi, tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya, mungkin malu.

Lalu Bilal bangun untuk mengumandangkan adzan. Kemudian Nabi Muhammad berkata: “Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwudhu lagi.”

Lalu para sahabat pun ikut berwudhu dan tidak diketahui  siapa yang kentut waktu itu.

Kisah #2

Usai shalat Ashar di masjid Quna, seorang sahabat mengundang Nabi beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap.

Rupanya diantara yang hadir ada yag buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Nabi sedikit berubah tanda tidak nyaman.

Maka tatkala waktu shalat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah saw berkata:”Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu”

Mendengar perintah Nabi tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.

Subhanallah. Sungguh, dalam diri Nabi terdapat teladan yang baik bagi kita semua.

Kisah #3

Kisah tentang menjaga perasaan saudara seiman pun juga terjadi pada seorang ulama, yaitu Syaikh Abdurrahman Hatim bin Alwan. Beliau merupakan salah satu ulama besar di Khurasan pada zamannya. Dikenal dengan Hatim Al A’sham, yang artinya Hatim si tuli.

Suatu ketika ada seorang wanita yang datang menemui beliau. Namun, tanpa sengaja ia kentut dengan suara yang cukup keras. Wanita itu salah tingkah, menahan malu. Lalu syaikh ini pura-pura tuli dan meminta si wanita mengulangi pertanyaannya.

Dengan sikap sang syaikh, wanita itu pun merasa sedikit lega. Ia mengira sang syaikh benar-benar tuli. Lalu mereka berbicara dengan saling meninggikan suara.

Wanita itu hidup selama lima belas tahun setelah kejadian itu. Selama itu pula Syaikh Hatim pura-pura tuli. Hingga wanita itu meninggal, ia tidak pernah tahu kepura-puraan beliau.

Ketiga kisah di atas menceritakan bagaimana seharusnya seorang muslim menjaga kehormatan saudaranya. Bukan malah menertawakannya atau menyebarkan aibnya.

Abu Hurairah berkata, Nabi bersabda:

“Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya”


KISAH INSPIRATIF 4

bu yang yang marah. Terlupa istighfar selama 25 tahun..!
.
Aku sedang membersihkan rumah. Tiba-tiba anak lelakiku yang masih kecil berlari ke arahku..!ia terlanggar satu pot bunga yang dibuat daripada kaca..! Pecah hancur berantakan..!
.
Aku benar-benar marah karena pot itu memang mahal harganya. Tanpa ku sadari, aku telah melontarkan kata-kata,
.
"Matilah kamu ..! Semoga kamu ditimpa dinding bangunan dan tulang-belulang kau hancur..!”
.
Tahun demi tahun berlalu..! Anak lelakiku membesar, aku sdh lupa akan doa itu. Aku pun tak anggapnya penting dan aku tak tahu bahwa doa itu telah naik ke langit..!
.
Anak lelakiku dan adik-adiknya yang lain sedang membesar..! Dia anak sulung yang paling aku sayangi dari anak-anakku yang lain. Dialah anak yang rajin dan pandai menghurmati aku dan berbakti kepadaku dibandingkan adik-adiknya yang lain..!
.
Kini dia telah menjadi seorang insinyur.! Tak lama lagi dia akan menikah. Tak sabar rasanya aku ingin menimang cucu..!
.
Ayahnya punya sebuah bangunan yang sdh lama dan ingin direnovasi. Maka pergilah anak aku bersama ayahnya ke gudang itu. Para pekerja sudah bersiap-siap untuk merobohkan satu dinding yang sudah usang.
.
Sementara pekerja sedang bekerja, anakku pergi ke belakang bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dengan tak disangka-sangka dinding bangunan itu roboh menimpanya..!
.
Kedengaran suara berteriak di dalam runtuhan itu sehinggalah suaranya tak kedengaran lagi..!
.
Semua pekerja berhenti. Heran suara siapa..? Mereka berlari ke arah reruntuhan itu..! Mereka mengangkat dinding yang menghimpit anakku dengan susah payah dan segera memanggil Ambulan.
.
Mereka tidak dapat mengangkat badan anakku. Ia remuk seperti kaca yang jatuh pecah berkeping-keping..!
.
Sebahagian mereka mengangkat badan anakku yang hancur dengan berhati-hati dan segera membawanya ke Unit gawat darurat di Rumah sakit..!
.
Ketika ayahnya menghubungiku, seakan-akan Allah menghadirkan kembali kata-kataku padanya semasa ia masih kecil dahulu..!
.
Aku menangis hingga pingsan. setelah aku sadar, aku berada di Rumah sakit dan aku meminta untuk melihat anakku..! Ketika melihatnya, aku seakan mendengar suara yang berkata,
.
"INI DOAMU KAN..? Sudah AKU kabulkan..! Setelah sekian lama engkau berdoa, sekarang Aku akan mengambilnya..!"
.
Ketika itu, jantungku seakan berhenti berdetik. Anakku menghembuskan nafasnya yang akhir..! Aku berteriak dan menangis sambil berkata,
.
"Ya Allah..! Selamatkanlah anakku.! Jangan pergi nak."
.
Seandainya, lidah ini tidak mendoakan kejelekan 25 tahun yang lalu..!
Andaikan..! Andaikan..! Andaikan..! Tetapi kalimat ‘andaikan’ ini tidak berguna lagi waktu ini..!
.
Cerita ini dari satu kisah nyata! Pesanku pada para ibu..! Jangan sekali-kali terburu-buru mendoakan KEBURUKAN anakmu ketika kamu sedang marah..!
.
Berlindunglah kepada Allah dari godaan syaitan..! Jika kamu ingin memukulnya, pukul sajalah..! Tapi jangan kamu mendoakannya dengan yang bukan-bukan sehingga kamu akan menyesal sepertiku...!
.
Sungguh aku menulis ini dengan airmataku yang turut mengalir..!
.
Wahai anakku..! Aku rela ruhku turut bersamamu..! Hingga aku boleh beristirahat dari kepedihan yang aku rasakan sepeninggalanmu..!
.
Tolong sebarkan cerita ini kepada semua wanita..! Doakanlah yang baik-baik saja untuk anak-anak..! Doa itu pasti akan. terjawab walaupun untuk sekian lama..! Tunggulah dan Allah swt pasti akan mengkabulkan.
sy sadur dr tulisan
seorang ibu d Malaysia.


KISAH INSPIRATIF 5

*_FENOMENA AKHIR-AKHIR INI UTK BAHAN RENUNGAN* MALAM HARI

Banyak rumah semakin besar, tapi keluarganya s emakin kecil.

Gelar semakin tinggi, akal sehat semakin rendah.

Pengobatan semakin canggih, kesehatan semakin buruk.

Travelling keliling dunia, tapi tidak kenal dengan tetangga sendiri.

Penghasilan semakin meningkat, ketenteraman jiwa semakin berkurang.

Kualitas Ilmu semakin tinggi, kualitas emosi semakin rendah.

Jumlah Manusia semakin banyak, rasa kemanusiaan semakin menipis.

Pengetahuan semakin bagus, kearifan semakin berkurang.

Perselingkuhan semakin marak, kesetiaan semakin punah.

Semakin banyak teman di dunia maya, tapi tidak punya sahabat yang sejati.

Minuman semakin banyak jenisnya, air bersih semakin berkurang jumlahnya.

Pakai jam tangan mahal, tapi tak pernah tepat waktu.

Ilmu semakin tersebar, adab dan akhlak semakin lenyap.

Belajar semakin mudah, guru semakin tidak dihargai.

Teknologi Informasi semakin canggih, fitnah dan aib semakin tersebar.

Orang yang rendah ilmu banyak bicara, orang yang tinggi ilmu banyak terdiam.

Tontonan semakin banyak, tuntunan semakin berkurang..._


KISAH INSPIRATIF 6

 

*Si Buta yang Membuatku Melihat* Usiaku belumlah tiga puluh tahun ketika istriku melahirkan anak pertamaku, aku tidak pernah memperhatikan istriku, setiap malam aku habiskan waktuku bersama kawan-kawanku; begadang sampai pagi. Setiap malam kami habiskan waktu dengan tawa dan banyolan2 tdk berguna. Aku ingat suatu malam aku berlaku usil kepada seorang buta yang sedang berjalan di pasar, aku menaruh kakiku di depannya lalu ia tersandung dan jatuh, keusilanku itu menjadi bahan tertawaan yang memenuhi pasar. Seperti biasanya aku telat pulang ke rumah, aku melihat istriku menunggu, tampak keletihan di wajahnya, dengan air mata yang meleleh dia berkata 'Rasyid..! Aku lelah sekali, sepertinya waktu melahirkan sudah hampir tiba.' Aku baru sadar bahwa kehamilan istriku telah mencapai bulan kesembilan, aku membawanya ke Rumah Sakit. Istriku berperang melawat rasa sakit, selang beberapa jam kemudian lahirlah anakku yang diberi nama 'Salim'. Ketika aku akan melihat anakku, aku diminta untuk menghadap Dokter yang mengurus proses persalinan istriku. Dokter itu memberitahukan kepadaku tetang musibah yang terjadi dan menyuruhku rela terhadap takdir, "Anak anda mengalami cacat yang parah di kedua matanya dan tampaknya dia tidak bisa melihat." Aku menundukkan kepalaku, dunia ini terasa runtuh, yang terbersit di ingatanku adalah orang buta yang aku jegal kakinya dan mejadi bahan tertawaan orang-orang di pasar; maha suci Allah, siapa yang menanam pasti akan menuai. Hari terus berlalu, istriku yang sabar dan percaya terhadap takdir Allah memelihara Salim dengan penuh kasih sayang dan telaten, sedangkan aku tidak terlalu memperhatikan Salim, aku menggaggapnya tidak pernah ada di rumah. Salim semakin hari semakin bertambah besar, ketika usianya menginjak satu tahun, dia mulai belajar berjalan, namun agak sedikit aneh; akhirnya kami tahu ternyata dia juga pincang, dadaku makin bertambah sesak. Waktu terus berlalu, istriku telah melahirkan anakku yang kedua 'Umar,' dan yang ketiga 'Khalid.' Seiring bertambah Usia Salim dan kedua saudaranya, sementara aku belum berubah, aku tidak suka berdiam di rumah, hari-hari kulalui bersama kawan-kawanku, istriku tidak pernah putus asa meluruskanku, dia senantiasa berdo'a agar aku mendapatkan hidayah, dia tidak pernah marah melihat kelakuan burukku, akan tetapi dia sering terlihat sedih melihatku menyia-nyiakan Salim dan lebih peduli terhadap kedua adiknya. Istriku menyekolahkan Salim ke salah satu sekolah khusus orang cacat (SLB). Pada suatu hari Jum'at aku terbangun pada jam sebelas siang, hari masih telalu pagi bagiku, aku diundang ke sebuah resepsi, aku mandi, ganti baju, memakai parfum dan siap pergi. Aku melewati ruang tamu, aku terhenti ketika melihat Salim menangis dengan keras, ini pertama kali aku merespon tangisan salim setelah kurang lebih sepuluh tahun aku tidak memperdulikannya! Aku berusaha pura-pura tidak tahu tetapi tidak bisa, aku mendekatinya, "Salim kenapa kamu menangis?" tanyaku. Ketika mendengar suaraku, dia berhenti menangis dan meraba-raba sekelilingnya. Dia berusaha menjauh dariku seakan-akan dia berkata kepadaku, "Sekarang kamu peduli kepadaku, ke mana kamu selama sepuluh tahun ini?" Aku membuntuti masuk ke kamarnya, awalnya dia menolak memberitahukan kepadaku kenapa dia menangis, aku berusaha berlaku lembut kepadanya, akhirnya Salim mau juga mejelaskan kepadaku mengapa dia menangis, Salim mengatakan bahwa hari ini Umar terlambat datang untuk mengantarkannya pergi ke Masjid, dan hari ini adalah hari Jum'at; dia khawatir tidak mendapatkan tempat di barisan pertama, aku mulai memandangi air mata yang jatuh dari kedua matanya yang buta dan aku benar2 terguncang saat itu! Aku tidak mampu menguasai diriku untuk mendengarkan sisa kalimatnya, aku meletakkan tanganku di mulutnya, aku lupa teman-temanku, aku lupa tentang udangan resepsi dan aku berkata, "Salim jangan sedih, tahukah kamu siapa yang akan pergi bersamamu ke masjid hari ini?" "Sudah pasti Umar, akan tetapi dia telat hari ini," ujar Salim dengan sedih. "Tidak aku yang akan pergi bersamamu," hiburku. Salim kaget tidak percaya dia mengira aku mengejeknya lalu dia menangis lagi. Kuusap air matanya dengan tanganku. Aku ingin mengantarkannya dengan mobil akan tetapi dia menolaknya, "Masjidnya dekat, aku ingin jalan kaki ke sana." Aku berjalan di sisinya, aku merasa betapa kecilnya diriku dan betapa besarnya dosaku, aku tak ingat lagi kapan aku terakhir masuk ke masjid, aku merasa takut dan menyesali apa yang aku lalaikan beberapa tahun ini. Hari itu masjid penuh dengan jamaah, akan tetapi aku heran melihat ada tempat kosong di barisan pertama yang khusus disiapkan untuk Salim. Setelah shalat Jum'at selesai, Salim meminta mushaf Al-Qur'an kepadaku, aku merasa aneh bagaimana dia akan membaca padahal dia buta? takut perasaannya terluka aku mengambilkan mushaf untuknya. Dia memintaku membukakan surah Al-Kahfi, aku mulai membolak-balik mushaf sambil sesekali melihat daftar isi, sampai aku menemukannya dan meletakkan mushaf di depannya. Dia mulai membaca surah Al-Kahfi dengan mata terpejam. Yaa..! Allaah..! dia hafal surah Al-Kahfi dengan lengkap, aku merasa malu, seluruh sendi-sendiku serasa bergetar, aku berdo'a kepada Allah Ta'ala; semoga Dia mengampuniku dan memberiku hidayah, aku tidak mampu mengusai diriku, aku menangis seperti anak kecil, aku mencoba menyembunyikan tangisku tetapi tidak bisa; malah aku menjadi terisak-isak, aku tidak sadar, sampai tangan-tangan kecil menyentuh wajahku dan mengusap air mataku, dia adalah Salim anakku. Aku memeluknya dan memandangnya, hatiku bergumam, "Bukan kamu yang buta, nak, sebaliknya akulah yang buta, tatkala aku terlena mengikuti kawanku yang menjerumuskan aku ke Neraka." Kami pulang ke rumah, Istriku gelisah memikirkan Salim, tetapi kegelisahannya itu berganti dengan air mata bahagia ketika dia tahu aku shalat Jum'at bersama Salim. Sejak saat itu aku tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah di masjid, aku meninggalkan kawan-kawan bajinganku, dan sekarang aku mempunyai banyak teman baik yang aku kenal di masjid, aku mulai merasakan manisnya iman bersama mereka. Aku selalu membasahi lidahku dengan zikir, dengan pengharapan semoga Allah mengampuni dosa-dosaku selama ini, aku bertambah dekat dengan keluargaku, senyum tidak pernah lepas dari keelokan wajah anakku Salim, siapa yang menyangka bahwa dia memiliki dunia dengan segala isinya, aku memuji Allah atas segala nikmat-Nya. Suatu hari, teman-temanku di masjid bertekad pergi ke salah satu daerah yang jauh untuk berdakwah, aku beristikharah kepada Allah dan berunding dengan istriku dan dia sangat senang, tak lupa aku memberitahukan kepada Salim anakku akan hal ini, dan dia memeluk aku dengan lengannya yang kecil, sebagai salam perpisahan. Aku pergi dari rumah selama tiga bulan setengah, selama itu setiap ada kesempatan; aku selalu menghubungi istri dan anak-anakku untuk mengobati kerinduan terhadap keluargaku, terutama kepada Salim, aku berharap bisa mendengar suaranya, sebab dialah satu-satunya anakku yang tidak berbicara kepadaku sejak kepergianku, tiap kali aku menceriterakan kerinduan terhadap Salim kepada istriku, dia selalu tertawa bahagia, hanya saja kali terakhir aku menelpon istriku, aku tidak mendengar tawa seperti biasanya, suaranya berubah, ketika aku berkata, "Sampaikan salamku kepada Salim," dia hanya menjawab, "Insya Allah," dan diam. Akhirnya aku pulang ke rumah, aku mengetuk pintu dan berharap Salim yang akan membukakan pintu untukku, ternyata bukan Salim melainkan anakku Khalid yang usianya tidak lebih dari empat tahun, dia berteriak "Ayah... Ayah..!" Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba dadaku terasa sesak saat masuk ke dalam rumah aku membaca _Ta'awuz,_ meminta perlindungan kpd Allah, istriku datang menjumpaiku, raut wajahnya tidak seperti biasanya, "Apa yang terjadi?" Tanyaku kemudian, "Tidak ada apa-apa," jawabnya singkat. Seketika aku teringat Salim, "Mana Salim?" istriku tidak menjawab dia menundukkan wajahnya dan air mata bercucuran membasahi pipinya, saat bersamaan dengan suara terbata-bata Khalid berkata, "Ayah, Salim telah terbang ke Surga ke sisi Allah!" Istriku tidak bisa menguasai situasi, dia menangis meratap dan hampir terjatuh ke tanah, akhirnya aku tahu Salim terkena demam dua minggu sebelum kepulanganku, istriku membawanya ke rumah sakit namun tidak tertolong hingga nyawanya melayang. Aku menyadari bahwa apa yang terjadi adalah ujian Allah, aku harus menerima semua ini, memuji Allah dan aku tidak pernah memuji Allah terhadap kesulitan yang kuhadapi kecuali terhadap kejadian ini. Alangkah sedih hatiku berpisah dengan Salim, masih terasa tangannya mengusap air mataku dan kedua lengannya merangkulku. Salim tidak buta, akulah yang buta saat terlena bersama teman-temanku dan Salim tidak pincang karena dia mampu melalui jalan keimanan, sekarang aku baru sadar bahwa aku menyayanginya melebihi saudara-saudaranya, karena dialah yang menjadi penyebab aku mendapatkan petunjuk. Dia anak buta yang menuntun ayahnya ke masjid dan mengalahkan setan dalam diriku dengan keikhlasannya. Yaa Allaah.., terimalah Salim anakku dalam naungan kasih sayang-Mu. Yaa Allaah.. Aku memohon kepada-Mu keteguhan hati sampai mati. Yaa Allaah, kumpulkanlah aku bersamanya di surga-Mu dan ampunilah aku, Engkau Dzat yang Maha Suci.. *_"Katakanlah, 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh Dialah yang maha pengampun,Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ketikkan pesan...



 

 

 AL QURAN dan SUNNAH

 

A. PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM

Sumber  dari segi bahasa dapat diartikan “tempat mengambil atau asal pengambilan” (Basiq Djalil, 2010: 142). Hukum secara bahasa  adalah “menetapkan sesuatu atas sesuatu yang lain” (Basiq Djalil, 2010: 34), sedangkan Islam itu sendiri adalah nama agama. Maka dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah asal pengambilan dalam menetapkan sesuatu/peristiwa sesuai dengan ketentuan dalam agama Islam. Secara opersional dapat dipahami bahwa sumber hukum Islam adalah dasar/landasan penetapan sesuatu dalam Islam.

Sedangkan menurut istilah syara’  hukum adalah “Firman Allah Ta’ala yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf , yang mengandung tuntutan atau membolehkan memilih atau adanya (suatu hukum) karena adanya yang lain”. (Basiq Djalil, 2010: 34).

Dengan demikian sumber hukum Islam dapat dipahami sebagai penetapan Allah SWT, tentang suatu perbuatan/kejadian/peristiwa  yang dibebankan kepada orang mukallaf . Jadi kalau orang mukallaf  melakukan suatu pekerjaan atau ada suatu peristiwa berhubungan dengan orang mukallaf, maka akan ada hukumnya. Kalau sumbernya hukum Islam berarti hukum tersebut diambil dari Islam, yaitu bersumber (diambil/berdasarkan) kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

 

B. DASAR PENGGUNAAN SUMBER AGAMA ISLAM

Penggunaan sumber agama islam di dasarkan pada ayat al-qur‟an surat An-Nisa (5) : 59 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasulmu dan ulil amri diantara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‟an) dan rasul (sunah). Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya.” (Qs. An-Nisa 4:59).

 

C. SUMBER HUKUM ISLAM

Sumber hukum islam dikategorikan menjadi 3 yaitu Al Qur’an, Al Hadistt/Sunah Rosul dan Ijtihad.

 

            YANG PERTAMA (AL QUR’AN) :

  1. Pengertian Al Qur‟an

Secara etimologis, kata Al Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan”.

Menurut istilah, Al Qur’an sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan menggunakan bahasa arab sebagai hijjah (bukti) atas kerasulan Nabi Muhammad SAW dan sebagai pedoman hidup bagi manusia serta sebagai media dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membacanya.

Menurut al Syaukani (dalam Amir Syarifuddin, 1997, I: 47), Al Qur’an yaitu kalam Allah yang diturunkan melalui Nabi SAW, tertulis dalam mushhaf, dan dinukilkan secara mutawatir.

Menurut Ibnu Subki (dalam Amir Syarifuddin, 1997, I: 47), Al Qur’an adalah lafazh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, mengandung mukjizat pada setiap suratnya, yang dinilai ibadah membacanya.

 

  1. Unsur-unsur Pokok Yang Menjelaskan Hakikat Al Qur’an

ü  Merupakan kalam Allah yang berbentuk lafazh (sekaligus makna)

ü  Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

ü  Menggunakan bahasa Arab.

ü  Mengandung mu’jizat pada setiap ayat dan suratnya.

ü  Tertulis dalam mushhaf.

ü  Membaca Al Qur’an bernilai ibadah.

ü  Ayat-ayat Al Qur’an dinukil secara mutawatir (tidak diragukan keautentikannya).

 

  1. Cara-Cara Al Qur’an Diwahyukan

Allah berkomunikasi dengan manusia, termasuk para nabi dan rasul dengan tiga cara, yaitu bisikan kedalam hati (wahyu), dari balik tabir, dan utusan yang diberi wewenang oleh Allah untuk menyampaikan pesan ketuhanan kepada orang yang dikehendaki-Nya.

 

  1. Cara Nabi Muhammad Dalam Menerima Wahyu

ü  Malaikat memasukkan wahyu dalam hati Nabi

ü  Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepada Nabi sehingga Nabi mengetahui dan hafal benar kata-kata itu

ü  Wahyu dating kepada Nabi seperti gemerincing lonceng. Cara ini paling berat dirasakan oleh Nabi

ü  Malaikat menampakkan dirinya dalam wujud aslinya

 

  1. Pembagian Ayat-Ayat Al Qur’an

ü  Periode ketika Nabi masih berada di Makah

·         Ayat Al Qur’an yang turun disebut ayat Makiyyah

·         Ciri: suratnya pendek-pendek, didahului dengan kata yaayyuhannas, berisi masalah keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat terdahulu, dan budipekerti.

ü  Periode ketika Nabi sudah hijrah ke Madinnah

·         Ayat Al Qur’an yang turun disebut ayat Madaniyah

·         Ciri: surahnya panjang-panjang, didahului dengan yaayyuhalladzinaamanu, berisi tentang hukum-hukum syariat

 

  1. Isi Al Qur’an

ü  Prinsip-prinsip aqidah, syariah, dan akhlak

ü  Janji-janji dan ancaman Allah

ü  Kisah-kisah para nabi dan umat-umat terdahulu

ü  Hal-hal yang akan terjadi dimasa datang

ü  Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan

ü  Sunatullah atau hukum Allah yang mengikat pada keseluruhan ciptaan-Nya

           

  1. Fungsi Al Qur’an

ü  Hudan yaitu petunjuk bagi umat manusia

ü  Rahmat artinya kasih saying Allah kepada umat manusia

ü  Bayyinah yaitu bukti penjelasan tentang suatu kebenaran

ü  Furqan yaitu sebagai pembeda antara yang hak dan batil, benar dan salah, halal dan haram, indah dan jelek, serta yang dilarang dan yang diperintahkan

ü  Mau’izhah atau pelajaran bagi manusia

ü  Syifa’ artinya obat untuk penyakit hati

ü  Tibyan yaitu sebagai penjelasan terhadap segala sesuatu yang disampaikan Allah

ü  Busyra yaitu sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang berbuat baik

ü  Tafshil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki oleh Alla

ü  Hakim yaitu sumber kebijaksanaan

ü  Mushaddiq yaitu membenarkan isi kitab-kitab yang dating sebelumnya

ü  Muhaimin yaitu batu ujian (penguji) bagi kitab-kitab sebelumnya

 

 

 

 

 

YANG KEDUA (AL SUNNAH/AL HADIST) :

  1. Pengertian Al Sunnah/Al Hadist

Secara Etimologis kata sunah berasal dari kata bahasa arab yaitu “sunnah” yang berarti cara, adat istiadat (kebiasaan), dan perjalanan hidup (sirah) yang tidak dibeda-bedakan antara yang baik dan yang buruk.

Secara Terminologi Menurut ahli hadist, sunnah berarti sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan, perbuatan, penetapan, sifat, dan perjalanan hidup beliau baik pada waktu sebelum diutus menjadi Nabi maupun sesudahnya.

 

  1. Bagian-Bagian Al Sunnah/Al Hadist

ü  Rawi : orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya)

ü  Matan : materi atau isi dari suatu hadist

ü  Sanad : jalan yang dapat menghubungkan matan hadist kepada Nabi SAW

 

  1. Klasifikasi Al Sunnah/Al Hadist

Berdasarkan aspek bentuk :

ü  Sunnah qauliyah : ucapan Nabi yang didengar oleh para sahabat dan disampaikan kepada orang lain

ü  Sunnah fi’liyah : perbuatan Nabi yang dilihat para sahabat dan disampaikan kepada orang lain dengan ucapan mereka

ü  Sunnah taqririyah : perbuatan sahabat atau ucapannya yang dilakukan didepan Nabi yang dibiarkan begitu sajao leh Nabi tanpa dilarang atau disuruh

 

  1. Berdasarkan Jumlah Sanad Atau Perawi Yang Terlibat Dalam Periwayatannya

ü  Sunnah mutawatir : sunnah yang disampaikan secara berkesinambungan yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang menurut kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk berdusta

ü  Sunnah masyhur : sunnah yang diriwayatkan oleh sejumlah sahabat yang tidak mencapai batasan mutawatir dan menjadi mutawatir pada generasi setelah sahabat

ü  Sunnahahad : sunnah yang diriwayatkan oleh seorang perawi, dua orang perawi atau lebih yang tidak memenuhi persyaratan sunnah mutawatir

 

 

  1. Berdasarkan Aspek Kualitasnya(Diterima/Ditolak)

ü  Sunnahshahih

Syaratnya:

·         Sanadnya bersambung

·         Diriwayatkan oleh perawi yang adil

·         Perawinya kuat hafalannya

·         Hadistnya tidak janggal

·         Hadistnya terhindar dari cacat

ü  Sunnah hasan

Yaitu sunnah yang memiliki semua persyaratan sunnah shahih kecuali para perawinya, seluruhnya atau sebagiannya kurang hafalannya.

ü  Sunnah dla’if

Yaitu sunnah yang tidak memiliki sifat-sifat untuk dapat diterima atau sunnah yang tidak memiliki sifat sunnah shahih dan hasan.

 

  1. Fungsi Al Sunnah/Al Hadist

ü  Menetapkan dan menguatkan hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh Al Qur’an

ü  Merinci dan menafsirkan ayat Al Qur’an yang masih global (bayan tafshil), membatasi atau Al Qur’an yang masih muthlaq/umum (bayan taqyid), dan mengkhususkan ayat Al Qur’an yang masih umum (bayan takhshish)

ü  Menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh Al Qur’an

 

YANG KETIGA (IJTIHAD)

  1. Pengertian Ijtihad

Secara Etimologis kata ijthad itu berasal dari bahasa Arab yang artinya “penumpahan segala upaya dan kemampuan”.

Secara terminologis ulama ushul mendefinisikan ijtihad sebagai mencurahkan kesanggupan dalam hukum syara’ yang bersifat amaliyah. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.

 

  1. Dasar Penggunaan Ijtihad

ü  Dasar hukum dibolehkannya ijtihad adalah al-Qur’an, sunnah, dan logika

ü  Dasarnya QS. An-Nisa’ (5) : 59 yang berisi perintah untuk taat kepada Allah (dengan Al Qur’an sebagai sumber hukum), taat kepada Rasul-Nya (dengan Sunnah sebagai pedoman), dan taat kepada ulul amri, serta perintah untuk mengembalikan hal-hal yang dipertikaikan kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah)

 

  1. Persyaratan Melakukan Ijtihad

ü  Menguasai “ilmu alat”

ü  Menguasai Al Qur’an yang merupakan sumber pokok hukum Islam

ü  Menguasai Sunnah atau hadist Nabi sebagai sumber hukum Islam kedua

ü  Mengetahui ijma ulama

ü  Mengetahui qiyas

ü  Mengetahui maqasyid al-syari’ah

ü  Mengetahui ushul fiqih

ü  Mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi

 

  1. Lapangan Ijtihad

ü  Masalah yang ditunjukkan oleh nash yang zhanniy (tidak pasti), baik dari segi keberadaannya (wujud) maupun dari segi menunjukkan terhadap hukum (dalalah)

ü  Masalah baru yang belum ditegaskan hukumnya oleh nash

ü  Masalah baru yang belum di-ijma’kan

ü  Masalah yang diketahui illat hukumnya, seperti muamalah

  1. Metode-Metode Ijtihad

ü  Ijma’

ü  Qiyas

ü  Istihsan

ü  Mashlahah mursalah

ü  Istishhab

ü  Madzhab shahabi

ü  Syar’u man qablana

ü  Saddu al-dzari’ah




TOLERANSI UMAT BERAGAMA

 

A. PENGERTIAN TOLERANSI

Pengertian Toleransi Kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti bertahan atau memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat (Siagian, 1993:115). Dengan demikian toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda. Menurut Webster’s New American Dictionary arti toleransi adalah liberty to ward the opinions of others, patients with others (memberi kebebasan (membiarkan) pendapat orang lain, dan berlaku sabar menghadapi orang lain). Toleransi diartikan memberikan tempat kepada pendapat yang berbeda. Pada saat bersamaan sikap menghargai pendapat yang berbeda itu disertai dengan sikap menahan diri atau sabar. Oleh karena itu di antara orang yang berbeda pendapat harus memperlihatkan sikap yang sama yaitu saling mengharagai dengan sikap yang sabar.

Kata toleransi dalam bahasa Arab adalah kata “tasamuh”. Tasamuh dalam bahasa Arab berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan. Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan agar di antara mereka yang berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Masing-masing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain. Dari beberapa pendapat di atas toleransi dapat diartikan sebagai sikap menenggang, membiarkan, membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain. Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Dalam toleransi sebaliknya tercermin sikap yang kauat atau istiqamah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.

 

B. PENGERTIAN UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH INSANIYAH

 

 

C. TOLERANSI DALAM PANDANGAN ISLAM

Dalam sejarah kehidupan umat Islam sikap toleransi telah diletakkan pada saat awal Nabi Muhammad saw membangun Negara Madinah. Sesaat setelah Nabi Muhammad saw hijrah ke kota Madinah, Nabi segera melihat adanya pluralitas yang terdapat di kota Madinah. Pluralitas yang dihadapi Nabi antara lain tidak hanya karena perbedaan etnis semata, tetapi juga perbedaan yang disebabkan agama. Madinah tidak bersifat homogen dengan agama, tetapi di Madinah di samping yang beragama Islam, terdapat pula penduduk yang beragama Yahudi dan Nasrani. Melihat pluralitas keagamaan ini Nabi berinisiatif untuk membangun kebersamaan dengan yang berbeda agama. Inisiatif itu kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan Piagam Madinah. Dalam pandangan Nurcholish Madjid (1992:195) Piagam Madinah merupakan dokumen politik resmi pertama yang meletakkan prinsip kebebasan beragama dan berusaha. Bahkan sesungguhnya Nabi juga membuat perjanjian tersendiri yang menjamin kebebasan dan keamanan umat Kristen di mana saja, sepanjang masa.

Contoh lain dari wujud toleransi Islam terhadap agama lain diperlihatkan oleh Umar ibn al-Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin. Isi perjanjian itu antara lain berbunyi “…Ia (Umar, pen) menjamin mereka keamanan untuk jiwa dan harta mereka, dan untuk gereja-gereja dan salib-salib mereka, serta yang dalam keadaan sakit ataupun sehat, dan untuk agama mereka secara keseluruhan. Gereja-gereja mereka tidak akan diduduki dan tidak pula dirusak, dan tidak akan dikurangi sesuatu apa pun dari gereja-gereja itu dan tidak pula dari lingkungannya…” (Nurcholish Madjid, 1992:193). Kebijakan politik yang dilakukan baik oleh Nabi Muhammad saw atau Umar ibn al-Khattab di atas tentu dengan dasar-dasar pijakan yang terdapat dalam al-Qur‟an. Dalam beberapa ayatnya al-Qur‟an menyatakan: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah…” (QS. Al-Baqarah (2):256). “Dan katakanlah: “Kebenaran itu datang dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir…” (QS. Al-Kahfi (18):29). “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya” (QS. Yunus (10):99). Ayat-ayat tersebut menjadi dasar tentang adanya kebebasan manusia untuk menentukan pilihan atas agamanya. Prinsip-prinsip itulah yang mendasari kebijakan politik umat Islam tentang kebebasan beragama. Meskipun tidak sepenuhnya sama dengan yang ada di zaman modern ini, namun prinsip-prinsip kebebasan beragama dalam zaman klasik itu sama dengan yang terjadi sekarang.

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil kepada siapapun yang tidak memerangi umat Islam karena agama yang dianut. Al-Qur‟an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang di antara umat Islam dengan umat beragama lain. Adanya kerjasama yang baik antara umat Islam dan umat beragama lain tidaklah menjadi halangan dalam Islam. Keadaan demikian digambarkan dalam al-Qur‟an: “Dan jika seseorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia, supaya ia sempat mendengarkan firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya” (QS. Al-Taubah (9):6). “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah (60):7-8). Seiring dengan arti toleransi di atas, yaitu memberikan tempat kepada orang yang berbeda agama, tidak berarti mengakui kebenaran semua agama. Toleransi tidak dapat diartikan mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibaat keagamaan lain. Allah telah menentukan bahwa agama yang diridhai di sisiNya adalah agama Islam. Antara agama Islam dengan agama kenabian yang lain mungkin ditemukan adanya persamaan, akan tetapi tidak dapat dielakkan bahwa telah terjadi perbedaan dalam beberapa hal, yang menurut keyakinan Islam hal itu terjadi akibat campur tangan manusia. Begitu pula antara Islam dan agama bukan kenabian, kemungkinan terdapat persamaan, terutama dalam ajaran moralnya, karena akal budi manusia bisa sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang sejalan dengan wahyu.

Toleransi harus dibedakan dari komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa menciptakan kedamaian dan kerukunan, atau saling memberi dan menerima demi terwujudnya kebersamaan. Kompromisme tidak dapat diterapkan dalam kehidupan beragama. Kompromisme dalam beragama akan melahirkan corak keagamaan yang sinkretik. Nabi Muhamammad pernah diminta kaum musyrik Makkah untuk mengadakan kompromi agama. Pada waktu-waktu tertentu, kaum musyrikin ikut melakukan ibadah menurut ajaran Nabi Muhammad saw, tetapi pada gilirannya Nabi Muhammad saw pun ikut melakukan ibadah kaum musyrikin. Terhadap keinginan kompromi agama seperti itu Alah swt menurunkan frimanNya seperti yang terdapat dalam surat al-Kafirun (QS. 109). Kompromi dalam ajaran agama adalah tidak mungkin untuk dilakukan, dan Allah sendiri telah melarangnya. Dalam hal ibadah masing-masing agama melaksanakan sesuai dengan keyakinannya. Betapapun baiknya ajaran Islam tentang bagaimana seharusnya umat Islam bersikap terhadap kaum agama lain, tetapi dalam hal menyangkut pelaksanaan ibadah tidak dapat terjadi kompromi di dalamnya.

 

D. KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Toleransi antar umat beragama di Indonesia populer dengan istilah kerukunan hidup antar umat beragama. Istilah tersebut merupakan istilah resmi yang dipakai oleh pemerintah. Kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu tujuan pembangunan bidang keagamaan di Indonesia. Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya hubungan antar umat beragama. Adapun sebab-musabab timbulnya ketegangan intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek antara lain:

  1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau missi;
  2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain;
  3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain;
  4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.
  5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah; dan
  6. Kuranngnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat (Depag, 1980:38).

Untuk mengatasi hubungan yang tidak harmonis antar umat beragama ini dan untuk mencari jalan keluar bagi pemecahan masalahnya, maka H.A. Mukti Ali, yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Agama, pada tahun 1971 melontarkan gagasan untuk dilakukannya dialog agama. Dialog agama diselenggarakan sebagai usaha untuk mempertemukan tokoh-tokoh agama dalam rangka pembinaan kerukunan umat beragama. Dialog agama bukanlah polemik tempat orang beradu argumentasi lewat pena. Dialog bukan debat untuk saling mengemukakan kebenaran pendapat dari seseorang dan mencari kesalahan pendapat orang lain. Dialog bukan apologi sehingga orang berusaha mempertahankan kepercayaan karena merasa terancam. Dialog agama, pada hakekatnya adalah suatu percakapan bebas, terus terang dan bertanggung jawab, yang didasari oleh saling pengertian dalam menanggulangi masalah kehidupan bangsa , baik materil maupun spiritual. Oleh karena itu, perlu dikembangkan prinsip “agree in disagreement” (setuju dalam perbedaan). Hal ini berarti setiap peserta dialog agama harus berlapang dada dalam sikap dan perbuatan (Tarmizi Taher, 1997:5).

Agama menampakkan diri dalam berbagai perwujudan, seperti terlihat dalam sistem pemikirannya, baik yang berupa sistem keyakinan maupun norma. Ia juga menampakkan diri lebih lanjut dalam bentuk sistem peribadatan, dan ini terlihat dengan adanya rumah-rumah ibadah dan tradisi-tradisi keagamaan. Penampakkan lebih lanjaut terlihat dalam bentuk persekutuan atau kelembagaan keagamaan, seperti adanya kelompok-kelompok umat beragama dan lembaga-lembaga keagamaan serta lembaga-lembaga sosial keagamaan. Melalui perwujudan yang bercorak kelembagaan, agama menjadi kekuatan nyata dalam proses pembangunan bangsa. Otoritas kepemimpinan keagamaan merupakan faktor yang ikut menentukan pola kesatuan dan kerukunan umat beragama. Dengan otoritas tersebut, para pemimpin agama beserta lembaga-lembaga keagamaannya menggarap masalah-masalah yang tidak terjangkau oleh tangan pemerintah. Adapun peranan para pemimpin dan tokoh agama dalam pembangunan antara lain sebagai berikut:

  1. Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan masyarakat;
  2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh rakyat;
  3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan; dan
  4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha pembangunan (Tarmizi Taher, 1997:4).

Selanjutnya agar pembinaan kehidupan beragama tetap dalam kerangka pembinaan dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1.       Peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka menumbuhkan kesadaran beragama bagi setiap pemeluknya. Kesadaran beragama itu tidak saja mewujud dalam kepekaan moral, melainkan juga dalam kepekaan sosial, sehingga dengan demikian tidak membuat fanatisme dan eksklusivisme, melainkan menumbuhkan toleransi sosial dan sikap terbuka.

2.       Negara menjamin kebebasan beragama dan bahkan berusaha membantu pengembangan kehidupan beragama dalam rangka pembangunan. Masing-masing umat beragama memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk menjalankan dan mengembangkan kehidupan agama mereka.

Pembinaan kerukunan hidup umat beragama semakin mendapat perhatian pemerintah pada masa Departeman Agama dipimpin oleh H. Alamsyah Ratu Prawiranegara, dan terus dilanjutkan oleh menteri-menteri berikutnya. Perhatian yang demikian besar dari pemerintah terhadap pentingnya kerukunan hidup umat beragama diperlihatkan dengan dibuatnya suatu proyek khusus, yaitu proyek kerukunan hidup umat beragama. Usaha pembinaan kerukunan umat beragama melalui dialog pemuka agama diprogramkan tidak hanya sebagai ajang pertukaran pendapat semata, tetapi harus diberi bobot sebagai usaha musyawarah bersama pemuka-pemuka umat berbagai agama dalam rangka menciptakan kerukunan inter dan antar umat beragama. Dalam pembinaan kehidupan beragama, pemerintah tidak hanya menjamin kebebasan tiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tetapi juga menjamin, membina, mengembangkan, serta memberikan bimbingan dan pengarahan agar kehidupan beragama lebih berkembang, semarak, dan serasi dengan tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu, pola pembinaan kerukunan hidup beragama diarahkan pada tiga bentuk, yaitu (1) kerukunan intern umat beragama; (2) kerukunan antar umat beragama; dan (3) kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah (Depag, 1980: 45).


KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

 

A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN ISLAM

Secara garis besar,defenisi kebudayaan islam dikelompokkan kedalam enam kelompok sesuai dengan tinjauan dan sudut pandang masing-masing membuat defenisi. Kelompok pertama menggunakan pendekatan deskriptif dengan menekankan pada sejumlah isi yang terkandung didalamnya seperti definisi yang dipakai oleh tailor bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan yang amat kompleks meliputi ilmu pengetahuaan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diterima manusia sebagai anggota masyarakat.

Kelompok kedua menggunakan pendekatan historis dengan menekankan pada warisan sosial dan tradisi kebudayaan seperti definisi yang dipakai oleh Park dan Burgess yang menyatakan bahwa kebudayaan suatu masyarakat adalah sejumlah totalitas dan organisasi dan warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang bermakna yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa. Dari berbagai tujuan dan sudut pandangan tentang definisi kebudayaan, menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan sesuatu persoalan yang sangat luas.

Al Quran memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Jadi secara umum kebudayaan islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid.islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang.

Kebudayaan ialah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap, maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan. Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau dibidang apapun dianggap kebudayaan.Sebab hasil daripada daya pemikiran dan daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi,seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.

Agama islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat.Agama islam bukanlah kebudayaan,sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.Tetapi islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain lain.jadi, sekali lagi dikatakan, agama islam itu bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan.

 

B. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM

Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Di mana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka, yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain, mereka tidak dapat merintanginya.

Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.

"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)

C. NILAI NILAI KEBUDAYAAN ISLAM

Di zaman modern, semangat dan pemahaman sebahagian generasi muda ummat islam khususnya mahasiswa PTU dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran islam. Mereka berpandangan bahwa islam yang benar adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh nabi Muhammad SAW, secara utuh termasuk nilai-nilai budaya arabnya. Kita tahu islam itu dari beliau, dan yang mengingkari kerasulannya adalah kafir. Nabi Muhammad SAW, adalah seorang rasul allah dan harus di ingat bahwa beliau adalah orang arab.Dalam kajian budaya sudah tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan nilai-nilai islam itu bersifat universal.

Dalam perkembangan dakwah islam di indonesia, para penyiar agama mendakwakan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah jawa. Karena kehebatan para Wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

 

D. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM

Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:295).

Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat. Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw berfungsi sebagai pusat peradaban. Oleh sebab itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai simbol persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad saw mendirikan masjid pertama kali, fungsi masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat peribadatan dan peradaban.

Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid untuk tempat ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan keagamaan, di mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin-pemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta asing. Pendek kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah al-Abrasyi, 1984:58).

Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi masjid mulai menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-ibadah ritual semata. Fungsi masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti :

  1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagi disiplin ilmu
  2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah sholat berjama’ah
  3. Ruamg kuliah, yang bisa juga digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja masjid (Muhaimin & Abdul Mujib, 1993:296)

Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari tahun ke tahun kian bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa fungsionalisasinya belum optimal. Salah satu jalan untuk memfungsikannya secara maksimal adalah dengan menumbuhkan kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jama’ahnya. Peran masjid perlu dioptimalkan. Sebab, menurut Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik pusat kepada pusat pembinaan umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual dan ibadah sosial (Sudrajat Ajat, 2008:232).

Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang sangat vital dan dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya :

  1. Masjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat
  2. Sebagai “prasasti” atas berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa ini bendera sebagai simbol sebuah Negara yang telah merdeka, maka kaum Muslimin pada tempo dulu jika berhasil “menaklukkan” sebuah Negara, mereka menandainya dengan membangun sebuah masjid sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut menjadi bagian dari “Negara Islam” (Shini,T.T:158)
  3. Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga masyarakat Islam
  4. Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban
  5. Sebagai simbol persatuan umat Islam
  6. Sebagai pusat gerakan
  7. Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu Islam, mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadist , kritisme, tafsir, cabang-cabang syariat, sejarah, astronomi, geografi, tata bahasa, dan sastra arab.

 

 NIKAH DAN MACAM-MACAM TALAK

 

 

A. PENGERTIAN NIKAH

Secara bahasa nikah diartikan sebagai berkumpul, wathi, dan akad. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai:

 عقد يتضمن ملك وطء بلفظ إنكاح أو تزويج أو معناهما

Akad yang mengandung maksud untuk memiliki kesenangan wat’I dengan menggunakan lafadz nikah atau kawin atau yang semakna dengan keduanya.

Atau bisa dikatakan bahwa pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan dan lain hal.

 

B. TUJUAN NIKAH DALAM ISLAM

  1. Melanjutkan keturunan, yang merupakan penyambung cita-cita, membentuk keluarga.
  2. Untuk menjaga diri dari perbuatan yang dilarang Allah.
  3. Untuk menimbulkan rasa sayang antara suami, istri dan anak-anak.
  4. Untuk melaksanakan sunah Rasulullah.
  5. Untuk membersihkan keturunan dan memperjelas siapa Ayah, Ibu, kakek, Nenek dari keturunan berikutnya.

Nikah dalam ajaran Islam merupakan perbuatan yang memiliki tujuan yang baik dan luhur, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-qur’an :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Q.S 30: 21)

Dalam ayat diatas dikemukakan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan keluarga yang penuh ketentraman dan kedamaian yang dihiasi dengan kasih sayang di antara suami-istri. Untuk itu perkawinan tidak dapat dilangsungkan dengan hanya berbekal saling mencintai saja, melainkan memerlukan kesiapan dan kematangan baik fisik, psikologis, maupun sosial ekonomi. Dari perkawinan yang sakinah itu akan lahir anak-anak yang sehat lahir dan batin serta menjadi anak yang saleh.

 

C. HIKMAH PERNIKAHAN

            Keluarga dalam Islam adalah perintah agama yang berusaha untuk diwujudkan oleh setiap manusia beriman. Ia juga kesempurnaan akhlak manusia yang dicoba-raih oleh setiap pribadi. Pernikahan mengandung beberapa hikmah yang memesona dan sejumlah tujuan luhur. Ada beberapa khikmah dalam pernikahan, diantaranya :

1.      Meninggikan Harkat dan Martabat Manusia.

            Lihatlah bagaimana kehidupan manusia yang secara bebas mengumbar nafsu biologisnya tanpa melalui bingkai halal sebuah pernikahan, maka martabat dan harga diri mereka sama liarnya dengan nafsu yang tidak bisa mereka jinakkan. Menikah menjadikan harkat dan martabat manusia-manusia yang menjalaninya menjadi lebih mulia dan terhormat. Manusia secara jelas akan berbeda dengan binatang apabila ia mampu menjaga hawa nafsunya melalui pernikahan.

2.      Memuliakan Kaum Wanita.

            Banyak wanita-wanita yang pada akhirnya terjerumus pada kehidupan hitam hanya karena diawali oleh kegagalan menikah dengan orang-orang yang menyakiti kehidupan mereka. Menikah dapat memuliakan kaum wanita. Mereka akan ditempatkan sebagai ratu dan permaisuri dalam keluarganya

3.      Cara untuk Melanjutkan Keturunan.

            Salah satu tujuan menikah adalah meneruskan keturunan. Pasangan yang shaleh diharapkan mampu melanjutkan keturunan yang shaleh pula. Dari anak-anak yang shaleh ini akan tercipta sebuah keluarga shaleh, selanjutnya menjadi awal bagi terbentuknya kelompok-kelompok masyarkat yang shaleh sebagai cikal bakal kebangkitan Islam di masa mendatang.

4.      Wujud Kecintaan Allah SWT.

            Inilah bukti kecintaan Allah terhadap mahkluk-Nya. Dia memberikan cara kepada mahkluk-Nya untuk dapat memenuhi kebutuhan  manusiawi seorang mahkluk. Di dalam wujud kecintaan itu, dilimpahkan banyak keberkahan dan kebahagiaan hidup yang dirasakan melalui adanya tali pernikahan. Allah menjadikan mahkluk-Nya berpasang-pasangan dan ditumbuhkan padanya satu sama lain rasa cinta dan kasih sayang.

 

D. RUKUN NIKAH

Rukun nikah ada 5 yaitu :

  1. Calon Suami
  2. Calon Istri
  3. Sighat akad (ijab qabul)
  4. Wali mempelai perempuan

Sabda Nabi saw yang artinya “Perempuan mana saja yang menikah tanpa izin walinya maka pernikahan itu batal/tidak sah (HR. Empat orang ahli hadist kecuali Nasa’i).

  1. Dua orang saksi

Sabda Rosulullah saw. yang artinya “Tidak sah menikah melainkan dengan walinya dan dua orang saksi yang adil.“

 

E. AKAD NIKAH

Ketika taaruf antara ikhwan dan akhwat sudah semua disepakati, maka disunahkan untuk segera mengkhitbahnya, dan segera dilangsungkan akad nikah untuk menghindari fitnah. Perlu kita ketahui bahwa dalam akad nikah hal-hal yang disyariatkan dan wajib yaitu :

1.                  Adanya suka sama suka antara kedua calon mempelai

2.                  Adanya Wali

3.                  Adanya Saksi

4.                  Adanya Mahar

5.                  Adanya Ijab Qabul

 

F. HUKUM NIKAH

Firman Allah SWT  dalam surat An-Nur ayat 32:

Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (untuk kawin) di antara hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan kami-Nya.

Maka secara rinci jumhur ulama menyatakan hukum perkawinan itu dengan melihat keadaan orang-orang tertentu, sebagai berikut:

  1. Wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk kawin, berkeinginan untuk kawin dan memiliki perlengkapan untuk kawin; ia khawatir akan terjerumus ke tempat maksiat kalau ia tidak kawin.
  2. Sunnat bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk kawin, telah pantas untuk kawin dan dia telah mempunyai perlengkapan untuk melangsungkan perkawinan.
  3. Makruh bagi orang-orang yang belum pantas untuk kawin, belum berkeinginan untuk kawin, sedangkan perbekalan untuk perkawinan juga belum ada. Begitu pula ia telah mempunyai perlengkapan untuk perkawinan, namun fisik-nya mengalami cacat seperti impoten, berpenyakitan tetap, tua bangka dan kekurangan fisik lainnya.
  4. Mubah bagi orang-orang yang pada dasarnya belum ada dorongan untuk kawin dan perkawinan itu tidak akan men-datangkan kemudaratan apa-apa kepada siapa pun.
  5. Haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi ketentuan syara' untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu tidak akan mencapai tujuan syara', sedang-ia meyakini perkawinan itu akan merusak kehidupan pasangannya.

 

G. PERNIKAHAN YANG DILARANG DALAM ISLAM

Islam melarang beberapa bentuk pernikahan seperti di bawah ini :

  1. Nikah Mut’ah

Yang dimaksud dengan nikah mut’ah adalah nikah yang diniatkan hanya untuk bersenag-bersenang dan hanya untuk jangka waktu tertentu saja, mungkin dapat diistilahkan dengan ungkapan nikah kontrak.

Pada awalnya nikah ini diperbolehkan oleh Rasulullah SAW, karena pada saat itu kaum muslimin sedang mengalami peperangan yang berkepanjangan dan jauh dari isteri mereka, pertimbangannya agar kaum muslimin yang berada di medan peperangan terhindar dari bahaya dan kehinaan zina.

Setelah itu Rasulullah SAW melarang pernikahan jenis ini, karena dikhawatirkan terdapat unsur pelecehan terhadap wanita, dan tidak sesuai dengan tujuan pernikahan itu sendiri.

  1. Nikah Muhallil

Nikah Muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap perempuan yang telah di talak tiga, dengan maksud agar mantan suaminya yang mentalak isterinya tadi dapat menikahinya lagi.

Nikah seperti ini dilarang oleh agama, bahkan dilaknat oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : “Dari Ibnu Mas’ud ia berkata : Rasulullah SAW mengutuk laki-laki yang Muhallil dan Muhallal Lahu (HR.Tarmidzi dan Nasai).

  1. Pernikahan Silang (Beda Agama)

Pernikahan silang adalah pernikahan lintas agama atau pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang berbeda keyakinan dan berbeda agama. Dan Islam melarang pernikahan silang ini seperti yang disebutkan dalam firman Allah :

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”(QS. Al Baqarah : 221).

  1. Pernikahan Khadan

Khadan mempunyai arti gundik atau piaraan, baik laki-laki yang menjadikan perempuan sebagai gundiknya atau sebaliknya. Pernikahan Khadan merupakan tradisi jahiliyah dan di dunia modern istilah khadan berganti dengan istilah “kumpul kebo”. Pernikahan atau cara yang seperti ini dilarang oleh agama dan melecehkan nilai-nilai dari rumah tangga yang sakral dan suci.

 

H. TALAK

  1. Pengertian dan Hukum Talak

Menurut bahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah talak ialah lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak. Asal hukum talak adalah makruh, sebab merupakan perbuatan halal tetapi sangat dibenci oleh Allah swt. Nabi Muhammad saw,  bersabda :

 

أَبْغَضُ الْحَلاَلِ عِنْدَ اللهِ الطَّلاَقُ (رواه ابوداود)

Artinya :"Perbuatan halal tetapi paling dibenci oleh Allah adalah talak". (HR. Abu    Daud).

 

  1. Hal-hal yang Harus Dipenuhi dalam Talak ( Rukun Talak) ada 3 macam :

a.       Yang menjatuhkan talak(suami), syaratnya: baligh, berakal dan kehendak sendiri.

b.      Yang dijatuhi talak adalah istrinya.

c.       Ucapan talak, baik dengan cara sharih (tegas) maupun dengan cara kinayah (sindiran).

Cara sharih:

Misalnya “saya talak engkau!” atau “saya cerai engkau!”. Ucapan talak dengan cara sharih tidak memerlukan niat. Jadi kalau suami mentalak istrinya dengan cara sharih, maka jatuhlah talaknya walupun tidak berniat mentalaknya.

Cara kinayah:

Misalnya “Pulanglah engkau pada orang tuamu!”, atau “Kawinlah engkau dengan orang lain, saya sudah tidak butuh lagi kepadamu!”, Ucapan talak cara kinayah memerlukan niat. Jadi kalau suami mentalak istrinya dengan cara kinayah, padahal sebenarnya tidak berniat mentalaknya, maka talaknya tidak jatuh.

 

  1. Lafal dan Bilangan Talak

Lafal talak dapat diucapkan/dituliskan dengan kata-kata  yang  jelas  atau  dengan  kata-kata  sindiran. Adapun bilangan talak maksimal 3 kali, talak satu dan talak dua masih boleh rujuk  (kembali)  sebelum habis masa idahnya  dan apabila masa idahnya telah habis maka harus dengan akad nikah lagi. (Al-Baqoroh :  229).  Pada talak  3  suami  tidak boleh rujuk dan tidak boleh nikah lagi sebelum  istrinya  itu nikah dengan  laki-laki lain  dan sudah digauli serta telah ditalak oleh suami keduanya itu.

  1. Macam-Macam Talak

Talak dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a.       Talak Raj'i  yaitu  talak  dimana  suami  boleh rujuk tanpa harus dengan akad nikah lagi. Talak raj’I ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama kalinya atau kedua kalinya dan suami boleh rujuk kepada istri yang telah ditalaknya selam masih dalam masa iddah.

b.      Talak Bain. Talak bain dibagi menjadi 2 macam yaitu talak bain sughro dan talak bain kubra.

ü  Talak bain sughro yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri dan talak khuluk (karena permintaan istri). Suami istri boleh rujuk  dengan cara akad  nikah lagi baik masih dalam masa idah atau sudah habis masa idahnya.

ü  Talak bain kubro yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak tiga kali (talak tiga) dalam waktu yang berbeda. Dalam  talak ini suami tidak  boleh rujuk  atau  menikah dengan  bekas istri kecuali  dengan syarat :

·         Bekas istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain

·         Telah dicampuri dengan suami yang baru

·         Telah dicerai dengan suami yang baru

·         Telah selesai masa idahnya setelah dicerai suami yang baru

 

  1. Macam-macam Sebab Talak.

Talak bisa terjadi karena :

a.       Ila' yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya. Ila' merupakan adat arab jahiliyah. Masa tunggunya adalah 4 bulan. Jika sebelum 4 bulan sudah kembali maka suami harus menbayar denda sumpah. Bila sampai 4 bulan/lebih hakim berhak memutuskan untuk memilih membayar sumpah atau  mentalaknya.

b.      Lian, yaitu sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina. sumpah itu diucapkan 4 kali dan yang kelima dinyatakan dengan kata-kata : "Laknat Allah swt atas diriku jika tuduhanku itu dusta". Istri juga dapat menolak dengan sumpah 4 kali dan yang kelima dengan kata-kata: "Murka Allah swt, atas diriku bila tuduhan itu benar".

c.       Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi ”penyerupaan istrinya dengan ibunya” seperti : "Engkau seperti  punggung ibuku ". Dzihar merupakan adat jahiliyah yang dilarang Islam sebab dianggap  salah satu cara  menceraikan istri.

d.      Khulu' (talak tebus) yaitu talak yang diucapkan oleh suami dengan cara istri membayar kepada suami. Talak tebus  biasanya atas kemauan istri. Penyebab talak antara lain :

ü  Istri sangat benci kepada suami

ü  Suami tidak dapat memberi nafkah

ü  Suami tidak dapat membahagiakan istri

e.       Fasakh, ialah rusaknya ikatan perkawinan karena sebab-sebab tertentu yaitu :

ü  Karena rusaknya akad nikah seperti :

·         diketahui bahwa istri adalah mahrom suami

·         Salah seorang suami / istri keluar dari ajaran Islam

·         Semula suami/istri musyrik kemudian salah satunya masuk Islam

ü  Karena rusaknya tujuan pernikahan, seperti :

·         Terdapat unsur penipuan, misalnya mengaku laki-laki baik ternyata penjahat

·         Suami/istri mengidap penyakit yang dapat mengganggu hubungan rumah tangga

·         Suami dinyatakan hilang

·         Suami dihukum penjara 5 tahun/lebih

I. HADHONAH

Hadhonah artinya mengasuh dan mendidik anak yang masih kecil. Jika suami/istri bercerai maka yang berhak  mengasuh anaknya adalah :

a.       Ketika masih kecil adalah ibunya dan biaya tanggungan ayahnya

b.      Jika si ibu telah menikah lagi maka hak mengasuh anak adalah ayahnya

 

F. IDDAH

Secara bahasa  iddah  berarti  ketentuan. Menurut istilah iddah ialah masa menunggu bagi seorang wanita yang sudah dicerai suaminya sebelum ia menikah dengan laki-laki lain. Masa iddah dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada bekas suaminya apakah dia akan rujuk atau tidak.

1.      Lamanya Masa Iddah

ü  Wanita yang sedang hamil masa idahnya sampai melahirkan anaknya. (Lihat QS. At-Talak :4)

ü  Wanita  yang tidak hamil, sedang ia ditinggal mati suaminya maka masa idahnya   4 bulan 10 hari. (lihat QS. Al-Baqoroh  ayat 234)

ü  Wanita yang dicerai suaminya sedang ia dalam keadaan haid maka masa  idahnya 3 kali quru' (tiga kali suci). (lihat QS.  Al-Baqoroh : 228)

ü  Wanita yang tidak haid atau belum haid masa idahnya selama tiga bulan. (Lihat  QS, At-Talaq :4 )

ü  Wanita  yang  dicerai  sebelum  dicampuri  suaminya  maka  baginya  tidak  ada  masa iddah. (Lihat QS. Al-Ahzab  : 49)

2.      Hak Perempuan Dalam Masa Iddah.

ü  Perempuan yang  taat dalam iddah raj'iyyah (dapat rujuk)  berhak mendapat dari suami yang mentalaknya: tempat  tinggal, pakaian, uang belanja. Sedang  wanita yang durhaka tidak berhak menerima apa-apa.

ü  Wanita dalam iddah bain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhak  atas  tempat tinggal saja. (Lihat QS. At-Talaq : 6)

ü  Wanita dalam iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan anaknya berhak mendapat harta  waris suaminya.

 

G. RUJUK

Rujuk artinya kembali. Maksudnya ialah kembalinya suami istri pada ikatan perkawinan setelah terjadi talak raj'i dan  masih dalam masa iddah. Dasar hukum  rujuk  adalah QS. Al-Baqoroh: 229, yang artinya sebagai berikut: "Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,  jika mereka (para suami) menghendaki rujuk".

1.      Hukum Rujuk

ü  Mubah, adalah asal hukum rujuk

ü  Haram, apabila si istri dirugikan serta lebih menderita dibanding sebelum  rujuk.

ü  Makruh, bila diketahui meneruskan perceraian lebih bermanfaat

ü  Sunat, bila diketahui rujuk lebih bermanfaat dibanding meneruskan perceraian

ü  Wajib, khusus bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu

2.      Rukun Rujuk

ü  Istri, syaratnya : pernah digauli, talaknya talak raj'i dan masih dalam masa iddah

ü  Suami, syaratnya : Islam, berakal sehat dan tidak terpaksa

ü  Sighat (lafal rujuk)

ü  Saksi, yaitu 2 orang laki-laki yang adil.

 

 KEMATIAN

A.    PENDAHULUAN

Kematian, agama dan psikologi adalah elemen penting dalam hidup manusia. Tanpanya, kita akan buta. Tanpa adanya iman, agama, dan pedoman, manusia akan buta. Kematian adalah suatu kemutlakan. Sudah tertulis di Lauh Mahfuz jika setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati. Segala sesuatu yang dimulai, pasti akan berakhir. Begitu juga dengan kehidupan manusia. Namun, apa yang akan terjadi dimasa depan, adalah tergantung pada diri kita sendiri.

Usaha kita, adalah penentu dari hasil yang akan kita peroleh. Apabila kita menginginkan surga, maka tentu saja kita tidak bisa berdiam diri dan tenang begitu saja seakan-akan surga akan datang pada kita dengan sendirinya. Kita harus melakukan kewajiban kita sebagai manusia sebelum menuntut hak.

Kita tak bisa menuntut lulus dari suatu universitas, sebelum kita memenuhi persyaratan akademis, adminstratif dan lain sebagainya. Sama sepertinya dengan keinginan ke surga. Apabila yang kita lakukan didunia hanyalah kebathilan dan maksiat, maka kecil—bahkan sangat tidak mungkin surga akan membuka pintu untuk kita.

Banyak sekali yang berkaitan seperti mata rantai. Ibadah kita, adalah penentu dari apa yang akan kita dapatkan nanti. Lebih lanjut, akan dibahas pada bab-bab berikutnya. 


 

B.  KAJIAN PUSTAKA

2.1  Psikologi

2.1.1        Secara Umum

Secara epistimologi, psikologi berawal dari dua kata dalam bahasa Yunani. Yang pertama yaitu kata psyche, yang memiliki arti jiwa. Yang kedua, kata logos, yang lebih sering kita dengar, memiliki arti ilmu. Jadi, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu jiwa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), psikologi memiliki arti "sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik dalam keadaan normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku. Ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai gejala dan kegiatan jiwa manusia. (KBBI 2001:901)

2.1.2        Psikologi menurut pakar

Manusia mempunyai keinginan mengabdikan diri kepada Tuhan atau apapun yang dianggapnya sebagai dzat yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam kehidupan di dunia. Dasar manusia sebagai seorang homo religous, oleh Armstrong ditegaskan apabila hidup manusia yang letih, dalam pencarian Tuhan selama empat milenium.

Munculnya pertanyaan yang mendasar mengenai hal tersebut adalah, apa yang melatarbelakangi manusia hingga muncul suatu keingunan untuk mengabdi kepada Tuhan? Ada beberapa teori yang akan menjawab tentang pertanyaan tersebut. Diantaranya,

1.      Teori Monoistik .

Yaitu suatu pendapat yang menyatakan jika yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu sumber jiwa. Pertanyaannya adalah, sumber tunggal manakah yang dimaksud paling dominan sebagai sumber kejiwaan?

A. Thomas Aquino   

Pada pendapat dan teorinya, Aquino menyatakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berpikir. Menurutnya, manusia dapat mengenal--mengetahui Tuhan karena menggunakan kemampuan berpikir (akalnya). Aquino juga menegaskan jika kehidupan beragama seseorang adalah refleksi berpikir manusia.

B. Sigmund Freud

Unsur utama yang menjadi sumber kejiwaan agama, menurut Freud yakni libido sexuil, atau naluri seksual. Berdasarkan teori libido sexual ini timbul sebuah ide tentang Ke-Tuhanan dan cara keagamaan setelah melalui proses: 

1.      Oedipoes Complex, yakni bermula pada mitos Yunani Kuno yang mengatakan bahwa karena perasaan cinta yang berlebih kepada ibunya, Oedipoes membunuh Ayahnya. Kemudian setelah ayahnya mati, muncullah rasa bersalah (sense of guilt) pada diri anak-anak itu.

2.      Father image (citra bapak) setelah mereka membunuh ayah mereka, dan dibayangi oleh perasaan bersalah, disanalah timbul rasa sesal. Perasaan sesal ini yang membuat mereka menciptakan suatu ide untuk menebus kesalahan mereka. Munculnya suatu keinginan untuk memuja, menyembah arwah ayah mereka, akibat rasa takut akan pembalasan dari arwah sang ayah. Pada intinya, Freud menyatakan bila agama muncul dari ilusi manusia. (Dr. H. Baharuddin, M.Pdi. & Mulyono 2008: 80)

2.1.3 Psikologi dalam Perspektif Agama

Secara menyeluruh, apa yang dimaksud Psikologi dalam perspektif Agama Islam merupakan suatu studi mengenai jiwa dan perilaku manusia yang berlandaskan pada Islam (Al Qur’an dan Hadist). Sementara itu, berdasarkan ahli Psikologi Islam, yang dimaksud dengan psikologi Islam adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia secara personal—psiko, yang berkerucut pada hal-hal yang bersifat spiritual kejiwaan. Memiliki sifat filsafat dan memiliki teori serta metodologi dengan didasari sumber dalam Islam.

Secara umum dan khusus (Prof. Zakiah Daradjat Mubarak, 2002), metodologi dan pendekatan psikologi Islam didasari dari sumber-sumber Islam yakni Al-Qur’an dan Hadist, akal, indera dan intuisi itu sendiri. Intisari dari Psikologi Islami ialah bagaimana cara pandang Islam terhadap psikologi masa kini, dengan memotong point-point yang sekiranya bertentangan dengan Islam.

2.2  IBADAH

Ibadah secara menurut KBBI berarti perbuatan untuk menyatakan kepatuhan kepada Allah, yang dengan dasar rasa taat dalam mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.(KBBI 2001:415) Artinya adalah, ibadah juga memiliki arti tunduknya seorang manusia untuk melakukan perintah Allah SWT.

Allah berfirman :

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Az Zariyat:56)

Lalu muncullah pertanyaan lain, siapkah kita?

2.3  KEMATIAN

2.3.1        Kematian Secara Umum

Luasnya definisi mati, telah diringkas oleh beberapa ahli menurut teorinya masing-masing. Ada beberapa ahli yang memberikan argumennya mengenai mati, misalnya :

1.      Santrock, 2008 berpendapat bahwa mati, berarti terhentinya fungsi biologis tubuh manusia. Artinya, Santrock menyatakan apabila manusia yang tak lagi bernafas atau tak lagi bisa melakukan aktifitas biologis-lah yang disebut mati.

2.      Menurut Harun Nasution 1986,, kematian berarti terlepasnya tubuh halus (astral) dengan tubuh kasar (lichaam). Nasution juga menegaskan jika manusia memiliki benang tipis yang menghubungkan tubuh kasar (lichaam) dengan (astral) di atas kepala manusia. Apabila benang tersebut belum putus, maka manusia akan tetap hidup dan dan tubuh halus itu akan tetap bisa kembali ke tubuh kasarnya. Namun apabila sudah terputus, maka tubuh halus tidak akan bisa kembali ke tubuh kasar.

 

2.3.2        Kematian menurut Agama

Didalam Al-Quran pun telah dijelaskan pada surah Al Mulk ayat 2, Allah menciptakan manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan—mana yang lebih baik amalnya. Pada topik utama dari kajian ini jika kematian merupakan salah satu dimensi dalam kehidupan berikutnya (aferlife).. Peristiwa hidup dan mati, oleh al-Qur’an telah dinilai sebagai sebuah bentuk penciptaan yang sepatutnya diperhatikan dengan cara seksama. Dimana juga memerlukan analisa secara aktual atau betul-betul ada, dengan mengangkat kepada sifat Tuhan melalui bentuk asma’ al-husna, bahwa kebaikan yang dimiliki Tuhan kepada Hamba-Nya, memang tidak ada batasnya.

2.3.3        Fenomena Kematian

a.       Natural Cause

Artinya manusia mati dengan faktor-faktor alami—biologis. Sebagai permisalan, seseorang yang sudah berusia lanjut, secara perlahan-lahan fisiknya akan mengalami penurunan fisik.

b.      Unnatural Cause

Yaitu, manusia mati dengan cara tidak alami, yang tidak dapat digambarkan dengan baik sebab alami. Hal ini biasanya diluar hal biologis. Sebagai suatu contoh, misalnya mati karena kecelakaan atau terkena bencana alam.


 

C.  PEMBAHASAN

1.      ALASAN MANUSIA MENJADI TERINGAT AKAN KEMATIAN

a.         Rasa Takut (Fear of Death)

Adanya rasa takut yang mendalam akan kematian itu sendiri. Manusia yang takut mati--yang senantiasa mengingat kematian akan memohon ampunan atas dosa dan kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Manusia mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan dihadapinya didalam kubur. 

1. Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?

2. Man Dinuka? Apa agamamu?

3. Man nabiyyuka? Siapa nabi mu?

4. Ma kitabbuka? Apa kitabmu?

5. Aina Qiblatuka? Dimana Kiblatmu?

6. Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?

Pada hakikatnya, Islam tidak memaksa umatnya; tidak pula mempersulit. Islam mengikat, namun juga fleksibel. Manusia sendiri lah yang membuat dirinya dalam kesulitan. Islam mempermudah hidup kita. Akan tetapi pada konteks ini, dengan mengesampingkan ikat-mengikat, logika sederhananya adalah ketika manusia itu takut akan sesuatu, maka ia akan melakukan apapun untuk menghilangkan rasa takut dan kecemasan itu pada diri mereka.

Maka ibadah lah yang menjadi jalan untuk mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta. Kepada Allah. Manusia yang beriman percaya apabila hanya Allah-lah yang mampu menyembuhkan rasa takut; cemas dan khawatir mereka.

Pada keberlanjutannya, ada beberapa hal yang perlu diingat sebagai alasan utama seseorang selalu teringat kematian:  

1.      Major Depressive 

Major depressive adalah kondisi seseorang yang merasa depresi berat, merasa bila hidupnya tak berguna, merasa sendiri dan ketidaksanggupan untuk menahan beban dalam hidupnya. Disinilah disebut sebagai titik gelap, hingga ketika telah mencapai suatu titik jenuh ia akan mengalami suicidal thought atau keinginan untuk bunuh diri.

Sebuah riset yang dilakukan oleh NSDUH pada tahun 2015 menegaskan dengan jelas angka kematian tinggi yang disebab bunuh diri. Penyebab tingginya angka bunuh diri ini disebabkan oleh Major Deppresive atau Depresi Mayor.

Pada usia 18 tahun keatas, 2.7 juta orang membuat rencana hunuh diri. 9.8 juta orang mempunyai pemikiran serius tentang bunuh diri. 1.1 juta orang membuat percobaan dan rencana bunuh diri. 1.4 juta membuat percobaan dan 0.3 juta langsung melakukan tindakan bunuh diri tanpa ada rencana. (NSDUH 2016)

Dari data yang telah dikutip, dapat dijelaskan apabila mengingat kematian tanpa memiliki iman yang kuat, dapat membawa diri manusia kedalam kesengsaraan di akhir. Di dalam Islam sendiri sudah dengan jelas disebutkan jika bunuh diri itu haram.

Telah disebutkan dalam Islam pada surat yang berbunyi, “...Dan jangan kamu membunuh dirimu sendiri. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa Ayat 29)

Maka, apabila kita melanggar hal tersebut—melakukan bunuh diri, maka kita akan masuk kedalam panasnya api neraka. Dan selama kita ada di neraka, apa yang kita lakukan untuk bunuh diri akan terulang terus menerus. Sebagai permisalan, apabila seseorang mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas gedung, maka ia di akhirat nanti akan mengulangi cara tersebut. Ia diutuhkan lagi, kemudian ia terjun lagi dari atas gedung. Seperti itu seterusnya.

2.      Post Trauma Stress Disorder 

Post Trauma Stress Disorder atau yang biasa disebut dengan PTSD adalah sebuah sindrom gangguan kecemasan—labilitas otonomik dan mengalami kilas balik (flashback) yang amat menyakitkan, amat sedih karena sebuah stres fisik ataupun emosi yang melampaui batas ketahanan manusia yang pernah terjadi pada masa lalunya. Keadaan ini amat melemahkan fisik dan mental seseorang secara ekstrem setelah melihat atau mendengar atau mengalami kejadian hebat yang membuatnya trauma di masa lalu. (Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2007).

3.      Kematangan dalam beragama (Dr. H. Baharuddin, M.Pdi. & Mulyono 2008)

Selain pada faktor diatas, ada satu faktor yang amat penting dan sakral. Yaitu mengingat kematian merupakan salah satu tanda apabila hal keagamaan dalam diri manusia telah mencapai kematangan. Teori ini mempunyai beberapa aliran yang bisa menjadi suatu pendukung dan fondasi utama pada faktor ini. Diantaranya yaitu :

a.       Aliran psikoanalisis.

Sebagai batas antara ilmu dan agama dengan memberikan sudut pandang baru dalam memandang dan membahas gejala-gejala lama, yaitu hubungan psikologi dan agama serta memperluas dasar untuk memahami pengalaman keagamaan.

Pada umumnya secara lebih mengerucut, teori psikoanalisis bersikap skeptic; bahwa agama adalah suatu yang lebih dari sekedar cara yang dapat diterima untuk mengatasi ketegangan, kecemasan, dan penderitaan.

Lebih mengerucut lagi, orang yang matang beragama menurut aliran psikoanalisis, mempunyai beberapa kriteria:

1.      Mampu memahami bahwa ada Tuhan yang menciptakan kita. Dalam Al Quran sudah dengan sangat jelas jika kita berasal dari Allah, dan akan kembali pada Allah.

2.    Mampu mengendalikan diri dalam hal nafsu, agresi, dan ketakutan. Ini sudah jelas.

b.      Aliran Behavioristik

Aliran ini percaya, bahwa diri kita bisa berubah sesuai dengan usaha yang dilakukan demi terciptakan suatu perubahan; entah buruk maupun baik.

c.       Aliran Humanistik

Agama merupakan urusan pribadi dengan Tuhan secara pribadi (personal). Orang yang sudah matang Agamanya, aliran ini mengatakan; orang yang mampu menyerap sumber kekuatan dari dalam dirinya, dan mampu untuk mengatur perilaku sendiri dengan berpedoman kepada pegangan yang telah dipilih (agama).

 3.2 HUBUNGAN ANTARA AGAMA, KEMATIAN DAN KESEHATAN JIWA BERIBADAH

Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan dirinya sendiri, dengan alam secara umum, hingga dapat merasakan gejolak emosi dan mampu untuk berperilaku sebagai makhluk sosial dengan normal, dan mampu menerima apa yang sudah menjadi ketentuan baginya. (Utsman Najati:2008)

Adanya basic needs manusia untuk terus menjalin hubungan dengan manusia. Telah terbukti secara medis, apabila orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, mempunyai kesehatan mental yang baik pula. Dapat mengurangi tingkat stres yang dimilikinya. Kemudian adanya ketenangan dalam jiwa saat ia dekat dengan Tuhan-nya.

Dr. Vilayanur Ramachandaran, seorang ilmuwan dan pakar saraf dari Universitas California, San Diego, adalah sosok yang berhasil menemukan God Spot dalam otak manusia. God Spot sendiri berarti Titik Tuhan.

Artinya, bahkan, dalam tubuh kita ada titik kecil dimana ia memberikan respon akan sesuatu yang berkaitan dengan agama maupun Tuhan. Dengan ini maka semakin terbukti pula, jika dalam kajian psiko-neuro analisis, jika agama dan Tuhan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Lebih gamblang lagi, inilah yang menjadi hasrat terdalam manusia untuk menghambakan diri kepada Tuhan.

Dr. Vilayanur Ramachandaran sendiri telah mengatakan jika God Spot memberikan ketenangan dan kelapangan pikiran pada manusia dalam menjalani hidupnya, dengan mengesampingkan susah dan senang. Didukung oleh adanya Spiritual Quotient, atau kecerdasan spiritual, yang memperkuat adanya God Spot.

Maka, semakin kita dekat dengan Tuhan, semakin sehat pikiran dan kejiwaan kita. Karena, manusia memiliki basic needs yang telah disebutkan diatas. Manusia membutuhkan rasa tenang, dan rasa aman.

Selain Dr. Vilayanur, seorang pakar saraf neurosains dari Indonesia, Taufik Pasiak, mengatakan didalam otak manusia memiliki seperti sebuah sistem yang mampu mengendalikan manusia. Fungsi dari sistem ini seperti sebuah perangkat yang mengoperasikan dan memiliki kedekatan yang amat erat dengan spiritualitas manusia.

Didalam otak manusia terdapat sebuah struktur yang bernama Amygdala; yang terletak di bagian lobus temporal. Ini merupakan bagian terdalam otak, dan juga yang paling tua. Peran utama pada struktur ini yakni sebagai pencipta emosi namun pada tingkatan yang lebih tinggi seperti percaya atau tidak (belief and disbelief), atau apapun yang berhubungan dengan emosi. Amygdala juga sebagai pemicu sistem rangsang (arousal) yang mana salah satu bagian penting lain dalam otak yang mempengaruhi sistem saraf otonom (Taufik Pasiak). Dimana amygdala dapat membentuk gerakan tertentu ketika kita sedang melakukan ibadah. Misalnya, saat kita berdoa, maka secara otomatis tangan akan terangkat dan mengadah.

4,. Datangnya Kematian

Ketika seseorang telah mengalami ketakutan yang destruktif maka ia perlu terapi untuk mengubah rasa takut yang destruktif tersebut menjadi ketakutan yang konstruktif. Ada sekelompok orang yang semakin baik diriya saat takut mati, akan tetapi ada pula orang yang malah pesimis dan tidak memiliki semangat untuk hidup; pasrah dan taka da keinginan untuk berubah. Orang yang pesimis inilah yang disebut memiliki ketakutan destruktif.

3.3 PENGARUH MENGINGAT KEMATIAN DALAM SEMANGAT BERIBADAH

            Seseorang yang selalu ingat kematian cenderung memiki semangat yang lebih tinggi dalam hal beribadah. Entah karena keimanannya yang amat kuat, atau mungkin ada rasa takut yang membuatnya menjadi termotivasi dalam melaksanakan ibadah.

Komaruddin Hidayat memberikan beberapa terapi untuk mengubah ketakutan yang destruktif terhadap kematian menjadi ketakutan yang konstruktif, artinya ia bisa megubah perspektif dimana dapat mengubah ketakutan menjadi sebuah kekuatan melalui dirinya sendiri. Setidaknya ada 5 cara yang dapat ditempuh untuk mengubah rasa takut menjadi opitimis terhadap kematian:

 Pertama mendekatkan diri kepada Allah. Mendekatkan diri kepada Allah mempunyai makna untuk memperbanyak ibadah. Eratnya hubungan seorang Hamba dengan Tuhan-nya bisa menjadi sebuah terapi tersendiri bagi orang-orang yang takut akan kematian. Karena mereka senang menatap Tuhan sebagai yang maha Kasih dan Maha Cinta. Untuk dekat dengan Allah, maka pertama-tama kita harus mencintai Allah yang Maha Indah.

Kedua menambah wawasan tentang hakikat kematian. Dengan mengetahui secara spesifik mengenai kematian, diharapkan seseorang bisa memahami bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti.  Oleh karenanya kita harus bersiap. Logika sederhananya, ketika kita akan bertemu dengan seorang raja, atau seorang yang berkedudukan tinggi, maka kita pasti akan menggunakan pakaian dan setelan terbaik yang kita miliki. Jadi, apabila hanya menemui seorang raja yang hanya seorang manusia saja kita bersiap-siap, lantas kenapa ketika kita akan menemui Sang Maha Raja—Raja dari Segala Raja, tidak mempersiapkan diri dengan memperbaiki amalan-amalan dan memperindah diri dengan ibadah-ibadah kita?

Ketiga, melepaskan diri dari kenikmatan duniawi. Apa yang ada didunia ini tidak bersifat mutlak dan tidak pula permanen. Semua sementara. Jadi sudah selayaknya kita sebagai manusia yang hidup di ‘kesementaraan’ ini bisa focus dengan apa yang akan kita hadapi didepan; kehidupan setelah kematian.

Keempat dengan cara pencarian makna. Ini lebih menjorok pada mencari arti filosofi hidup. Dimana ketika kita mulai memahami arti hidup, kita tidak akan meyia-nyiakan barang satu detik pun hidup kita untuk hal yang tak berguna. Belajar untuk belajar, bahkan dari hal yang paling kecil sekalipun. Dalam perspektif  Komaruddin Hidayat. beberapa hal yang perlu dimaknai untuk memberikan terapi:

a. Memaknai kelahiran

Kelahiran ke dunia bukanlah sebuah kebetulan saja. Setiap manusia yang lahir ke dunia dengan membawa amanah dari Allah untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini. Seperti pada sebuah pepatah bijak, A-B-C-D (A-Born-Chance-Death).

Huruf A, diibaratkan sebagai sebuah permulaan. A, dalam bahasa Inggris berarti sebuah, seseuatu atau bermakna tunggal. Yang artinya, kesempatan kita lahir, hidup dan mati hanya satu kali. Kelahiran merupakan gerbang awal menuju sebuah Kesempatan (chance) untuk hidup. Pada titik ini kita akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan, entah untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Kemudian kesempatan atau chance mengantarkan kita menuju gerbang Kematian (Death).

b., Memaknai kepemilikan, segala sesuatu yang kita miliki, hanyalah titipan. Maka, hargailah apa yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita, dan manfaatkan sebaik-baiknya.

c. Memaknai panjang umur, ini berlaku untuk semua kalangan. Toh pun kalau kita tak mempunyai umur yang panjang, selayaknya kita tetap harus belajar; entah dari mereka yang memiliki umur panjang, agar lebih bisa memaknai arti hidup.

 

Kelima, yakni menjalani hidup dengan rasa syukur dengan dan melakukan baik sebanyak-banyaknya. Kualitas iman yang kita miliki, di upgrade dengan teraktualisasikan ke dalam bentuk amal shaleh. Menjadikan apa yang kita miliki sebagai sebagai tangga yang akan membawa  kita naik dengan bersedekah. Bahkan ketika kita tak memiliki harta untuk disedekahkan, maka cukuplah dengan senyuman yang ramah.

 


 

D.      KESIMPULAN

            Dari kajian diatas dapat disimpulkan apabila baik agama, kematian, dan kesehatan psikis sangat berkaitan satu sama lain. Satu saling mendukung stabilitas yang lainnya. Ditambah dengan pembuktian secara medis, berupa God Spot dan adanya teori tentang Spiritual Quotient, menjadi kunci utama dalam penyeimbang antara keteringatan akan kematian dengan kesehatan jiwa serta motivasinya untuk beribadah.

Kematian bagi setiap orang adalah sebuah keniscayaan, pasti terjadi. namun, diantara banyak orang yang mempercayai hal tersebut, masih terdapat beberapa orang yang takut akan menghadapi kematian. Menurut Qomarudin Hidayat, 3 alasan yang membuat orang takut akan mati dikarenakan 1. karena orang tersebut tidak tahu apa yang terjadi setelah mati, 2. karena orang tersebut ingat akan dosa yang pernah diperbuat 3. karena cinta akan kesenangan dunia.

Faktor psikologis (takut mati) ini dapat dijadikan pemicu bagi mahasiswa untuk menyadarkan mereka tentang arti dari sebuah kehidupan. dan dapat menjadi motivasi agar lebih giat lagi dalam beribadah. Kecenderungan orang yang takut mati berdasarkan alasan tersebut, membuat seseorang lebih giat beribadah, melakukan sesuatu yang lebih berarti dan berhenti dari dosa atau kesalahan yang telah diperbuat.

Mengingat kematian, menjadi pemicu awal untuk mahasiswa agar mau belajar agama lebih mendalam lagi. harapannya mereka bisa mengontrol (perilaku), sadar (bathin) dan berpikir dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dengan pemicu awal tersebut, maka diharapkan dosen PAI di PTU, bisa lebih efektif dalam menginternalisasi nilai-nilai keagamaan pada mahasiswa.

           


 

DAFTAR PUSTAKA

Arif Rahman, Masykur. 2013. Sejarah Filsafat Barat. IRCiSoD : Jogjakarta

Arifin, Bey. 1998. Hidup Sesudah Mati. Kinanda :  Surabaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Edition). San Fransisco:McGraw Hill

Google books. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna.

https://books.google.co.id/books?id=mgjv-Ye9jJ8C&lpg=PA76&ots=ltU3EmmuSg&dq=god%20spot%20dan%20ketenangan%20psikologis&pg=PA78#v=onepage&q=god%20spot%20dan%20ketenangan%20psikologis&f=false diakses pada 17 April 2018 pukul 10.47

Jalaluddin, Prof. Dr. H. 2010. Psikologi Agama. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Mustofa, Agus. 2005. Mengubah Takdir. Padma Press : Surabaya

Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam : Aliran-aliran, Sejarah, Analisa Psikologi Sosial. Balai Pustaka : Jakarta

Pasiak, Taufiq. 2012. Tuhan dalam Otak Manusia. Bandung : PT Mizan Pustaka.

Perbandingan. Jakarta : UI Press Pustaka : Jakarta

Sandtrock, J. W. 2007. A Topical Approach to Life-Span Development (Third

Edition).

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi : Suatu Pengantar. RajaGrafindo Persada.

Bradbury, Mary. 1999. Representations of Death : A Social Psychological

Perspective.

 

Jurnal

Prabandari, Ni Putu Diah, dkk. Pengaruh  Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

 Terhadap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Pasien Post

Kecelakaan Lalu Lintas di RSUP Sanglah, Denpasar. Universitas Udayana : Bali.

Piscopo, K., dkk. 2016. Suicidal Thoughts and Behaviour among Adult: Results

from the 2015 National Survey on Drug Use and Health. NSDUH Data 

Review. www.samsha.gov/data

Hanafi, Imam. Neurosains-Spiritualitas dan Pengembangan Potensi Kreatif.

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. An-Nuha. Vol. 3 No. 1, Juli 2016

Reza, Iredho Fani. Efektifitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya Mencapai

Kesehatan Mental. Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal

Psikologi Islami Vol 1 no 1 (2015) 105-115.

Swastanti, Rr. Th. Avila Debby Herawati Is. 2007. Perbedaan Religiositas Orang

Yang Sering Pergi Ke Tempat Ibadah dan Orang yang Jarang Pergi Ke Tempat Ibadah. Skripsi : Universitas Sanata Dharma. Jogjakarta

Herdina, Mega. 2016. KONSEP KOMARUDDIN HIDAYAT TENTANG TERAPI

KETAKUTAN TERHADAP KEMATIAN. Psikologi Islam Fakultas

Ushuluddin dan Humaniora. IAIN Antasari, Banjarmasin. Vol. 1, No. 2

Gesser, Gina; University of Toronto. Wong, Paul T. P & Reker, Gary T., Trent

University. Death Attitudes Across the Life Span : The Development And

Validation of the Death Attitude Profile (DAP). Omega, Vol 18 (2). 1987-1988.

Abdel-Khalek, Ahmed M. 2002. Why Do We Fear Death? The Construction And

Validation Of The Reasons For Death Fear Scale. BrunnerRoutledge: Taylor & Francis healthsciences. Kuwait University.

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

  1. Manusia adalah mahluk yang berfikir, berfikir adalah bertanya, bertanya untuk mencari jawaban, mencari jawaban adalah mencari kebenaran

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer